4 Negara yang Pernah Diperintah oleh Anak di Bawah Umur, Ada yang Masih Bayi!

- Tiongkok - Pangeran Puyi naik takhta sebagai Kaisar Qing terakhir Tiongkok pada usia dua tahun, menjalani masa pemerintahan di bawah pengawasan para wali.
- Irak - Raja Faisal II naik takhta saat usianya tiga tahun, dibunuh dalam kudeta militer yang mengakhiri monarki di Irak.
- Prancis - Raja Louis XIII memerintah Prancis pada usia delapan tahun, ibunya ditunjuk sebagai wali raja dan menjalankan pemerintahan atas namanya.
Biasanya, pemimpin sebuah negara identik dengan sosok yang matang secara usia maupun pengalaman. Tapi tahukah kamu, dalam sejarah dunia, ada beberapa negara yang pernah dipimpin oleh anak-anak, bahkan ada yang belum bisa berjalan! Fenomena ini memang langka, tapi benar-benar pernah terjadi.
Mereka naik takhta bukan karena prestasi atau pemilihan umum, melainkan karena faktor garis keturunan kerajaan. Walau usianya masih sangat muda, bahkan balita, status mereka sebagai raja atau pemimpin tetap diakui secara resmi. Penasaran negara mana saja yang pernah mengalami hal ini? Yuk, simak!
1. Tiongkok - Pangeran Puyi

Puyi naik takhta sebagai Kaisar Qing terakhir Tiongkok pada usia yang sangat muda, tepatnya saat berumur dua tahun pada Desember 1908. Dilansir dari laman Britannica, ia diangkat menjadi kaisar setelah kematian pamannya, Kaisar Guangxu, dan menjalani masa pemerintahan di bawah pengawasan para wali karena usianya yang masih balita. Pada 1912, Puyi dipaksa turun takhta menyusul Revolusi Xinhai yang mengakhiri lebih dari dua ribu tahun sistem kekaisaran di Tiongkok, meskipun ia diizinkan tetap tinggal di Istana Terlarang dengan gelar kehormatan.
Setelah masa kekaisaran berakhir, kehidupan Puyi terus mengalami perubahan dramatis. Pada 1934 ia dijadikan kaisar boneka oleh Jepang di negara Manchukuo yang mereka dirikan di wilayah Manchuria. Masa pemerintahannya di Manchukuo berlangsung hingga 1945, ketika Jepang kalah dalam Perang Dunia II.
Setelah itu, Puyi ditangkap oleh pasukan Soviet dan kemudian diserahkan kepada pemerintah Tiongkok, menjalani masa tahanan sebelum akhirnya hidup sebagai warga biasa hingga wafat pada 1967. Kisah hidup Puyi mencerminkan transisi besar dalam sejarah Tiongkok dari era kekaisaran menuju masa modern.
2. Irak - Raja Faisal II

Raja Faisal II naik takhta Irak saat usianya baru sekitar tiga tahun setelah ayahnya, Raja Ghazi I, meninggal dalam kecelakaan mobil pada 1939. Dilansir dari laman Alchetron, karena Faisal masih terlalu muda untuk memerintah, pamannya, Abd al-Ilah, diangkat sebagai wali raja yang menjalankan pemerintahan hingga Faisal resmi mengambil alih kekuasaan pada tahun 1953. Faisal II menempuh pendidikan di Harrow School, Inggris, sebelum kembali ke Irak untuk menghadapi berbagai tantangan politik dan sosial di negerinya.
Masa pemerintahan Faisal II berakhir tragis pada 14 Juli 1958 saat kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Abdul Karim Qasim menggulingkan monarki. Dalam peristiwa tersebut, Faisal II dan keluarganya dibunuh, menandai berakhirnya era kerajaan Hashemite yang telah bertahan selama 37 tahun di Irak dan beralihnya negara itu menjadi republik. Kejatuhan Faisal II menjadi simbol perubahan besar dalam sejarah Irak, sekaligus menutup babak panjang monarki yang dimulai sejak awal abad ke-20.
3. Prancis - Raja Louis XIII

Raja Louis XIII mulai memerintah Prancis pada usia 8 tahun, setelah ayahnya, Raja Henri IV, wafat pada tahun 1610. Dilansir dari laman History Learning Site, karena masih terlalu muda untuk memerintah sendiri, ibunya, Marie de Médicis, ditunjuk sebagai wali raja dan menjalankan pemerintahan atas namanya. Masa kecil Louis XIII diwarnai oleh berbagai intrik kekuasaan dan ketegangan politik di istana, yang menjadi tantangan berat bagi raja muda di tengah kondisi Prancis yang sedang goyah.
Selama pemerintahannya, Louis XIII dikenal sebagai raja yang memperkuat kekuasaan monarki absolut dengan bantuan menteri utamanya, Kardinal Richelieu. Pemerintahannya menandai awal konsolidasi kekuasaan kerajaan yang kemudian mencapai puncak pada masa pemerintahan putranya, Louis XIV. Louis XIII wafat pada tahun 1643, meninggalkan warisan penting dalam sejarah Prancis sebagai raja yang berhasil memperkuat fondasi negara monarki absolut.
4. Mesir Kuno - Raja Tutankhamun

Raja Tutankhamun naik takhta Mesir Kuno pada usia sekitar 9 tahun, menggantikan ayahnya Akhenaten pada masa Dinasti Kedelapanbelas sekitar tahun 1333 SM. Dilansir dari laman National Geographic, meskipun usianya masih sangat muda, Tutankhamun memimpin Mesir di tengah masa yang penuh gejolak, termasuk pemulihan agama tradisional setelah perubahan radikal yang dilakukan ayahnya. Karena usianya yang belia, pemerintahan Raja Tut banyak dibimbing oleh penasihat kuat seperti Wazir Agung Ay dan Jenderal Horemheb.
Masa pemerintahannya memang singkat, hanya sekitar 9 tahun, dan meninggal pada usia sekitar 18 atau 19 tahun. Penemuan makamnya oleh Howard Carter pada 1922 menjadi salah satu penemuan arkeologi paling penting karena makamnya ditemukan hampir utuh dengan harta karun yang melimpah.
Selain kemewahan makamnya, kisah Raja Tutankhamun juga terkenal dengan legenda "kutukan" yang dipercaya oleh sebagian orang menyelimuti makamnya, meski para ilmuwan modern menjelaskan kematian misterius yang terkait lebih mungkin disebabkan oleh faktor biologis seperti paparan jamur atau penyakit.
Kisah para raja yang naik takhta sejak usia belia dan harus menghadapi gejolak zaman menunjukkan bahwa kekuasaan tidak lepas dari pengaruh situasi politik dan sosial yang tengah berlangsung. Di balik gemerlap istana dan simbol-simbol kerajaan, tersimpan pergulatan besar yang pada akhirnya turut menentukan arah sejarah sebuah bangsa, bahkan dunia.