Apakah Hewan juga Mengalami Fenomena Menguap Menular?

Sama seperti manusia, hampir semua spesies hewan punya refleks untuk menguap. Refleks tersebut ditandai dengan membuka mulut sebesar-besarnya, menarik napas dalam-dalam, lalu dihembuskan secara perlahan. Meski terlihat sepele, menguap itu punya manfaat penting selain penanda rasa kantuk. Misalnya, menguap dapat mendinginkan otak, meningkatkan kewaspadaan, dan memberi dorongan energi.
Nah, salah satu keunikan menguap pada manusia adalah fenomena menguap menular (contagious yawning). Fenomena tersebut, sesuai dengan namanya, terjadi ketika ada seseorang yang menguap di depan orang lain dan kemudian ia ikut menguap juga setelah beberapa waktu. Bagi manusia, menguap menular itu terbilang sangat umum, bahkan sering dijadikan lelucon. Namun, apakah fenomena yang satu ini juga dimiliki oleh hewan? Yuk, kita cari tahu jawabannya sama-sama!
1. Apa fungsi menguap pada hewan?

Sebelum masuk ke pembahasan utama, tentu penting untuk tahu dulu soal fungsi menguap pada hewan. Soalnya, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, menguap bagi manusia itu lebih banyak diasosiasikan sebagai rasa kantuk ataupun lelah. Uniknya, dalam konteks dunia hewan, ada beberapa spesies yang menggunakan reflek menguap untuk kebutuhan lain, lho.
Misalnya saja, singa laut amerika selatan (Otaria flavescens) diketahui menggunakan refleks menguap untuk menunjukkan rasa cemas, dilansir Discover Wildlife. Selain itu, singa laut jantan turut memanfaatkan refleks menguap sebagai untuk agresi kepada jantan lain yang coba mengusik atau ingin merebut wilayahnya. Hal tersebut menunjukkan kalau menguap pada dunia hewan tidak melulu menunjukkan rasa kantuk.
Selain singa laut, beberapa spesies kera dan monyet menggunakan refleks menguap untuk mengatasi stres. Maksudnya, ketika sedang mengalami sesuatu yang menyebabkan stres akibat interaksi sosial, biasanya mereka jadi lebih banyak menguap dari biasanya. Dengan demikian, bagi beberapa spesies hewan, refleks menguap bisa berarti salah satu cara melakukan interaksi sosial. Faktor inilah yang akan membantu menjawab pertanyaan utama kita.
2. Menguap menular ternyata hanya ditemukan pada hewan tertentu

Faktanya, fenomena menguap menular memang sudah dikonfirmasi bisa dilakukan oleh hewan. Namun, sejauh ini fakta yang ditemukan masih pada golongan hewan tertentu saja. Maksudnya, fenomena yang satu ini baru terkonfirmasi pada mamalia darat yang hidup secara berkelompok.
National Geographic melansir bahwa hewan seperti simpanse, gajah, domba, serigala, dan singa dikonfirmasi mengalami fenomena menguap menular. Bagi mereka, fenomena ini lebih pada ekspresi rasa empati bagi individu yang pertama kali menguap. Uniknya, setelah menguap menular terjadi pada mamalia berkelompok, semisal singa, perilaku mereka selanjutnya terlihat jadi lebih sinkron dan menumbuhkan kesadaran kolektif.
Dua hal tersebut bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh bagi mamalia yang hidup berkelompok. Sebab, kehidupan sosial pada hewan-hewan tersebut “memaksa” mereka untuk senantiasa kompak dengan anggota kelompok masing-masing dalam menghadapi berbagai situasi. Misalnya saja, koordinasi ketika berburu, menjaga anak-anak, sampai mempertahankan diri dari serangan predator.
Sejauh ini, kita belum tahu apakah menguap menular turut terjadi diluar keluarga mamalia yang hidup berkelompok. Kalaupun ada tanda-tandanya, tujuan dari fenomena tersebut juga belum diketahui secara menyeluruh, mengingat proses penelitiannya yang terbilang rumit. Yang jelas, bagi dunia hewan, menguap tak hanya tanda tubuh meminta istirahat, tetapi juga jalan untuk menyampaikan pesan dan interaksi dengan sesama.
3. Beberapa bahkan ada yang “tertular” dari manusia

Fenomena menguap menular ternyata tidak mesti terjadi pada satu spesies hewan saja. Soalnya, ada beberapa hewan sosial yang ternyata bisa “tertular” fenomena ini hanya dengan melihat manusia menguap di sekitarnya. Salah satu contoh yang paling banyak diamati adalah menguap menular pada anjing domestik yang dipelihara manusia.
Dilansir Discover Wildlife, anjing yang sudah dipelihara lama dan punya ikatan batin dengan manusia hampir pasti mengalami menguap menular karena ikatan dan empati antara keduanya sudah terjalin dengan erat. Kerennya, bukan cuma anjing yang mengalami hal tersebut. Simpanse dan gajah turut mengalami menguap menular ketika melihat manusia yang jadi perawat mereka menguap. Malahan, khusus bagi simpanse, pernah terekam fenomena menguap menular ketika ia melihat sebuah robot yang diprogram agar dapat “menguap”.
Pada akhirnya, fenomena menguap menular ternyata baru diketahui muncul pada golongan mamalia yang hidup secara berkelompok, termasuk manusia. Hebatnya lagi, menguap menular juga bukan sekadar respon acak ketika otak diberi stimulus untuk ikut menguap. Ada banyak makna dibaliknya yang berkaitan dengan interaksi sosial pada kelompok mamalia. Jadi, kalau lain kali kamu terkena fenomena menguap menular, itu artinya ada empati dan ikatan sosialmu sebagai mamalia yang hidup secara berkelompok.

















