10 Fakta Unik Variegated Spider Monkey, Primata Hampir Punah di Dunia

- Variegated Spider Monkey memiliki bulu berwarna-warni dan mata biru cerah yang langka.
- Mereka ahli akrobatik dengan ekor prehensil, diet frugivora, dan tingkat kecerdasan yang tinggi.
- Primata ini terancam punah karena hilangnya habitat dan pemburuan liar, membutuhkan perlindungan serius.
Variegated Spider Monkey (Ateles hybridus) adalah salah satu primata langka dari Amerika Selatan yang punya penampilan khas dan perilaku unik. Mereka dikenal dengan tubuhnya ramping, panjang, berbulu seperti laba-laba, dan status konservasi yang mengkhawatirkan. Meski tak sepopuler gorila atau simpanse, monyet ini menyimpan segudang fakta unik yang menarik untuk disimak. Yuk, kita bahas!
1. Bermata Biru yang Indah

Sesuai dengan namanya (Varigated), primata ini mempunyai warna bulu yang beraneka warna. Mulai dari cokelat pucat pada punggung, atas ekor, hingga sisi bagian luar tungkai. Serta pada bagian perutnya berwarna krem. Selain itu, kepalanya ditutupi dengan bulu berwarna cokelat tua yang sangat kontras, serta terdapat buru berbentuk segitiga pada dahinya yang berwarna putih atau krem. Namun, terdapat salah satu keunikan pada primata ini, yaitu memiliki mata berwarna biru cerah, tetapi hanya beberapa spesies saja yang memiliki mata berwarna biru dan ada juga yang berwarna cokelat. Walaupun tidak semua spesies tidak mempunyai mata berwarna langit, tetapi primata ini sudah sangat memukau dengan bulunya yang cukup beragam.
2. Sang Ahli Akrobatik

Monyet laba-laba memang terkenal sering membuat pertunjukkan akrobatik di pepohonan. Apalagi bentuk tubuhnya yang panjang dan ramping, yang hanya berukuran 45-50 cm (belum termasuk ekor) serta berat sekitar 7,5-10 kg, sangat memudahkan primata ini untuk bergelantungan di pepohonan. Namun, anggota tubuh yang memiliki peranan besar dalam pertunjukkan akrobatiknya adalah ekornya. Pada bagian dalam ekornya tidak memiliki bulu, sehingga ekornya dapat mencengkeram dengan sangat kuat di dahan pohon. Apalagi ukuran ekornya ini lebih panjang dari tubuhnya, yang memiliki ukuran sekitar 74-85 cm. Dengan ekornya yang prehensil mereka dapat dengan mudah bergelantungan di pepohonan. Selain itu, ekornya juga berperan dalam menjaga keseimbangan tubuhnya. Uniknya, mereka dapat memetik buah menggunakan ekornya dan juga mereka sering terlihat memakan buah-buahan yang mereka petik sambil bergelantungan di pohon menggunakan ‘anggota tubuh kelima’ -nya itu. Selain ekornya yang berperan dalam akrobatik, keempat jarinya yang berbentuk kait juga dapat membantu mencengkeram pada saat berayun di pohon.
3. Diet yang di Dominasi Buah

Seperti primata lainnya, mereka termasuk dalam hewan yang bersifat omnivora. Walaupun mereka omnivora, dilansir dari New England Primate Conservancy, lebih dari 80 persen makanan mereka terdiri dari buah-buahan. Namun, pada saat musim kemarau tiba – yang artinya buah-buahan tidak banyak dijumpai, mereka biasanya akan mencari alternatifnya seperti daun muda, kacang-kacangan, bunga, hingga biji-bijian. Selain makanan yang bersumber dari tumbuhan, mereka juga memakan berbagai jenis serangga yang mudah ditemui di habitatnya, seperti rayap dan ulat. Selain itu, mereka juga memakan laba-laba hingga telur burung. Namun, dibalik kebiasaan frugivora-nya, ternyata mereka sangat berperan besar dalam regenerasi hutan. Melalui feses mereka yang mengandung biji-bijian dari buah yang mereka makan, dapat membuat pepohonan atau tanaman menjadi lebih subur serta berkesempatan tumbuh menjadi pohon baru.
4. Tingkat Kecerdasan yang Tinggi

Monyet laba-laba memang dianggap sebagai primata nonmanusia yang paling cerdas ketiga, setelah orangutan dan simpanse. Dilansir dari New England Primate Conservancy, kecerdasan ini diduga tumbuh akibat adaptasinya terhadap pola makan frugivora (pemakan buah) mereka, yang mengharuskan mereka untuk mengidentifikasi serta menghafal berbagai buah dari berbagai pohon serta lokasi pohon-pohon tersebut.
5. Hidup dalam Pasukan Besar

Primata ini merupakan hewan sosial, yang hidup dalam kelompok yang sangat besar, dan dalam satu kelompok bisa mencapai hingga 30 ekor. Walau hidup dalam kelompok besar, mereka tidak selalu bersama, justru mereka akan membentuk kelompok yang lebih kecil. Dalam subkelompok ini mereka akan berkelana hingga mencari makan, lalu pada saat menjelang malam mereka akan berkumpul kembali menjadi kelompok yang besar untuk beristirahat – istilah ini disebut dengan fission-fusion.
6. Pohon Tempat yang Aman, Tetapi Manusia Berkata Tidak

