5 Fakta Harimau Bali, Harimau Endemik Indonesia yang Telah Punah

- Harimau bali adalah subspesies harimau pertama yang punah di era modern karena terdesak oleh populasi manusia dan perubahan habitat.
- Harimau bali merupakan subspesies harimau terkecil di Indonesia dan memiliki pola loreng unik untuk berburu mangsanya.
- Harimau bali memiliki signifikansi dalam kebudayaan Bali dan tak pernah ada catatan keberadaannya di kebun binatang.
Di masa silam, harimau adalah apex predator di berbagai wilayah hutan Asia, ia telah menjadi bagian yang melambangkan kekuatan dalam berbagai kebudayaan kuno wilayah Asia. Untuk wilayah Indonesia sendiri, terdapat tiga subspesies harimau: harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan harimau bali (Panthera tigris balica). Dari ketiga subspesies tersebut hanya harimau sumatra yang masih eksis, harimau jawa dan harimau bali telah dinyatakan punah oleh otoritas yang berwenang. Tulisan ini masih mengacu pada taksonomi yang membagi harimau ke dalam 9 subspesies.
Harimau bali adalah salah satu satwa endemik Indonesia yang mungkin kurang terdengar kisahnya dibandingkan dengan dua saudaranya di Sumatra dan Jawa. Pada masanya ia adalah raja hutan yang menjelajahi hutan-hutan di wilayah bagian barat Pulau Bali, tempat hutan bakau dan vegetasi sabana berada. Memiliki fungsi sebagai penjaga keseimbangan hutan dengan memangsa hewan herbivora seperti rusa sehingga populasinya tak meledak yang dapat mengganggu regenerasi tumbuhan. Punahnya harimau bali telah menciptakan ketidakseimbangan ekosistem yang merugikan.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai satwa legendaris Bali yang dijuluki sangmong ini? Simak lima fakta menariknya berikut ini, yuk!
1. Subspesies harimau pertama yang punah di era modern

Menurut laman Endangered Tigers, harimau bali adalah subspesies harimau pertama yang dinyatakan punah di era modern. Harimau bali mendiami wilayah hutan lebat di pulau tersebut, namun ruang Pulau Bali yang terbatas dan bertambahnya populasi manusia dengan segala aspek kebutuhannya hanya menyisakan sedikit ruang bagi predator tersebut untuk bertahan hidup. Sejatinya masyarakat tradisional Bali takut terhadap harimau utamanya dalam aspek tradisi spiritual mereka, namun mereka dapat hidup berdampingan dalam keseimbangan antara manusia dan harimau. Di Bali juga tak ditemui adanya acara seperti rampogan macan, sebuah tradisi ala gladiator di tanah Jawa yang mengorbankan banyak harimau jawa di setiap acaranya.
Perubahan terjadi ketika era kolonial datang dan masuknya senjata api di abad ke-16. Hutan-hutan habitat alami harimau mulai ditebang untuk dijadikan ladang, sawah, kebun sawit, sistem irigasi dan pemukiman. Populasi harimau bali mulai terdesak dari habitat alaminya. Mereka terus diburu selama ratusan tahun mulai dari abad ke-16 hingga sepenuhnya punah pada abad ke-20. Individu harimau bali terakhir diburu dan ditembak pada tahun 1937 di kawasan hutan bali barat, meskipun setelahnya masih terdapat laporan penampakan harimau lainnya namun tak dapat dikonfirmasi. Taman Nasional Bali Barat yang didirikan pada tahun 1941 pun sudah tak mampu lagi menyelamatkannya dari kepunahan.
2. Subspesies harimau terkecil

