Putin Bombardir Ukraina Setelah Telepon dengan Trump

- Serangan Rusia hancurkan Kyiv dan picu kepanikan warga.
- Dunia desak Trump dan sekutu bertindak tegas terhadap Rusia.
- AS dan Rusia gagal capai kemajuan, Ukraina balas serang.
Jakarta, IDN Times – Ukraina menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin mempermalukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump usai keduanya melakukan percakapan via telepon Jumat (4/7/2025). Beberapa jam setelah panggilan itu, Rusia meluncurkan serangan drone dan misil balistik terbesar sepanjang perang ke Kyiv. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan selama tujuh jam itu sebagai tindakan teror yang disengaja yang terjadi segera setelah panggilan telepon antara Washington dan Moskow.
Serangan Rusia dilakukan secara terkoordinasi sepanjang malam dengan lebih dari 550 drone dan misil balistik. Keluarga-keluarga di Kyiv terpaksa mengungsi ke stasiun metro, ruang bawah tanah, dan garasi parkir demi berlindung. Pejabat setempat melaporkan satu orang tewas dan sedikitnya 23 orang lainnya luka-luka, 14 di antaranya dirawat di rumah sakit.
1. Serangan hancurkan Kyiv dan picu kepanikan warga
Langit Kyiv dipenuhi suara dengungan drone disertai ledakan dan tembakan senapan mesin. Pasukan pertahanan udara Ukraina berusaha menembak jatuh misil-misil Rusia hingga serangan udara berakhir pukul 09.00 pagi waktu setempat. Kepulan asap hitam pekat membubung di atas kota, memicu imbauan kepada warga agar menutup jendela mereka.
Ledakan besar merusak blok apartemen, mobil, dan gudang di beberapa kawasan Kyiv. Layanan kereta api terganggu, penumpang di stasiun utama dipaksa keluar lewat terowongan bawah tanah akibat concourse ditutup. Wali Kota Kyiv, Vitali Klitschko, menyebut enam dari sepuluh distrik kota terdampak, termasuk kebakaran di fasilitas medis dan perumahan akibat puing-puing drone.
Pada Jumat (4/5/2025) pagi, relawan dan siswa membersihkan puing-puing di sekolah nomor 22 yang rusak akibat serangan. Drone Rusia yang berhasil dicegat jatuh di halaman sekolah, membakar mobil serta memecahkan kaca dan balkon. Drone kedua menghantam apartemen di Vidradnyi Avenue, barat daya Kyiv.
2. Dunia desak Trump dan sekutu bertindak tegas
Menteri Luar Negeri Polandia, Radek Sikorski, menyebut gedung konsulat negaranya di Kyiv ikut rusak akibat serangan.
“Presiden Trump, Putin sedang mengejek upaya perdamaian Anda. Harap pulihkan pasokan amunisi anti-pesawat ke Ukraina dan terapkan sanksi baru yang keras pada agresor,” tulisnya di platform X, dikutip dari The Guardian, Jumat (4/7/2025).
Mantan Sekretaris Jenderal Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Anders Fogh Rasmussen, menilai Rusia melihat kelemahan dari AS dan Eropa. “Dia akan mengebom warga sipil sampai Ukraina kehabisan pertahanan misil,” katanya.
Rasmussen menegaskan bahwa sekutu harus mempersenjatai Ukraina sepenuhnya untuk melindungi warga, menghentikan agresi Putin, dan memaksa negosiasi.
Dilansir dari BBC, Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, berharap ada fleksibilitas dari Washington terkait pasokan senjata ke Ukraina. Sementara itu, juru bicara pemerintah Jerman menyatakan pihaknya sedang bernegosiasi dengan AS untuk membeli sistem pertahanan udara Patriot guna dikirim ke Ukraina.
3. AS dan Rusia gagal capai kemajuan, Ukraina balas serang
Trump mengatakan percakapannya dengan Putin berlangsung cukup panjang namun tanpa hasil signifikan.
“Saya tidak senang dengan itu. Tidak, saya sama sekali tidak membuat kemajuan dengan dia hari ini,” katanya.
Di sisi lain, Kremlin menyatakan mereka akan terus berupaya menghilangkan akar penyebab perang di Ukraina dan Putin bersikeras bahwa seluruh Ukraina adalah milik mereka.
Serangan Rusia terjadi setelah Pentagon menghentikan pengiriman beberapa senjata penting ke Ukraina, termasuk misil untuk sistem Patriot. Zelenskyy menyerukan tekanan lebih besar dari AS, Inggris, dan Uni Eropa untuk menghentikan serangan terhadap warga sipil.
“Harus ada konsekuensi – bukan nanti, tapi sekarang,” ujar Zelenskyy.
Ukraina membalas dengan serangan drone ke kota Sergiyev Posad dekat Moskow yang melukai satu orang, serta serangan ke wilayah Rostov yang menewaskan satu orang. Kementerian Pertahanan Rusia menyebut serangan besar-besaran mereka adalah balasan atas tindakan teroris rezim Kyiv. Ukraina kini semakin bergantung pada drone dalam negeri untuk melawan drone Shahed Rusia, meski kesulitan menghadapi jumlah yang sangat besar.