Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Gunung Jungfrau, Gunung Terkenal di Swiss

Gunung Jungfrau (4.158 mdpl) adalah salah satu gunung paling terkenal di Swiss (unsplash.com/Carol Jeng)
Gunung Jungfrau (4.158 mdpl) adalah salah satu gunung paling terkenal di Swiss (unsplash.com/Carol Jeng)

Selain Gunung Eiger yang ikonik, Swiss juga memiliki sejumlah gunung lainnya yang sangat terkenal di kalangan para pendaki gunung profesional dan wisatawan pecinta alam. Salah satunya adalah Gunung Jungfrau yang menjulang setinggi 4.158 mdpl. Gunung Jungfrau adalah bagian dari Pegunungan Alpen yang merupakan rangkaian pegunungan masif di Eropa yang membentang sejauh sekitar 1.200 km dan melintasi 8 negara: Monako, Prancis, Swiss, Italia, Liechtenstein, Jerman, Austria dan Slovenia. Bersama dengan Gunung Eiger (3.967 mdpl) dan Gunung Mönch (4.107 mdpl), Gunung Jungfrau membentuk "tembok" masif yang menghadap ke wilayah Bernese Oberland dan dataran tinggi Swiss menjadikannya sebagai salah satu pemandangan paling khas dan ikonik dari Pegunungan Alpen Swiss.

Arti nama Jungfrau dalam bahasa Jerman adalah "gadis", menurut laman Jungfrauregion-Swiss, nama Jungfrau pertama kali muncul pada tahun 1577 dalam tulisan karya Thomas Schöpf. Dalam karyanya tersebut penulis membuat pernyataan bahwa Jungfrau adalah gunung yang tertutup salju dan es abadi dan karenanya sama sekali tak dapat diakses. Penduduk lokal juga menyebut nama Jungfrau untuk menyebut gunung tersebut yang berarti seorang gadis yang belum tersentuh. Puncak gunung Jungfrau pertama kali berhasil digapai pada tanggal 3 Agustus 1811 oleh Meyer bersaudara dari kota Aarau dengan bantuan beberapa porter. Rutenya melewati area gletser yang panjang dan jalur Pegunungan Alpen Bernese.

Ingin tahu lebih lanjut mengenai gunung yang juga menjadi bagian dari situs warisan dunia ini? Simak lima fakta menariknya berikut ini, yuk!

1. Situs warisan dunia yang kaya keanekaragaman hayati

potret dinding tebing utara Gunung Jungfrau (commons.wikimedia.org/4000er)
potret dinding tebing utara Gunung Jungfrau (commons.wikimedia.org/4000er)

Sebagaimana dituliskan dalam laman World Heritage Convention-UNESCO, Gunung Jungfrau dan wilayah sekitarnya yang dikenal dengan nama Jungfrau-Aletsch protected area pada tahun 2001 silam telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia (world heritage site) oleh UNESCO sebagai pengakuan atas keunikan wilayah, keindahan alam dan keaneka ragaman hayatinya serta signifikasi kebudayaannya. Bentang alam Gunung Jungfrau yang mengagumkan tersebut telah memainkan peran pentingnya dalam hal seni, sastra, pendakian gunung (mountainering) dan pariwisata Pegunungan Alpen, Eropa.

Gunung Jungfrau adalah Gunung tertinggi ke-3 setelah Gunung Finsteraarhorn (4.274 mdpl) dan Gunung Aletschhorn (4.194 mdpl) di wilayah sub pegunungan Alpen (Alpen sub range) yang dikenal dengan nama Alpen Bernese yang berada di Swiss bagian barat. Wilayah di sekitar Gunung Jungfrau juga dikenal kaya akan keanekaragaman flora dan faunanya. Dilansir Alpenwild, sejumlah fauna ikonik Alpen seperti: kambing gunung Ibex (Capra Ibex), kambing gunung Chamois (Rupicapra rupicapra), marmut alpen (Marmota Alpina), elang emas (Aquila chrysaetos) dan burung chough alpen (Pyrrhocorax graculus) dapat ditemui di wilayah Gunung Jungfrau ini. Untuk floranya, di tempat ini terdapat sekitar 1.800 spesies tumbuhan vaskular dan 700 spesies lumut yang hidup beradaptasi dengan kondisi lingkungan Pegunungan Alpen yang keras.

