Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Netanyahu: Normalisasi Israel dan Arab Saudi Semakin Nyata 

Ilustrasi bendera Israel (Unsplash.com/Levi Meir Clancy)
Ilustrasi bendera Israel (Unsplash.com/Levi Meir Clancy)

Jakarta, IDN Times – Israel menetapkan Arab Saudi akan menjadi negara berikutnya yang tergabung dalam Kesepakatan Abraham. Mereka bertekad untuk normalisasi hubungan dengan empat negara Arab.

Netanyahu yakin bisa menormalisasi hubungan Arab Saudi-Israel. Ia juga mencatat bahwa langkah seperti itu akan mengakhiri konflik Israel dengan negara-negara Arab. 

“Saya percaya bahwa kita dapat mencapai terobosan jika kepemimpinan Saudi memutuskan bahwa mereka ingin menjadi bagian darinya secara resmi. Secara tidak resmi, mereka sudah menjadi bagian darinya,” kata Netanyahu dilansir Jerussalem Post.

1. Palestina jadi persyaratan Saudi untuk normalisasi

Seorang pria membawa bendera Palestina di tengah asap hitam. (pixabay.com/Hosny_Salah)
Seorang pria membawa bendera Palestina di tengah asap hitam. (pixabay.com/Hosny_Salah)

Meski begitu, langkah normalisasi akan terhambat oleh masalah Palestina yang tak kunjung usai.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Faisal bin Farhan Al Saud, di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos menegaskan, pihaknya tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel jika tidak ada solusi dua negara dengan Palestina.

“Normalisasi sejati dan stabilitas sejati hanya akan terwujud jika memberikan Palestina sebuah negara,” kata Faisal di KTT tersebut, dilansir Times of Israel, (20/1/2023).

Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, adalah mitra dekat Amerika Serikat tetapi berulang kali menolak untuk menormalisasi hubungan dengan sekutu Israel karena aksi militernya di Tepi Barat.

2. Bentuk koalisi melawan Iran

Ilustrasi bendera Iran (unsplash.com/mostafa meraji)
Ilustrasi bendera Iran (unsplash.com/mostafa meraji)

Alasan utama Israel ingin normalisasi dengan Saudi, kata analis senior Jerussalem Center, Yoni Ben Menachem, adalahh keinginan membentuk koalisi Israel, Arab, dan Amerika melawan Iran. Tujuan lainnya adalah untuk memengaruhi hubungan Israel dengan Palestina.

“Kesepakatan semacam itu akan mendorong Palestina untuk memahami bahwa dunia Arab menginginkan perdamaian dengan Israel, dan giliran mereka untuk berintegrasi ke dalam proses ini,” tutur Menachem.

Menachem juga mengungkapkan bahwa normalisasi antara Saudi dan Israel akan menjadi jembatan baru untuk memperbaiki hubungan Amerika Serikat dengan Saudi.

Belakangan, hubungan Washington-Riyadh memburuk lantaran pemerintahan Biden masih menganggap Mohammed Bin Salman (MBS) bertanggung jawab pada pembunuhan penulis pembangkang Saudi, Jamal Kasshogi.

Tensi hubungan keduanya semakin memuncak ketika MBS mengecewakan Amerika dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, 17 Januari lalu. Saudi mempertimbangkan perdagangan mata uang selain dolar AS untuk pertama kalinya dalam 48 tahun. Pengumuman itu menunjukkan bahwa Riyadh dapat mengurangi ketergantungan mereka pada dolar.

3. Kesepakatan Abraham

Penandatanganan Kesepakatan Abraham oleh Israel, Bahrain, dan Uni Emirat Arab yang ditengahi AS pada 15 September 2020,. (Dok. Wikipedia/The White House)
Penandatanganan Kesepakatan Abraham oleh Israel, Bahrain, dan Uni Emirat Arab yang ditengahi AS pada 15 September 2020,. (Dok. Wikipedia/The White House)

Hubungan Israel dengan beberapa negara Arab dalam beberapa tahun terakhir tampak membaik. Pada 2020, Israel berhasil menormalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko melalui Kesepakatan Abraham yang dimoderasi oleh Presiden Donald Trump.

Mengikuti Kesepakatan Abraham, Netanyahu terus bekerja untuk menjalin hubungan resmi dengan Saudi. 

Proposal 2002 menawarkan Israel untuk menormalisasi hubungan sepenuhnya dengan 22 anggota Liga Arab, jika Israel menyetujui solusi dua negara (two state solution) berdasarkan perbatasan tahun 1967 dan dengan resolusi yang adil bagi pengungsi Palestina.

Rencana tersebut tidak pernah disambut baik oleh Israel. Menurut mereka, Kesepakatan Abraham, yang membuat Israel menormalisasi hubungan dengan tiga negara Arab, membuktikan bahwa proposal berusia dua dekade itu tidak lagi relevan.

Tepi Barat dan Jalur Gaza ditambah Yerusalem timur yang dicaplok Israel telah lama disebut-sebut sebagai dasar negara Palestina dalam solusi dua negara. Namun, tujuan itu semakin jauh karena Tepi Barat terpecah oleh pemukiman Yahudi.

Netanyahu berencana untuk mengejar kebijakan peningkatan perluasan pemukiman di Tepi Barat. Partai-partai sayap kanan dalam koalisinya menganjurkan aneksasi beberapa wilayah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us