Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera World Health Organization atau WHO (Dok. Wikimedia)

Jakarta, IDN Times – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Anak-Anak PBB (UNICEF) mengeluarkan peringatan terkait potensi penyebaran wabah campak pada anak-anak. Peringatan itu dikeluarkan setelah kenaikan kasus campak pada awal 2022.

“Hampir 17.338 kasus campak dilaporkan di seluruh dunia pada Januari dan Februari 2022, dibandingkan dengan 9.665 selama dua bulan pertama di tahun 2021,” kata WHO dalam laman resminya, Rabu (27/4/2022).

Virus campak dilaporkan dapat melemahkan sistem kekebalan dan membuat anak lebih rentan terhadap penyakit menular lainnya seperti pneumonia dan diare. Kasus penyakit ini cenderung muncul dengan cepat ketika tingkat vaksinasi menurun.

1. Pandemik COVID-19 dinilai menghambat imunisasi

Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepala WHO. (Instagram.com/drtedros)

Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menilai pandemik COVID-19 telah mengganggu layanan imunisasi terhadap penyakit lainnya. Sistem kesehatan disebutnya kewalahan dan memicu munculnya kembali wabah mematikan termasuk campak.

“Sekarang adalah saatnya untuk mendapatkan imunisasi penting kembali ke jalurnya dan meluncurkan kampanye (untuk) mengejar (ketertinggalan) sehingga semua orang dapat memiliki akses ke vaksin yang menyelamatkan jiwa,” kata Tedros.

Gangguan pandemik telah meningkatkan ketidaksetaraan dalam akses vaksin. Selain itu, risiko wabah besar meningkat karena masyarakat melonggarkan praktik menjaga jarak dan tindakan pencegahan lainnya untuk COVID-19 yang diterapkan selama puncak pandemi.

Hingga 1 April 2022, ada 57 kampanye pencegahan penyakit dengan suntikan vaksin di 43 negara yang dijadwalkan berlangsung sejak awal pandemik masih ditunda. Sembilan di antaranya adalah upaya pencegahan campak yang berdampak pada 73 juta anak di seluruh dunia.

2. Penyebaran campak kebanyakan terjadi di Afrika

Editorial Team