2.  Rumah gletser terbesar di Pegunungan Alpen

potret Gletser Aletsch yang diambil pada tahun 2011 silam (commons.wikimedia.org/Robert J Heath)
potret Gletser Aletsch yang diambil pada tahun 2011 silam (commons.wikimedia.org/Robert J Heath)

Gunung Jungfrau adalah rumah bagi sejumlah gletser (glacier) terkenal. Sejumlah informasi menuliskan, gletser merupakan sungai es dan salju yang masif serta bergerak lambat yang terbentuk di atas permukaan daratan akibat akumulasi dan pemadatan salju dalam jangka waktu yang panjang. Gletser terbentuk dari hujan salju yang terus menumpuk di dataran tinggi yang dingin dan terakumulasi hingga makin tebal dan terpadatkan karena berat massanya sendiri. Akumulasi dari salju yang telah terpadatkan tersebut kemudian berubah menjadi lapisan es. Akhirnya es yang terbentuk tersebut mulai mengalir lambat menuruni bukit dan di dataran rendah biasanya terjadi pencairan yang cepat hingga pecahnya bongkahan gunung es. Gletser Alpen adalah sungai es beku yang mengalir perlahan karena beratnya sendiri menuruni lereng gunung dan masuk ke lembahnya.

Gletser yang paling terkenal di Gunung Jungfrau ini adalah gletser yang dikenal dengan nama The Great Aletsch Glacier atau Gletser Aletsch. Menurut Aletsch Arena, Gletser Aletsch adalah gletser terbesar di Pegunungan Alpen dengan panjang sekitar 23 km dan menutupi wilayah seluas 79 km persegi. Memiliki ketebalan hingga 800-an m dan diperkirakan memiliki berat hingga 10 miliar ton. Gletser Aletsch telah membentuk lanskap wilayah tersebut selama ribuan tahun, yang telah dimulai semenjak zaman es (ice age) terakhir pada 18.000 tahun yang lalu. Gletser ini juga merupakan indikator perubahan iklim, para ahli menemukan fakta yang mengejutkan bahwa akibat perubahan iklim, Gletser Aletsch menyusut panjangnya hingga 50 m setiap tahunnya. Masifnya gletser ini digambarkan secara ilmiah jika seluruh gletser raksasa Aletsch tersebut mencair bisa menyediakan air minum sebanyak 1 liter setiap hari untuk seluruh populasi dunia selama 3,5 tahun.

3. Memiliki stasiun kereta tertinggi di Eropa

Salah satu fakta terunik dari Gunung Jungrau ini adalah ia memiliki jaringan rel kereta dan stasiun kereta tertinggi di Eropa. Jalur kereta Jungfrau adalah jalur kereta pegunungan di Pegunungan Alpen Bernese, Swiss yang menghubungkan Kleine Scheidegg di wilayah Bernese  Oberland dengan Jungfraujoch, sebuah punggungan bukit di ketinggian sekitar 3,454 mdpl yang menghubungkan Gunung Jungfrau dengan Gunung Monch. Sejumlah informasi menuliskan bahwa jalur kereta ini merupakan jalur kereta tertinggi di Swiss dan seluruh Eropa yang membentang sejauh 9 km dari Stasiun Kleine Scheidegg pada ketinggian 2.061 mdpl hingga Jungfraujoch di ketinggian 3.454 mdpl. Ketika sampai di ketinggian 2.300-an mdpl kereta akan berjalan di dalam terowongan yang melindungi jalur kereta tersebut dari salju dan cuaca ekstrem. Terowongan kereta tersebut juga melintasi wilayah Gunung Eiger dan Gunung Monch.

Menurut laman Jungfrau Top Of Europe, stasiun kereta Jungfraujoch telah mendapatkan gelar "Top of Europe" atau "Puncak Eropa", tentu saja hal tersebut hanya karena letak stasiun tersebut yang berada pada ketinggian 3.454 mdpl yang menjadikannya sebagai stasiun kereta tertinggi di Eropa, sedangkan puncak tertinggi Eropa dipegang oleh Gunung Elbrus (5.642 mdpl) di Rusia. Selain Stasiun Jungfraujoch yang tertinggi di Eropa juga terdapat kantor pos di tempat ini sebagai kantor pos tertinggi di Eropa. Sesampainya wisatawan di Stasiun Jungfraujoch hanya tinggal beberapa langkah lagi mereka akan mendapatkan pengalaman Pegunungan Alpen yang tak terlupakan dengan panorama Gletser Aletsch dan puncak setinggi 4.000-an mdpl. Pada tahun 2020 lalu telah beroperasi kereta gantung Eiger Express yang akan membawa wisatawan ke Stasiun Gletser Eiger dengan pilihan transfer langsung ke jalur kereta Jungfraujoch.

4. Salah satu pusat turisme dan rekreasi di Swiss

panorama indah 3 gunung, dari kiri ke kanan: Gunung Eiger (3.967 mdpl), Gunung Monch (4.107 mdpl) dan Gunung Jungfrau (4.158 mdpl) (commons.wikimedia.org/Steinmann)
panorama indah 3 gunung, dari kiri ke kanan: Gunung Eiger (3.967 mdpl), Gunung Monch (4.107 mdpl) dan Gunung Jungfrau (4.158 mdpl) (commons.wikimedia.org/Steinmann)

Gunung Jungfrau merupakan salah satu magnet pariwisata negara Swiss yang menawarkan berbagai macam fitur pariwisata dan rekreasional yang menarik di seluruh wilayahnya dari datarannya yang lebih rendah hingga area di ketinggian yang masih dapat diakses oleh para wisatawan umum. Recreational Sportz melansir, Gunung Jungfrau merupakan destinasi populer untuk olahraga musim dingin seperti ski, seluncur salju (snowboarding), dan snow sledging yang seru. Gunung ini juga merupakan destinasi populer untuk pendakian dan hiking musim panas dengan berbagai jalurnya untuk pendaki dari semua tingkat keterampilan.

