Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Krisis Ukraina: Rusia Tak Mau Perang Tapi Juga Tak akan Mundur

ilustrasi tank Rusia (Twitter.com/ Минобороны России)
ilustrasi tank Rusia (Twitter.com/ Минобороны России)

Jakarta, IDN Times - Di tengah ketegangan diplomasi untuk meredakan ketegangan di sekitar Ukraina, Rusia melalui Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengatakan dengan tegas bahwa Rusia tidak menginginkan perang. Akan tetapi, dia mengatakan bahwa Rusia tidak akan membiarkan kepentingannya diinjak-injak.

Upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan di sekitar Ukraina terus berlanjut. Amerika Serikat (AS) dan NATO sebelumnya telah menolak tuntutan Rusia, bahwa aliansi atlantik utara tidak bisa menutup pintu keanggotaan bagi Ukraina dan menghentikan ekspansi NATO ke Eropa Timur.

Penolakan itu disampaikan bersama proposal yang berisi cara diplomasi lain, yang memungkinkan perang tidak akan terjadi. Saat ini, pihak AS dan NATO menunggu balasan tanggapan dari Presiden Vladimir Putin dari proposal yang telah dikirimkan.

1. AS tolak tuntutan Rusia

Ilustrasi militer (Unsplash.com/ Filip Andrejevic)
Ilustrasi militer (Unsplash.com/ Filip Andrejevic)

Rusia dituduh telah merencanakan invasi ke Ukraina, dengan menempatkan sekitar 100 ribu pasukan di dekat perbatasan. Pasukan sebanyak itu telah menimbulkan ancaman keamanan bagi Eropa Timur dan Eropa secara keseluruhan.

Rusia menolak tuduhan bahwa mereka merencanakan invasi. Mereka hanya menuntut jaminan keamanan jangka panjang berdasar hukum yang dirancang dalam proposal.

Pembicaraan proposal tuntutan Rusia telah dibahas dalam tiga tahap diplomasi tingkat tinggi, tapi semuanya gagal menemukan hasil. Kini, cara lain sedang ditempuh untuk mencegah terjadinya perang.

Washington telah memberikan proposal jawaban kepada Moskow, yang isinya adalah penolakan tuntutan Rusia. Penolakan itu termasuk NATO tidak bisa menutup pintu bagi Ukraina yang ingin jadi anggota. Penolakan lain adalah, NATO tidak bisa menghentikan ekspansinya ke Eropa Timur.

Dilansir RFERL, proposal itu disebutkan juga menawarkan cara lain yakni "jalur diplomatik yang serius" untuk menyelesaikan krisis Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin akan segera memberikan tanggapan atas proposal AS tersebut.

Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov kemungkinan akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam waktu dekat guna pembicaraan lebih lanjut. Tapi tetap saja, Putin lah yang akan menentukan bagaimana menanggapi proposal AS.

2. Rusia tidak ingin perang

Proposal AS yang secara resmi akan diberi tanggapan oleh Presiden Putin, memiliki indikasi bahwa pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan memiliki hasrat untuk menjalin diplomasi, dan bukan peperangan.

Proposal dari AS sementara dikomentari Kremlin ada "sedikit landasan untuk optimisme." Tidak ada rincian dari proposal AS tersebut untuk publik. Dilansir CNN, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan AS "menetapkan jalur diplomatik yang serius ke depan jika Rusia memilihnya."

Rusia sendiri, lewat Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov dikutip RT mengatakan pada hari Jumat (28/1/22) "jika terserah Federasi Rusia, tidak akan ada perang. Kami tidak menginginkan perang."

"Tapi kami tidak akan membiarkan kepentingan kami diinjak-injak dan diabaikan dengan kasar," tambahnya.

Menurut Lavrov, AS dan Sekutu tidak ingin mengubah posisinya. Dia juga menegaskan bahwa Rusia tidak akan mundur untuk mengubah posisinya. "Saya tidak melihat ada ruang untuk kompromi di sini," ujar Lavrov.

Penolakan AS atas tuntutan Rusia mendapatkan kecaman dari Kremlin. Tapi pada yang sama, juru bicara Dmitry Peskov mengatakan "ada dan harus selalu ada prospek untuk dialog lebih lanjut."

3. Presiden Belarusia: Jika perang terjadi, semua orang akan binasa

ilustrasi jet tempur Rusia (Twitter.com/Минобороны России)
ilustrasi jet tempur Rusia (Twitter.com/Минобороны России)

Sekutu setia Presiden Vladimir Putin, yakni Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, pada hari Jumat berpidato kepada rakyatnya. Dalam pidato tersebut, dia mengatakan jika perang pecah, maka semua orang akan kalah.

Belarusia adalah sekutu utama Rusia. Ukraina pernah mengatakan bahwa invasi pasukan Moskow bisa saja dilakukan dari utara yaitu lewat Belarusia.

Belarusia dan Rusia pada bulan Februari merencanakan latihan militer yang akan digelar di dekat perbatasan negara anggota Uni Eropa, yakni Polandia. Latihan militer kabarnya juga akan digelar di dekat perbatasan Ukraina, yang semakin meningkatkan ketegangan.

Namun dalam pidatonya tersebut, melansir Tass, Lukashenko menjelaskan "tidak akan ada kemenangan dalam perang itu, kita semua akan kalah, inilah mengapa kita tidak menginginkan perang, kita sudah cukup berperang."

Menurut Lukashenko, Belarus tidak pernah menciptakan masalah bagi tetangganya dan negara lain, "dan tidak akan pernah menimbulkan masalah."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us