Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Keberhasilan Jepang Mendaratkan Wahana di Bulan

Wahana antariksa SLIM milik Jepang (Twitter.com/小型月着陸実証機SLIM)
Wahana antariksa SLIM milik Jepang (Twitter.com/小型月着陸実証機SLIM)

Jakarta, IDN Times - Jepang menjadi negara kelima yang mendaratkan wahana antariksa tak berawak di Bulan setelah Uni Soviet, Amerika Serikat (AS), China dan India. Wahana tersebut bernama Smart Lander for Investigating Moon, atau SLIM.

Menurut Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), wahana itu mendarat di permukaan bulan pada Jumat (19/1/2024) pukul 10:20 waktu setempat.

Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan bahwa kabar tersebut menggembirakan. Namun, wahana disebut memiliki baterai terbatas dan hanya akan bertahan dalam beberapa jam saja.

Berikut ini adalah lima fakta Jepang berhasil mendaratkan wahana antariksa ke Bulan.

1. Peluncuran dilakukan tahun lalu

ilustrasi peluncuran roket luar angkasa Jepang (Twitter.com/Mitsubishi Heavy Industries)
ilustrasi peluncuran roket luar angkasa Jepang (Twitter.com/Mitsubishi Heavy Industries)

Saat SLIM dikabarkan berhasil mendarat pada Jumat pekan lalu, peluncuran wahana itu telah dilakukan Jepang pada 6 September 2023. Peluncuran dilakukan dengan roket Mitsubishi Heavy H-IIA dari Tanegashima Space Center.

Dilansir Space, JAXA mengatakan SLIM akan bertugas meletakkan sistem penyelidikan ringan masa depan dalam skala kecil dan menggunakan teknologi pendaratan yang tepat.

Ukuran SLIM terbilang kecil, seukuran dengan mobil penumpang. Tinggi wahana itu 2,4 meter, panjang 2,7 meter dan lebar 1,7 meter. Saat lepas landas, beratnya sekitar 700 kilogram.

"Dengan menciptakan pendarat SLIM, manusia akan melakukan perubahan kualitatif untuk bisa mendarat di tempat yang kita inginkan dan bukan hanya di tempat yang mudah untuk mendarat, seperti yang terjadi sebelumnya" kata JAXA.

"Dengan mencapai hal ini, akan ada kemungkinan untuk mendarat di planet yang sumber dayanya lebih langka dibandingkan bulan," tambahnya.

2. Teknologi pendaratan yang presisi

SLIM dijuluki Moon Sniper. Ini karena dia membawa teknologi presisi Jepang yang telah dikembangkan selama dua dekade.

Teknologi ini disebut untuk mendaratkan wahana di tempat yang diinginkan, bukan di tempat yang mudah untuk mendarat. Jika teknologi wahana lain mendarat di lokasi dengan target yang membentang beberapa kilometer, SLIM menargetkan pendaratan yang lebarnya hanya 100 meter.

Dilansir Associated Press, Tokyo berharap mendapatkan kembali kepercayaan terhadap teknologi luar angkasa setelah sejumlah kegagalan yang terjadi.

Pada April lalu, pesawat ruang angkasa Jepang jatuh saat berusaha mendarat di bulan. Roket H-III andalan yang baru dikembangkan juga mengalami kegagalan pada Maret dalam debut peluncuran.

"Penting untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Jepang memiliki teknologi tepat guna agar dapat menegaskan posisi dalam pengembangan (pendarat) bulan dengan baik," jelas Takeshi Tsuchiya, profesor aeronautika di Sekolah Pascasarjana Teknik Universitas Tokyo.

3. Diperkirakan hidup hanya beberapa jam

Wahana SLIM yang berhasil mendarat hanya akan bertahan dalam beberapa jam. Peralatan itu bekerja dengan baterai terbatas dan panel surya sebagai sumber energi mengalami masalah.

Ada kemungkinan masalah panel surya disebabkan oleh fakta bahwa SLIM tidak mengarah ke arah yang diinginkan.

Dilansir CNN, panel surya diharap dapat bertahan pada malam hari dan mengisi daya kembali ketika sudut cahaya matahari berubah di bulan.

"Jadi ketika arah matahari berubah dan cahaya bersinar dari arah yang berbeda, cahaya tersebut mungkin akan mengenai sel surya," kata Direktur Jenderal JAXA Hitoshi Kuninaka.

JAXA menyebut misi itu memenuhi kriteria sebagai keberhasilan minimum dalam pendaratan menggunakan dukungan navigasi optik. Kuninaka memberi nilai 60 dari 100.

4. Teknologi penting masa depan

ilustrasi (Unplash.com/bellergy)
ilustrasi (Unplash.com/bellergy)

Jepang berpartisipasi aktif dalam program Artemis NASA. Tujuannya mengirimkan salah satu astronautnya ke bulan.

Dilansir Al Jazeera, JAXA menekankan teknologi presisi tinggi yang dimilikinya dapat jadi alat hebat dalam eksplorasi kutub bulan di masa depan. Wilayah ini disebut memiliki sumber oksigen, bahan bakar dan air yang potensial.

"(SLIM) membuktikan bahwa Jepang memiliki teknologi ini akan memberi kita keuntungan besar dalam misi internasional mendatang seperti Artemis. Tidak ada negara lain yang mencapai hal ini," kata Shinichiro Sakai, manajer proyek SLIM JAXA.

Program Artemis adalah program antariksa untuk mendarat di Bulan, khususnya di wilayah kutub selatan. Program didanai pemerintah AS, melibatkan NASA, perusahaan komersial di luar AS serta mitra Eropa ESA, Jepang JAXA, Kanada CSA dan Australia ASA.

Ambisi Artemis tidak hanya mendarat di bulan, tapi juga mengirim manusia ke Mars.

5. SLIM membawa dua robot kecil

SLIM mendarat di Kawah Shioli. Wahana tersebut membawa dua robot, LEV-1 dan L-EV-2. LEV-2 meloncat ketika SLIM berada pada ketinggian sekitar 1,8 meter di atas permukaan bulan.

Robot itu selanjutnya akan berguling dan menggambarkan pendaratan SLIM dan area sekitarnya melalui kamera yang dibawa. LEV-2 mampu bertahan sekitar dua jam.

Dilansir Space, LEV-2 ini memiliki dua bagian yang mampu berpisah dan berfungsi sebagai kaki dan roda. Saat melakukan pergerakan, dia akan mengirim datanya ke Bumi dengan perantara LEV-1.

Robot dikembangkan Hirano Daichi, bekerja sama dengan produsen mainan Tomy, peneliti di Universitas Doshisha dan Sony Group untuk pengembangan kamera.

"Kami mengadopsi teknologi desain yang kuat dan aman untuk mainan anak-anak, yang mengurangi sebanyak mungkin jumlah komponen yang digunakan dalam kendaraan dan meningkatkan keandalannya," jelas Daichi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us

Latest in News

See More

Yusril: PP Soal Polri Ditargetkan Maksimal Rampung Januari 2026

20 Des 2025, 18:09 WIBNews