Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Inggris Minta Prancis Move On, Jangan Marah-Marah Soal Kapal Selam 

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, saat mengumumkan kebijakan lockdown nasional ketiga pada 5 Januari 2020. (Facebook.com/Boris Johnson)
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, saat mengumumkan kebijakan lockdown nasional ketiga pada 5 Januari 2020. (Facebook.com/Boris Johnson)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan kepada Prancis bahwa sudah waktunya untuk mengatasi kemarahannya dan segera move on. Johnson juga mengaku lelah dengan krisis diplomatik yang terjadi dengan negara tetangganya.

"Saya hanya berpikir, sudah waktunya bagi beberapa teman tersayang kita di seluruh dunia (merujuk pada Prancis) untuk prenez un grip (baca: mengendalikan diri dan move on),” kata Johnson pada Rabu (22/9/2021), dikutip dari Bloomberg.

Donnez-moi un break,” tambah dia dalam bahasa Prancis, yang berarti biarkan saya beristirahat.

1. Penyebab Prancis marah dengan Pakta Aukus

Ilustrasi Kapal Selam (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Kapal Selam (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebagai informasi, Prancis marah karena Amerika Serikat (AS)-Inggris-Australia membentuk Pakta Aukus, kemitraan keamanan untuk membendung agresivitas China di kawasan Indo-Pasifik.

Ada dua hal yang menjelaskan kemarahan Prancis. Pertama, tidak ada perwakilan Uni Eropa dalam kerja sama tersebut. Kedua, pakta itu menjadi dasar bagi Australia untuk membatalkan pemesanan kapal selam bertenaga diesel dari Prancis, dengan nilai kontrak 40 miliar dolar AS (sekitar Rp570 triliun), yang tercatat sebagai belanja pertahanan terbesar sepanjang sejarah Negeri kanguru.

Sebagai pengganti kapal selam tenaga konvensional buatan Paris, Canberra akan mendapat setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi AS dan Inggris yang termutakhir.

2. Inggris bantah Pakta Aukus sebagai kemitraan eksklusif

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson (ANTARA FOTO/REUTERS/Toby Melville)
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson (ANTARA FOTO/REUTERS/Toby Melville)

Johnson kemudian memuji kerja sama tersebut. Menurut dia, keputusan Australia untuk membatalkan kesepakatan dengan Prancis merupakan “langkah maju yang secara fundamental bagus untuk keamanan global.”

“Tiga sekutu yang berpikiran sama berdiri bahu membahu, menciptakan kemitraan baru untuk berbagi teknologi,” ujar Johnson, dikutip dari Al Jazeera.

UE turut mengecam Pakta Aukus yang dibahas secara rahasia. Terkait hal itu, Johnson menampik Pakta Aukus sebagai kemitraan eksklusif, seraya membuka pintu bagi siapa saja untuk terlibat dalam kerja sama tersebut.

"Ini (Pakta Aukus) tidak eksklusif. Ini tidak mencoba untuk memikul siapa pun. Ini bukan permusuhan terhadap China, misalnya,” ulas dia.

Tetapi, komentar itu sepertinya tidak akan diterima oleh Prancis, yang terlanjur merasa dikhianati dan ditikam oleh aliansinya dari belakang.

3. Prancis dan AS sepakat untuk memperbaiki hubungan

Presiden Prancis Emmanuel Macron saat berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden melalui sambungan telepon pada 11 November 2020. (Facebook.com/Emmanuel Macron)
Presiden Prancis Emmanuel Macron saat berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden melalui sambungan telepon pada 11 November 2020. (Facebook.com/Emmanuel Macron)

Puncak krisis diplomatik terjadi ketika Prancis memutuskan untuk menarik duta besarnya di AS dan Australia. Namun, pada Rabu, Presiden Joe Biden dan Presiden Emmanuel Macron sepakat untuk memperbaiki hubungan kedua negara, setelah berbicara selama 30 menit melalui sambungan telepon.

Dilansir dari Al Jazeera, kedua pemimpin akan bertemu di Eropa pada akhir Oktober. Prancis juga memutuskan untuk menempatkan kembali duta besarnya untuk Washington pekan depan.

"Kedua pemimpin telah memutuskan untuk membuka proses konsultasi mendalam, yang bertujuan untuk menciptakan kondisi untuk memastikan kepercayaan dan mengusulkan langkah-langkah konkret menuju tujuan bersama," kata pernyataan bersama kedua negara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us