Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Tarsius Dian, Primata Mungil Endemik Indonesia!

potret tarsius dian yang sedang memanjat tanaman (commons.wikimedia.org/Jemi Y.S, KPHK Morowali)
potret tarsius dian yang sedang memanjat tanaman (commons.wikimedia.org/Jemi Y.S, KPHK Morowali)

Tarsius (famili Tarsidae) mungkin terlihat seperti tupai atau mamalia kecil arboreal lain. Namun, percaya tidak, kalau ternyata mereka masuk dalam ordo Primata yang artinya si kecil ini merupakan kerabat dari monyet dan kera.  Di seluruh dunia terdapat 14 spesies tarsius berbeda yang terbagi atas tiga genera berbeda. Kali ini, kita akan fokus membahas satu spesies bernama tarsius dian (Tarsius dentatus).

Dari penampilan wajah, tarsius dian cukup mirip dengan kerabat yang lain. Rambut mereka ditutupi warna abu-abu yang cenderung lebat, terdapat beberapa bintik hitam di sekitar hidung, dan garis putih di sekitar bibir. Untuk ukuran, tarsius ini punya panjang tubuh antara 11,5—12 cm, ekor 22 cm, dan bobot 100—150 gram. Selain soal penampilan, ada beberapa fakta menarik lain dari spesies tarsius satu ini, salah satunya terkait dengan status endemik yang mereka miliki. Makin penasaran, kan? Yuk, simak fakta tarsius dian di bawah ini sampai tuntas!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

ilustrasi peta persebaran tarsius dian (commons.wikimedia.org/Chermundy)
ilustrasi peta persebaran tarsius dian (commons.wikimedia.org/Chermundy)

Dari judul di awal, disebutkan bahwa tarsius dian merupakan hewan endemik Indonesia. Akan tetapi, di mana sebenarnya mereka tinggal? Dilansir Animalia, primata mungil ini hanya ditemukan di Pulau Sulawesi. Secara spesifik, mereka hanya ditemukan di sekitar Sulawesi Tengah saja.

Untuk urusan tempat tinggal, tarsius dian memilih kawasan hutan hujan tropis yang ada di dataran rendah atau antara elevasi 500—1.500 meter di atas permukaan laut. Kadang-kadang primata ini juga bisa ditemukan di sekitar hutan sekunder. Serupa dengan kerabat yang lain, tarsius dian termasuk hewan nokturnal sehingga aktivitas sehari-hari baru dimulai ketika Matahari sudah terbenam.

Salah satu aktivitas tersebut adalah mencari makan. Primata mungil ini termasuk insektivor yang artinya menargetkan serangga sebagai makanan utama. Beberapa jenis serangga favorit tarsius dian adalah belalang, jangkrik, dan ngengat. Kadang-kadang mereka turut mengonsumsi kadal dan udang.

2. Hewan arboreal sejati

seekor tarsius dian yang ada di Morowali (commons.wikimedia.org/Jemi Y.S, KPHK Morowali)
seekor tarsius dian yang ada di Morowali (commons.wikimedia.org/Jemi Y.S, KPHK Morowali)

Selain tergolong nokturnal, salah satu ciri khas keluarga tarsius adalah tendensi mereka sebagai hewan arboreal. Artinya, primata mungil ini lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon ketimbang menginjak tanah. Tentunya tarsius dian termasuk dalam kelompok ini. Malahan, mereka sudah berkembang sedemikian rupa supaya mampu menunjang cara hidup ini.

Animal Diversity melaporkan, seluruh jari pada tangan dan kaki tarsius dian memiliki bantalan empuk yang berfungsi untuk mencengkeram batang atau dahan pohon dengan mudah. Agar bisa bertahan pada posisi vertikal, primata ini memanfaatkan kuku berbentuk melengkung dan runcing yang dapat ditancapkan ke permukaan yang hendak dipanjat. Tak cukup sampai di situ, kemampuan navigasi saat berada di pohon pun sangat menakjubkan.

Tarsius dian tak perlu memutar tubuh untuk mengamati keadaan sekitar. Leher mereka sangat fleksibel sampai bisa diputar 180 derajat. Artinya, tarsius ini mampu untuk memanjat ke atas sambil mengamati sekeliling jika diperlukan. Beruntungnya, mata besar milik tarsius dian sangat sensitif pada cahaya di malam hari. Kalau itu belum cukup, masih ada indera penciuman yang tajam dan indera pendengaran yang sangat peka terhadap kondisi di sekeliling di tengah gelapnya malam.