Dilansir laman Guinness World Records, harimau bali adalah subspesies harimau terkecil di antara subspesies harimau di Indonesia, yakni harimau sumatra dan harimau jawa (telah punah), bahkan di antara seluruh subspesies harimau yang ada di seluruh dunia. Harimau bali jantan memiliki panjang sekitar 220 hingga 230 cm dan berat berkisar antara 90 kg hingga 100 kg, harimau betinanya memiliki panjang sekitar 190 cm hingga 210 cm dan kisaran berat antara 66 kg hingga 80 kg.
Dimensi dan berat badan harimau bali tersebut menunjukkan bahwa harimau bali tersebut memiliki ukuran yang hampir sama dengan macan tutul atau puma dan lebih kecil dari harimau sumatera yang memiliki kisaran berat antara 91 kg hingga 140 kg untuk pejantannya. Harimau sumatra merupakan subspesies harimau terkecil yang masih hidup saat ini. Sejumlah teori memaparkan ukuran harimau bali yang kecil kemungkinan merupakan adaptasi terhadap mangsanya yang memiliki ukuran yang lebih kecil.
3. Memiliki pola loreng yang unik

Pola loreng pada harimau antara satu dengan yang lainnya adalah unik dan berfungsi seperti sidik jari pada manusia. Mungkin terlihat sama untuk mata yang tak terlatih, namun para ahli dapat membedakannya. Menurut laman Endangered Tigers, harimau bali memiliki pola loreng yang unik, ia memiliki bulu berwarna kuning jingga tua dan pola loreng yang relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan subspesies harimau lainnya, beberapa bahkan dilaporkan memiliki bintik-bintik hitam diantara garis-garis lorengnya. Bulu putih di bagian perutnya yang menonjol kontras dengan bulu kuning tua di tubuhnya.
Sebagai informasi, loreng harimau memiliki peran penting dalam kamuflase untuk berburu mangsanya. Dilansir laman Tigerstealive, pola loreng pada tubuh harimau berfungsi untuk mengaburkan siluet mereka saat bergerak di padang rumput, hutan dan hutan bakau. Garis-garis loreng tersebut membuat mereka lebih sulit terlihat saat mendekati mangsanya. Harimau bali sendiri memangsa hewan-hewan seperti: rusa, ayam hutan, babi hutan dan monyet.
4. Dilukiskan dalam kesenian Bali

Harimau bali memiliki signifikansi dalam kebudayaan masyarakat Bali karena seringkali digambarkan dalam sejumlah karya seni dan budaya yang berkaitan dengan sejarah dan kehidupan masyarakat Bali itu sendiri. Menurut laman Exchange Art, harimau memiliki posisi yang jelas dalam kepercayaan dan dunia spiritual masyarakat Bali. Harimau disebutkan dalam cerita rakyat Bali dan digambarkan dalam seni tradisional, seperti dalam lukisan tradisional Kamasan yang terkenal dari Kerajaan Klungkung.
Terdapat pula tradisi bayi diberi kalung jimat pelindung dengan gigi harimau atau potongan kecil tulang harimau. Dalam seni tarian, ada tarian tradisional Bali yang bernama "Barongan" yang melestarikan visualisasi sosok harimau dengan topeng harimau yang disebut dengan barongan macan.
5. Tak pernah ada catatan keberadaannya di kebun binatang

Terdapat fakta unik dari harimau bali ini, meskipun terdapat sejumlah foto harimau bali yang terlibat dalam pertunjukkan sirkus namun menurut laman Project Endangered Tiger, harimau bali tak pernah difoto hidup-hidup dalam pemeliharaan di sebuah kebun binatang konvensional atau dengan kata lain tak pernah ada catatan keberadaannya di dalam kebun binatang. Saat ini diketahui terdapat 10 kulit dan tengkorak harimau bali yang diketahui tersimpan dalam koleksi museum yang tersebar di sejumlah negara.
Museum Inggris di London memiliki 2 kulit dan 3 tengkorak harimau bali yang merupakan koleksi terbesar dibandingkan museum lainnya. Museum-museum lain yang memiliki sisa-sisa bagian tubuh harimau Bali adalah Museum Zoologi Bogor, Indonesia, Museum Naturkunde di Stuttgart, Museum Senckenberg di Frankfurt, Jerman, Museum Naturalis di Leiden dan Museum Sejarah Alam di Hongaria yang ternyata menyimpan tengkorak harimau bali dalam koleksi lamanya yang teridentifikasi kembali di tahun 1997.
Menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaga kelestarian harimau yang masih tersisa di dunia saat ini. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kamu mengenai salah satu harimau legendaris Indonesia, ya!


















