Ada Apa Saja di Jalsah Salanah UK 2024?

Untuk menyiarkan kegiatan jalsah, dua media milik Ahmadiyah, Muslim Television Ahmadiyya (MTA) International dan radio Voice of Islam  beroperasi 24 jam penuh secara langsung. Kegiatan ini bisa disaksikan juga oleh jemaah kelompok Islam Ahmadiyah di berbagai negara.

Ada 11 satelit milik MTA yang membantu siaran langsung ke seluruh titik di mana terdapat kelompok Islam ini. Saat pertama kali didirikan tahun 1992, Managing Director MTA International Munir-ud Din Shams mengatakan, hanya bermodal dua kamera dn studio yang dimiliki masih ala kadarnya, ruangan kecil yang disekat dengan kain untuk keperluan produksi.

Program yang dibuat pun tidak banyak, awalnya hanya 6 program. Dalam perkembangannya, MTA Internasional menambah produksi dan jam tayang menjadi 24 jam sehari dan memiliki 8 channel. Dan, semua karyawan merupakan sukarelawan tanpa bayaran dengan minim pengalaman. Namun seiring waktu mereka terus belajar.

"Sebagian besar mereka adalah anak-anak muda. Dan mereka mengerjakan sesuatu dengan hati. Alhamdulillah kami running dengan 8 channel selama 24 jam. Kami juga memproduksi program dengan berbagai bahasa yang berbeda. Saat ini ada 23 bahasa, seperti bahasa India, Afrika, Indonesia. Biasanya dari Indonesia dikirim program-programnya, dan kami menayangkannya," kata Munir.

Ada juga bahasa Bangladesh, Ghana, Mali, di mana studio di pusat mengolah bahan yang dikirim untuk ditayangkan di channel khusus. 

Sejauh ini, menurut Munir, semua berjalan lancar termasuk yang dilakukan saat jalsah Salanah, di mana MTA internasional harus menayangkan secara langsung ke berbagai dunia. "Tidak ada hambatan yang berarti. Kalau pun ada mungkin biaya untuk menyediakan kebutuhan, tapi itu bisa diatasi oleh komunitas kami. Kami tidak mendapat pendanaan dari manapun," katanya.

Selain televisi, distribusi informasi juga dilakukan melalui radio Voice of Islam baru bisa menikmati di 10 kota di Inggris.

Selain MTA International dan Voice of Islam, yang menarik, ada pula tenda khusus perjodohan yang bernama Rishta Nata. Para lajang bisa memanfaatkan tenda ini. Namun dari penjelasan panitia di lokasi, biasanya orangtua akan terlibat dalam perjodohan. Sebisa mungkin jodohnya juga dari kalangan Ahmadiyah. 

Salah satu jamaah yang pernah mengikuti Rishta Nata adalah Yani yang berasal dari Karawang. Dia mengikuti perjodohan 28 tahun lalu. Saat ini ia tinggal di Swiss dan telah dikarunia dua anak yang sudah dewasa.  

"Lulus kuliah tahun 90-an, saya sengaja kirim surat ke ristha nata di beberapa negara. Ada yang mau dari Pakistan, tapi saya gak mau. Selain itu kebetulan juga ada yang mau dari Swiss, dan kami berjodoh setelah dia serius datang ke Indonesia untuk melamar," kata Yani yang sejak menikah tinggal di Swiss.

Ada juga tenda khusus untuk media  yang selama dua hari diwarnai diskusi, antara lain soal Gaza dan persekusi yang dialami jamaah Ahmadiyah di berbagai negara, terutama Pakistan. Terkait diskusi mereka mengundang jurnalis yang meliput langsung konflik Gaza.

Di sisi lain terdapat tenda khusus yang mencatat peserta Jalsah setiap harinya. Dari catatan di hari pertama, ada sebanyak 19.314 perempuam dan anak yang hadir. Angka ini belum mencakup jumlah peserta laki- laki. 

Di hari ketiga data mencatat ada 43.460 orang yang hadir di acara tersebut, terdiri dari anak-anak, perempuan dan pria dewasa.

Bagi peserta yang kelelahan, sakit atau kurang fit, terdapat tenda khusus untuk menangani keluhan mereka, yakni homeopthic, yakni pengobatan alternatif.  Ilmu pengobatan ini diciptakan Samuel Hahnemann pada abad ke-18.

Biasanya pengobatan ini menggunakan tumbuh-tumbuhan, hewan dan jenis mineral tertentu yang diklaim bisa menyembuhkan penyakit.

Sedikitnya ada tiga tenda berukuran besar untuk ibu dan anak-anak. Di dekat lokasi tenda juga disediakan lokasi bermain anak. Ada juga tenda khusus stroller untuk memenuhi kebutuhan orangtua yang bisa digunakan secara gratis. Ada ratusan stroller yang disediakan.

Seperti namanya, misi kemanusiaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan kelompok ini. Di tenda berwarna biru para sukarelawan menjual berbagai produk yang hasil penjualannya dipakai untuk donasi. Disediakan pula bola kaca besar serupa celengan bagi yang ingin menyumbang.