3. Kehidupan sosial

keluarga tarsius di atas pohon (commons.wikimedia.org/Sakurai Midori)
keluarga tarsius di atas pohon (commons.wikimedia.org/Sakurai Midori)

Meski pada kebanyakan gambar tarsius dian terlihat sendirian, ternyata primata mungil yang satu ini termasuk hewan yang berkelompok. Dalam satu kelompok, ada 2—7 individu yang terdiri atas seekor jantan, 1—3 ekor betina, dan anak-anak mereka. Artinya, kelompok tarsius ini masih satu keluarga yang memiliki wilayah tersendiri. Rata-rata luas wilayah per kelompok diperkirakan antara 1,6—1,8 hektar.

Dilansir New England Primate Conservancy, kelompok kecil tarsius dian akan selalu bersama, terutama pada waktu tidur di siang hari. Sementara itu, ketika waktu mencari makan, masing-masing individu akan bergerak sendiri sehingga tarsius dian sering terlihat sendirian pada malam hari. Menjelang Matahari terbit, barulah anggota kelompok kembali ke sarang untuk berinteraksi dengan sesama lewat suara-suara unik dan kemudian tidur bersama.

Oh iya, tempat tidur keluarga tarsius dian ini umumnya terbuat dari sisa-sisa tanaman, buah-buahan, serta lubang pohon atau bambu. Tentunya, masing-masing anggota kelompok akan menjaga wilayahnya dari kelompok atau individu asing yang tak jarang dilakukan selama berjam-jam.

4. Sistem reproduksi

Tarsius tersier yang merupakan kerabat dekat tarsius dian (commons.wikimedia.org/Lip Kee Yap)
Tarsius tersier yang merupakan kerabat dekat tarsius dian (commons.wikimedia.org/Lip Kee Yap)

Ada sedikit perbedaan dari sistem reproduksi tarsius dian dengan spesies tarsius lain. Kalau tarsius lain dikenal sebagai hewan monogami, maka tarsius dian lebih condong sebagai hewan poligini. Artinya, seekor jantan akan kawin dengan beberapa betina yang masih ada di dalam kelompoknya. Tidak disebutkan kapan secara pasti musim kawin tarsius dian, tetapi diketahui bahwa seekor betina hanya dapat bereproduksi satu kali per tahun.

Dilansir Animal Diversity, tarsius dian betina akan mengandung selama 6 bulan sebelum akhirnya melahirkan seekor anak saja. Ketika sudah melahirkan, betina akan fokus merawat anaknya karena butuh energi yang besar untuk mengurus seekor anak. Alhasil, pergerakan betina jadi lebih terbatas. Masa merawat anak ini berlangsung selama 6 bulan atau ketika si anak sudah bisa hidup mandiri.

Ketika mencapai usia kemandirian atau remaja, anak jantan akan pergi dari kelompok, sementara anak betina biasanya akan tinggal sampai sudah jadi dewasa seutuhnya. Seekor tarsius dian mampu hidup sampai usia 5 tahun. Namun, usia maksimum yang dapat diraih diperkirakan mencapai 12 tahun.

5. Status konservasi

potret imut seekor tarsius (commons.wikimedia.org/Sakurai Midori)
potret imut seekor tarsius (commons.wikimedia.org/Sakurai Midori)

Merujuk pada IUCN Red List, status konservasi tarsius dian masuk pada kategori rentan punah (Vulnerable). Selain itu, tren populasi mereka cenderung menurun dengan populasi individu dewasa yang belum dilaporkan secara pasti. Adapun, fakta tentang tren penurunan populasi ini diperoleh dengan melihat kondisi alam yang ada di sepanjang peta persebaran primata ini.

New England Primate Conservancy melansir bahwa masalah utama yang dihadapi tarsius dian adalah kehilangan habitat alami akibat pembukaan lahan oleh manusia, baik untuk pertanian maupun pertambangan, dengan cara-cara tak bertanggung jawab. Ditambah lagi, penggunaan pestisida kimia mengancam keberadaan tarsius karena serangga yang mereka konsumsi jadi berkurang atau terkontaminasi. Belum selesai sampai di situ, tarsius dian juga jadi target perburuan karena dikira sebagai hama, padahal mereka sama sekali tak mengganggu tanaman petani.

Atas dasar tersebut, kini tarsius dian sudah masuk dalam golongan hewan yang dilindungi. Masyarakat setempat pun diberi edukasi soal salah paham keberadaan tarsius dian yang dikira sebagai hama pertanian. Dengan edukasi tersebut, diharapkan masyarakat lebih paham bahwa tarsius dian itu justru membantu petani dalam mengontrol populasi serangga hama pertanian secara alami. Semoga saja upaya konservasi ini membuahkan hasil supaya primata mungil endemik Indonesia ini tetap lestari, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us