5 Fakta Hubungan Indonesia-Korea Utara, Unik dan Historis!

Sejarah hubungan antara Indonesia dan Korea Utara relatif tidak jelas. Tinjauan arsip nasional Indonesia tidak banyak memberikan wawasan tentangnya. Namun, cuplikan hubungan tersebut dapat dilihat dari sumber-sumber yang tersedia untuk umum.
Meskipun Indonesia dan Korea Utara membentuk hubungan diplomatik pada tahun 1964, interaksi politik dapat ditelusuri lebih jauh hingga tahun 1950-an. Di tengah Perang Korea, muncul pertanyaan apakah Indonesia harus mengakui dan mendukung Utara atau Selatan. Indonesia yang baru merdeka saat itu memahami perang tersebut sebagai konflik besar pertama dalam Perang Dingin dan menghindari untuk secara terang-terangan memihak salah satu pihak yang bertikai, sebagai cara untuk menegaskan identitas independen pascakolonial yang baru dan menghindari keterlibatan dalam persaingan kekuatan besar.
Yuk, simak fakta tentang hubungan Indonesia-Korea Utara berikut ini!
1. Pembentukan hubungan diplomatik pada tahun 1964 diikuti dengan dua kunjungan kenegaraan simbolis

Dilansir New Mandala, Sukarno mengunjungi Pyongyang, ibu kota Korea Utara, pada November 1964; hal ini dibalas dengan kunjungan founding father Korut, Kim Il Sung, ke Jakarta pada April 1965. Kemudian, dalam pidato Hari Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1965, Sukarno memberikan pengakuan formal pertama atas kemitraan strategis antara Indonesia dan Korut dengan mengumumkan “poros Jakarta–Peking–Pyongyang–Hanoi–Phnom Penh” sebagai kekuatan untuk memerangi kekuatan imperialisme Barat. Meskipun demikian, hubungan dengan Korut tidak berkembang melampaui struktur yang ada, bahkan hanya berpusat pada nilai dukungan Pyongyang terhadap upaya Sukarno untuk mendapatkan status di antara negara-negara pascakolonial dan poros tersebut hanya bertahan dalam waktu yang sangat singkat.
2. Hubungan keduanya memburuk di bawah Suharto

Dilansir New Mandala, ketika pemerintah Orde Baru di bawah Suharto mulai berkuasa pada tahun 1967, hubungan antara Indonesia dengan Korea Utara memburuk. Hubungan dengan China juga dibekukan. Fokus kebijakan luar negeri Indonesia dialihkan pada pembangunan ekonomi dan keamanan regional, yang mengarah pada persekutuan yang lebih kuat dengan Amerika Serikat dan dibentuknya hubungan diplomatik dengan Korea Selatan pada tahun 1973.
Namun, Indonesia memilih untuk tetap membuka jalur diplomatik. Kemungkinan besar hubungan tersebut dipertahankan untuk memungkinkan Suharto menegaskan kredibilitas Indonesia yang tidak berpihak. Selain itu, terdapat pengakuan bahwa prinsip non-blok telah tertanam kuat dalam budaya politik luar negeri Indonesia.
3. Setelah tahun 2001, hubungan kedua negara mulai pulih
Dilansir jurnal berjudul "Indonesia's Diplomacy to North Korea: Changes and Continuities", Megawati Sukarnoputri yang menjadi Presiden Indonesia pada tahun 2001 mengunjungi Pyongyang pada Maret 2002 dan bertemu dengan penerus sekaligus anak Kim Il Sung, Kim Jong Il, untuk menegaskan kembali persahabatan yang telah terjalin sejak zaman orang tua mereka. Situasi internasional saat itu, karena Presiden Amerika Serikat George W. Bush meningkatkan tekanan pada Korut dengan pernyataannya tentang "poros kejahatan." Namun, Kim Jong Il tidak mengunjungi Indonesia, mungkin karena terlalu singkatnya pemerintahan Megawati.
4. Hubungan yang paling kuat dan berkembang terjadi pada masa pemerintahan SBY

Dilansir jurnal berjudul "Analysis of Indonesian Policy as Middle Power towards North Korea", pada tahun 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengadakan pertemuan bilateral dengan Ketua Parlemen Korea Utara, Kim Yong Nam. Dalam pertemuan ini, dibahas berbagai kerja sama dalam bidang ekonomi, perdagangan, investasi, serta sosial dan budaya. Pada tahun yang sama, Indonesia sepakat untuk memberikan bantuan senilai 2.000.000 dolar AS kepada Korut, yang diwujudkan dalam bentuk pengiriman minyak kelapa sawit sebanyak 1.465 ton.
5. Pada bulan April 2018, Joko "Jokowi" Widodo mengundang duta besar kedua Korea untuk berbicara mengenai perjanjian damai antara kedua negara

Dilansir jurnal berjudul "Analysis of Indonesian Policy as Middle Power towards North Korea", Jokowi mengatakan kesepakatan antara kedua Korea akan berdampak pada proses perdamaian di kawasan. Ia juga menegaskan bahwa Indonesia siap memberikan bantuan dalam proses perdamaian jika dibutuhkan. Pada Asian Games 2018, Jokowi mempertemukan Korea Selatan dan Korea Utara sebagai delegasi yang bersatu. Di tahun yang sama, Jokowi juga mengirimkan karangan bunga untuk pemimpin Korut, Kim Jong Un, dalam rangka memperingati kemerdekaan ke-72 Korea Utara.
Ternyata hubungan antara Indonesia dengan Korea Utara sangat akrab. Semoga informasi ini menambah wawasan kamu tentang hubungan Indonesia dengan negara lain.