Mereka dikenal lebih banyak menghabiskan waktunya di pepohonan (arboreal) dan banyak beraktivitas di siang hari (diurnal). Kebiasaan ini tentu saja dipengaruhi oleh pola makannya dan sebagai bentuk pertahanan diri untuk menghindar dari predator. Dalam bentuk pola makan, contohnya mereka lebih banyak mencari makanan yang bersumber dari pepohonan, walau terkadang mereka menginjakkan kaki ke tanah hanya untuk minum air. Selain itu, beraktivitas di pepohonan terbilang cukup aman bagi mereka, karena dapat terhindar dari predator – seperti jaguar, ular besar, puma, hingga elang. Walau para predator cukup sulit untuk memangsa primata ini, tetapi tidak untuk manusia. Manusialah yang lebih banyak ‘memangsa’ mereka, dibandingkan dengan para puncak rantai makanan.
7. Memiliki Bentuk Komunikasi yang Unik

Primata ini memiliki bentuk komunikasi yang sangat beragam. Mulai dari ringkikan dengan nada yang cukup keras, teriakan, ratapan, hingga jeritan yang digunakan untuk memberitahu lokasi saat mencari makan. Mereka menggunakan panggilan alarm, jika mereka merasa terancam akan adanya predator yang mendekat. Selain itu, mereka juga dikenal sebagai primata taktil – hal ini merujuk pada pentingnya sebuah sentuhan fisik untuk menjaga ikatan sosial sesama anggota kelompok. Dilansir dari New England Primate Conservancy, ketika subkelompok berkumpul kembali dengan kelompok besarnya setelah mencari makan, anggota lainnya akan dengan antusias menyapa satu sama lain dengan panggilan gembira, dan uniknya mereka tidak hanya menyapa, tetapi saling berpelukan satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa mereka saling menyayangi satu sama lain. Tidak hanya vokalisasi dan sentuhan fisik saja, tetapi mereka juga menggunakan aroma penciuman untuk berinteraksi.
8. Penyebaran yang Terbatas

Primata ini menjadi hewan endemik asal Kolombia dan Venezuela. Di Kolombia, mereka hidup di sepanjang tepi timur Sungai Magdalena, di wilayah barat daya Guajira di lereng barat, dan timur Pegunungan Serranía de Perijá. Sedangkan di Venezuela, mereka tinggal di negara bagian Miranda hingga di kaki pegunungan Andes. Habitat asli mereka di hutan hujan tropis dan subtropis, yang diikuti hutan sungai, rawa, serta hutan semi-gugur.
9. Salah Satu Monyet Paling Terancam Punah di Dunia

Sayangnya, dibalik keunikannya, mereka harus berjuang untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka di dunia ini. Bukan tanpa alasan, primata ini diketahui telah enam kali masuk dalam The World’s 25 Most Endangered Primates. Primata ini diklasifikasikan sebagai Critically Endangered atau krisis terancam punah oleh IUCN dan masuk dalam The IUCN Red List of Threatened Species. Hilangnya habitat asli menjadi dalang utama dalam terancam punahnya primata ini. Dilansir dari New England Primate Conservancy, hutan ditebang melalui praktik pertanian dan diubah menjadi lahan ternak, jala raya, dijadikan pemukiman manusia, hingga ditebang oleh industri penebangan kayu, yang membuat primata ini terusir dari habitat alaminya. Selain itu, mereka juga menjadi sasaran pemburuan liar, yang nantinya akan diperdagangkan di pasar hewan ilegal. Ada juga yang akan dijadikan obat-obatan tradisional, yang diambil dari bagian tubuhnya.
10. Upaya Perlindungan Satwa Ikonik ini

Populasinya kian menurun dan tidak diketahui juga jumlah populasinya, yang menjadikan primata ini sangat memprihatinkan. Upaya demi upaya terus dilakukan baik dari pemerintah maupun dari organisasi swasta. Pemerintah sudah membuat perjanjian internasional antar pemerintah, dengan tujuan agar tidak ada perdagangan flora dan fauna yang mengancam kelangsungan primata ini. Namun sayangnya, walaupun mereka sudah terlindungi di kawasan lindung, tetapi masih banyak masalah di sana, yang memungkinkan mengancam keselamatan primata satu ini. Dikutip dari New England Primate Conservancy, di wilayah Taman Nasional San Lucas di Kolombia, keberadaan pemberontak politik, militer, dan ladang ranjau membuat kawasan tersebut berbahaya bagi para konservasionis yang akan melakukan survei populasi. Begitu juga di Venezuela, undang-undang yang melarang perburuan dan penebangan di kawasan lindung yang telah ditetapkan secara rutin dilanggar, sehingga monyet-monyet ini tidak terlindung. Para konservasionis mendesak agar pemerintah dapat melakukan tindakan untuk melindungi primata ini. Organisasi non-pemeritah juga ikut serta dalam upaya konservasi primata satu ini, salah satunya adalah Primates Project Foundation atau Fundacion Proyecto Primates yang berbasis di Kolombia timur laut.
Variegated Spider Monkey bukan hanya primata dengan penampilan unik, tetapi juga spesies penting bagi keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis. Sayangnya, statusnya yang sangat terancam punah membuat kita harus lebih peduli terhadap kelestarian habitat mereka. Menjaga Variegated Spider Monkey berarti menjaga hutan hujan tropis yang juga menjadi rumah bagi ribuan spesies lain, termasuk manusia secara tidak langsung. Semoga semakin banyak perhatian yang tercurah untuk bisa menyelamatkan primata menakjubkan ini dari ambang kepunahan.