Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Israel Bunuh 200 Pejuang Palestina selama Serangan di RS Al-Shifa

Bendera Israel. (Unsplash.com/Taylor Brandon)
Bendera Israel. (Unsplash.com/Taylor Brandon)

Jakarta, IDN Times - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaporkan telah membunuh 200  pejuang Palestina selama dua minggu serangan di Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza. Operasi serangan itu telah diakhiri dan pasukan telah ditarik pada Senin (1/4/2024).

Serangan itu dilakukan karena militer Israel menuduh pasukan Hamas berada di sana. Rumah sakit itu merupakan yang terbesar di Gaza dan tempat perlindungan bagi pasien serta pengungsi selama perang.

Akibat serangan itu, sebagian besar kompleks medis tersebut hancur menjadi reruntuhan. Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan tempat sudah tidak dapat beroperasi lagi.

1. Militer Israel juga menangkap lebih dari 900 orang

Ilustrasi penangkapan. (Unsplash.com/niu niu)
Ilustrasi penangkapan. (Unsplash.com/niu niu)

Dilansir BBC, juru bicara IDF Daniel Hagari mengatakan, dalam operasi itu militer juga berhasil menangkap lebih dari 900 orang, lebih dari 500 dikaitkan dengan Hamas dan Jihad Islam Palestina. Interogasi terhadap para tersangka telah menghasilkan informasi intelijen yang signifikan.

Sebelumnya, IDF mengklaim telah menemukan senjata dalam jumlah besar, dokumen intelijen di seluruh rumah sakit, dan bertempur dengan para teroris di sana.

Badan Pertahanan Sipil di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan “300 martir” telah terbunuh selama pertempuran.

Israel pertama kali menyerang rumah sakit itu pada November. Pada 18 Maret, Israel kembali melancarkan serangan dengan mengerahkan ratusan prajurit untuk penyerangan selama dua minggu.

Serangan tersebut dianggap sebagai salah satu yang paling sukses sejauh ini karena informasi intelijen yang diperoleh, serta jumlah korban tewas dan orang yang ditahan.

Namun, beberapa komentator berpendapat bahwa serangan kedua di Al-Shifa menyoroti kelemahan strategi militer Israel. Mereka berpendapat bahwa hal ini menunjukkan kemudahan Hamas dan pejuang Jihad Islam Palestina untuk berkumpul kembali setelah Israel menarik pasukannya dari Gaza utara.

2. Pasukan Israel berusaha tidak melukai pasien dan petugas medis

Ilustrasi tentara. (Pexels.com/Pixabay)
Ilustrasi tentara. (Pexels.com/Pixabay)

Hagari mengatakan, dalam serangan itu tentara melakukan upaya untuk tidak melukai pasien, staf medis, atau warga sipil mana pun di wilayah tersebut.

"Pasien yang tetap berada di kompleks tersebut diberikan pasokan medis dan air," ujarnya.

Militer dilaporkan telah menyiapkan infrastruktur sementara untuk perawatan medis. Namun, pertempuran yang terjadi membuat pasien harus dipindahkan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Minggu malam, 21 pasien telah meninggal setelah dipindahkan beberapa kali dan ditahan tanpa perawatan medis.

Seorang dokter bernama Amira al-Safady mengatakan sekitar 16 orang yang berada di unit perawatan intensif meninggal setelah dipindahkan, karena dia dan dokter lain tidak lagi memiliki peralatan untuk merawat mereka. Dia menyampaikan, tiga hari kemudian tentara meminta staf medis untuk menguburkan mereka di luar.

"Pasukan Israel mengizinkan masuknya makanan dalam jumlah yang sangat sedikit. Tidak ada pengobatan, tidak ada obat, tidak ada apa-apa, dan pemboman selama 24 jam yang tidak berhenti dan kerusakan besar di rumah sakit,” kata pasien bernama Barra al-Shawish.

3. Sekitar 400 warga Palestina tewas di Al-Shifa

Bendera Palestina. (Unsplash.com/Ahmed Abu Hameeda)
Bendera Palestina. (Unsplash.com/Ahmed Abu Hameeda)

Hamas mengatakan bahwa pasukan Israel telah membunuh 400 warga Palestina di Al-Shifa dan sekitarnya, termasuk seorang dokter wanita dan putranya, yang juga seorang dokter. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan puluhan jenazah telah ditemukan, tapi beberapa sudah membusuk.

"Jenazah dan korban luka tersebar di Kompleks Medis Al-Shifa. Tim medis masih bekerja di lapangan untuk mengeluarkan jenazah dan orang-orang yang terluka di sekitar dan di dalam," kata Fares Afanah, petugas layanan ambulans di Gaza utara, dikutip dari France 24.

“Tentu saja, pemboman itu sangat mengerikan, mereka melakukan pengeboman siang dan malam. Orang-orang di sini puas dengan sisa makanan yang mereka miliki. Orang-orang belum makan selama berhari-hari," kata Anwar el Jondi, warga Palestina.

"Rumah sakit sudah hancur total, artinya sudah tidak layak lagi untuk dijadikan tempat tinggal, baik untuk pasien maupun kehidupan, sudah hampir hancur total. Ini berarti rumah sakit tersebut perlu dibongkar,” kata seorang pria Palestina.

Dalam laporannya baru-baru ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bagian utara Jalur Gaza akan menghadapi kelaparan jika tidak ada bantuan. Pengiriman makanan ke Gaza utara menghadapi tantangan yang serius, dan beberapa kejadian tembakan mematikan atau desak-desakan hanya menambah kesulitan dalam memberikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Perang di Gaza meletus pada 7 Oktober dimulai dengan serangan Hamas yang menyebabkan sekitar 1.200 kematian di Israel. Serangan balasan menyebabkan lebih dari 32.800 warga Palestina terbunuh dan 75 ribu terluka di Gaza.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ifan Wijaya
EditorIfan Wijaya
Follow Us