Ledakan Bom di Yaman Tewaskan Lima Anak yang Main Sepak Bola

- Lima anak tewas akibat ledakan di Yaman barat daya saat bermain bola
- Insiden terjadi di Taiz, lokasi pertempuran antara Houthi dan pemerintah sejak 2016
- Perang saudara di Yaman dimulai pada 2014 setelah Houthi merebut ibu kota Sanaa
Jakarta, IDN Times - Sedikitnya lima anak tewas setelah alat peledak meledak di area pemukiman di Yaman barat daya. Saksi mata mengatakan bahwa anak-anak tersebut sedang bermain bola saat kejadian.
Ledakan terjadi pada Jumat (11/7/2025) malam di subdistrik Al-Hashmah, provinsi Taiz. Belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Pusat Hak Asasi Manusia Yaman dan kelompok hak asasi manusia lainnya, Eye of Humanity, bersama dengan TV Al-Masirah yang dikendalikan kelompok Houthi, menyatakan bahwa peluru artileri ditembakkan oleh milisi yang didukung oleh partai Islah, yang bersekutu dengan pemerintah yang diakui secara internasional di Yaman selatan.
1. Korban tewas akibat terkena pecahan peluru
Menurut saksi mata, ledakan berasal dari arah wilayah yang dikuasai oleh pasukan yang bersekutu dengan Partai Islah. Sedikitnya tiga orang mengalami luka ringan hingga sedang. Mereka semua telah dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Dilansir dari Arab News, Pusat Hak Asasi Manusia Yaman mengecam insiden tersebut dalam sebuah laporan yang menyertakan foto-foto anak-anak yang tewas. Mengutip sumber medis di rumah sakit, para korban meninggal akibat luka-luka dari pecahan peluru.
Kelompok itu juga menyebutkan bahwa dua dari anak-anak tersebut berusia 12 tahun, sementara dua lainnya berusia 14 tahun. Usia anak kelima masih belum diketahui.
2. Taiz jadi lokasi pertempuran antara Houthi dan sekutu pemerintah
Kota Taiz, ibu kota provinsi Taiz, telah menjadi medan pertempuran antara Houthi dengan kelompok bersenjata lainnya yang didukung oleh Partai Islah, serta faksi-faksi lain yang terlibat dalam perang saudara di Yaman.
Sejak 2016, kota ini berada di bawah blokade Houthi yang membatasi pergerakan penduduk dan aliran barang-barang penting. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, Houthi dilaporkan telah membuka sejumlah jalan utama.
3. Perang saudara di Yaman dimulai pada 2014
Perang saudara di Yaman meletus pada 2014, ketika Houthi merebut ibu kota Sanaa dan sebagian besar wilayah utara, memaksa pemerintah yang diakui secara internasional mengasingkan diri. Pada tahun berikutnya, koalisi yang dipimpin Arab Saudi turun tangan untuk memerangi Houthi dalam upaya mengembalikan pemerintahan yang sah.
Selama bertahun-tahun, berbagai upaya perundingan damai yang dimediasi oleh Perserikatan Bansa-Bangsa (PBB) gagal mengakhiri kebuntuan. Namun, konflik di Yaman mulai mereda sejak tercapainya kesepakatan gencatan senjata pada 2022.
Dewan Transisi Selatan yang didukung oleh Uni Emirat Arab (UEA) menguasai sebagian besar wilayah selatan Yaman, yang telah terpecah akibat perang saudara. Dewan ini mendukung upaya pemisahan wilayah selatan dan memiliki pasukan sendiri yang bersekutu dengan pemerintah yang diakui secara internasional untuk memerangi kelompok Houthi, dikutip dari Al Jazeera.