Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Israel. (unsplash.com/Stanislav Vdovin)
ilustrasi bendera Israel. (unsplash.com/Stanislav Vdovin)

Jakarta, IDN Times - Polisi Israel menahan jurnalis Palestina Latifeh Abdellatif di Yerusalem pada Minggu (16/3/2025). Penangkapan dilakukan karena unggahan video pemimpin Hamas Yahya Sinwar di akun media sosialnya. Polisi Israel menuduh unggahan tersebut sebagai bentuk hasutan dan dukungan terhadap terorisme.

Abdellatif merupakan jurnalis lepas yang karya-karyanya dimuat di berbagai media internasional seperti Reuters, ABC News, BBC, Al Jazeera, dan TRT. Ia juga memiliki 210 ribu pengikut di Instagram.

Penangkapan juga terjadi di tengah lonjakan kasus persekusi jurnalis di wilayah tersebut. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mencatat 75 jurnalis ditangkap di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem sejak awal perang, dilansir CNN.

1. Proses penahanan dan pembelaan

Polisi menangkap Abdellatif saat berjalan pulang ke rumahnya di Kota Tua Yerusalem. Petugas yang menangkapnya menggunakan kendaraan tanpa tanda pengenal resmi.

Abdellatif menjalani interogasi selama tiga jam pada hari yang sama terkait unggahan tersebut. Pengacara Abdellatif, Nasser Odeh, menyatakan kliennya tidak bersalah karena unggahan tersebut merupakan bagian dari peliputan berita. 

"Tidak ada alasan kuat untuk penahanan. Klien saya tidak membahayakan publik," jelas Nasser Odeh.

Pengadilan Israel menolak permintaan polisi menahan Abdellatif lima hari lebih lama pada Senin (17/3/2025). Hakim justru memerintahkan pembebasan dengan syarat membayar jaminan total 12 ribu shekel (sekitar Rp54 juta). Namun perintah pembebasan tertunda karena polisi langsung mengajukan banding.

2. Abdellatif beberapa kali jadi korban kekerasan

Abdellatif merupakan orang tua tunggal yang memiliki anak berusia 7 tahun. Ia tinggal dan bekerja di Yerusalem serta pernah meliput ketegangan di kompleks Masjid Al-Aqsa.

Rekan-rekan jurnalis mengenal Abdellatif sebagai sosok profesional dan berdedikasi. Abdellatif dilaporkan beberapa kali mengalami pelecehan dari pasukan keamanan Israel di Yerusalem, mulai dari didorong secara fisik hingga dilecehkan secara verbal.

Melansir Middle East Eye, kasus kekerasan paling parah dialami Abdellatif pada Mei 2021 saat meliput penahanan seorang anak di Yerusalem Timur. Petugas Israel mendorongnya, menarik jilbabnya, dan memukul lututnya dengan tongkat.

"Saya seorang jurnalis, saya seorang jurnalis," teriak Abdellatif saat itu. 

Saat ini, Abdellatif bekerja sebagai penulis dan fotografer UNFPA Palestine, organisasi PBB yang berfokus pada hak kesehatan reproduksi rakyat Palestina. Ia telah membantah semua tuduhan dan menegaskan bahwa unggahannya merupakan bagian dari pekerjaannya.

3. Israel makin gencar menangkap jurnalis

Israel telah menangkap 70 jurnalis sejak awal perang, sementara otoritas Palestina menangkap lima jurnalis. CPJ menyebut jumlah ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Serikat Jurnalis Palestina mengecam penangkapan Abdellatif. Otoritas keamanan Israel dilaporkan telah menangkap dan mengusir delapan jurnalis dari Kota Tua Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa sejak awal bulan ini.

Para jurnalis di Yerusalem mengaku takut meliput isu Palestina.

"Kami khawatir karena liputan terkait masalah Palestina mudah dijadikan tuduhan hasutan," kata seorang jurnalis yang meminta namanya dirahasiakan.

Israel semakin gencar menindak jurnalis yang dituduh mendukung terorisme. Kepala Investigasi dan Intelijen Wilayah David Kepolisian Distrik Yerusalem, Assaf Harel, menyatakan pihaknya melakukan pemantauan ketat terhadap hasutan 'terorisme' di media online, dilansir JNS.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorLeo Manik