Di area Jungfraujoch pada ketinggian 3.454 mdpl, wisatawan dapat mengeksplor dan menjelajahi "istana es" yang berupa serangkaian terowongan dan gua yang diukir di gletser. Terdapat pula anjungan observasi astronomi di punggungan bukit Jungfraujoch, bangunan ikonik di wilayah Jungfraujoch  yang bernama Sphinx tersebut menawarkan pemandangan 360 derajat wilayah gletser dan puncak-puncak gunung terkenal di sekitarnya termasuk puncak Gunung: Eiger, Monch dan Jungfrau itu sendiri.

5. Memiliki sejumlah catatan insiden fatal pendakian

Gunung Jungfrau dilihat dari Gunung Monch dengan punggungan bukit Jungfrouch yang menghubungkan Gunung Monch dan Gunung Jungfrau serta Observatorium Astronomi Sphinx di tengahnya (commons.wikimedia.org/Pmau)
Gunung Jungfrau dilihat dari Gunung Monch dengan punggungan bukit Jungfrouch yang menghubungkan Gunung Monch dan Gunung Jungfrau serta Observatorium Astronomi Sphinx di tengahnya (commons.wikimedia.org/Pmau)

Dibalik keindahan panorama alamnya, Gunung Jungfrau ini juga menyimpan kisah sedih tentang kematian para pendakinya. Terdapat sejumlah catatan insiden fatal di gunung ini, beberapa insiden mendapat publikasi luas, sebagaimana diinformasikan dalam laman Swiss Info yaitu pada tahun 2007 terjadi insiden tragis di Gunung Jungfrau ketika 6 orang prajurit muda Angkatan Darat Swiss dari Divisi Mountain Specialists kehilangan nyawanya ketika tersapu longsoran salju atau yang dalam dunia mountainering dikenal dengan istilah avalanche. Avalanche dikenal sebagai salah satu pembunuh paling brutal di gunung tinggi yang masih memiliki medan es. Sejumlah pendaki profesional berpengalaman pun menjadi korban dari sapuan avalanche ini.

Selain insiden prajurit muda Swiss tersebut, pada tahun 2023 lalu, avalanche Gunung Jungfrau juga mengambil nyawa pendaki profesional peraih nominasi Piolet d’Or asal Polandia bernama Kacper Tekieli yang tersapu avalanche ketika sedang menuruni lereng Gunung Jungfrau dengan snowboardnya. Gunung Jungfrau memiliki akses kereta api yang bisa membawa wisatawan hingga ketinggian 3.000-an mdpl, namun perlu diingat bahwa pendakian puncak gunung-gunung tinggi memerlukan aklimatisasi atau adapatasi tubuh terhadap ketinggian yang harus dilakukan secara bertahap agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan kesehatan, terlebih di gunung yang masih memiliki medan lapisan es seperti di Pegunungan Alpen. Kondisi fisik yang baik, pengalaman tinggi di pendakian gunung es juga menjadi salah satu syarat utama untuk menggapai puncak Gunung Jungfrau ini.

Selain panorama dan keindahan alamnya yang luar biasa, wilayah di sekitar Pegunungan Alpen Swiss juga kaya akan bangunan religius ikonik bersejarah seperti sejumlah gereja, biara dan benteng. Salah satu yang paling terkenal adalah bangunan Biara Saint Gall, sebuah bangunan kuno yang memiliki akar sejarah sejak abad ke- 7 M dan memiliki perpustakaan biara yang merupakan salah satu perpustakaan biara tertua di dunia dengan koleksi manuskrip kunonya.

Untuk pecinta kuliner, di wilayah seputaran Gunung Jungfrau  ini juga terkenal dengan hidangan lezatnya yang dipengaruhi oleh tradisi kuliner Swiss, Jerman dan Italia seperti fondue berupa hidangan yang terbuat dari keju, anggur dan roti, zopf yang berupa roti tradisional Swiss yang dihidangkan dengan mentega atau keju, Älplermagronen berupa pasta yang disajikan dengan keju, bawang dan krim serta jangan lupakan Swiss coklatnya karena wilayah di sekitar Gunung Jungfrau ini merupakan "rumah" dari sejumlah produk coklat berkualitas tinggi. Bagaimana apakah tertarik untuk berkunjung ke Gunung Jungfrau yang indah ini ketika nanti ada kesempatan untuk berwisata ke Swiss?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dodi Wijoseno
EditorDodi Wijoseno
Follow Us