5 Fakta Jarak Tintir, Tanaman Beracun yang Bisa Dijadikan Obat

Kalau kamu pernah melihat tanaman dengan daun menjari seperti telapak tangan dan bunga merah cerah yang mencolok, itu kemungkinan besar adalah jarak tintir (Jatropha multifida). Tanaman ini sering dijuluki coral plant atau coral bush karena bentuk bunganya yang menyerupai karang laut merah. Meski tampak cantik dan eksotis, jarak tintir sebenarnya menyimpan banyak hal menarik, mulai dari manfaat medis tradisional hingga kandungan racunnya yang tersembunyi.
Tanaman yang berasal dari Meksiko dan kawasan Karibia ini kini telah menyebar luas ke berbagai wilayah tropis, termasuk Indonesia, Afrika, dan Asia Tenggara. Selain dijadikan tanaman hias karena keindahan bunganya, tanaman ini juga digunakan sebagai obat tradisional di berbagai negara.
1. Daun jarak tintir punya bentuk khas mirip jari

Daun jarak tintir sangat mudah dikenali karena bentuknya yang terbelah menjari seperti tangan manusia. Setiap daunnya bisa memiliki hingga 9–12 lobus (belahan) dengan panjang mencapai 30 cm. Warna daunnya hijau segar, dan terkadang bervariasi hingga keabu-abuan tergantung intensitas sinar matahari.
Bentuk daun yang unik ini bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga memaksimalkan penyerapan cahaya matahari, menjadikannya tanaman yang ramping namun efisien dalam fotosintesis. Tidak heran, tanaman ini sering dipilih sebagai penghias taman atau pagar hidup.
2. Mengandung zat beracun pada seluruh bagiannya

Meski tampak indah, jarak tintir tergolong tanaman beracun. Semua bagian tanaman, dari daun, biji, hingga getah putihnya mengandung zat toksik yang dapat menyebabkan mual, muntah, dan iritasi kulit bila terkena atau tertelan. Getahnya yang berwarna putih seperti susu dikenal sangat beracun, sehingga penggunaannya harus hati-hati.
Namun, di sisi lain, banyak masyarakat lokal yang tetap memanfaatkan getah ini secara tradisional dalam dosis sangat kecil untuk pengobatan luar, seperti luka atau penyakit kulit. Jadi, tanaman ini seperti pisau bermata dua, bermanfaat tapi bisa membahayakan jika salah pakai.
3. Punya kemampuan antibakteri dan antiinflamasi

Beberapa penelitian modern membuktikan bahwa Jatropha multifida memang memiliki aktivitas antibakteri dan antiinflamasi yang signifikan. Daunnya mengandung berbagai senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi seperti Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
Selain itu, ekstrak daun tanaman ini juga membantu mengurangi pembengkakan (reaksi inflamasi) pada hewan percobaan, yang mendukung penggunaannya dalam pengobatan luka secara tradisional. Walau begitu, aktivitas antioksidannya tergolong lemah sehingga belum bisa disetarakan dengan tanaman obat lain yang lebih kuat.
4. Bunga merahnya populer di kalangan florist

Selain karena manfaat medisnya, jarak tintir juga terkenal di dunia florikultura. Bunganya berwarna merah cerah yang tumbuh dalam bentuk karangan kecil di ujung batang, membuatnya sangat menarik sebagai tanaman hias taman atau pemanis buket bunga hidup. Di beberapa daerah tropis, bunganya bahkan dipetik untuk dijadikan korsase alami karena warnanya bertahan lama.
Bunga ini biasanya mekar hampir sepanjang tahun di daerah beriklim hangat, dan sangat disukai kupu-kupu serta lebah karena kaya akan nektar. Jadi selain indah, tanaman ini juga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan ekosistem taman.
5. Digunakan dalam pengobatan tradisional di banyak negara

Di berbagai negara tropis seperti Togo, Benin, dan Indonesia, jarak tintir telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional. Daunnya dipakai untuk menyembuhkan luka, sementara akarnya direbus untuk mengobati gangguan pencernaan atau infeksi kulit ringan. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa getahnya efektif melawan beberapa jenis bakteri tanpa menyebabkan efek toksik berat pada hewan percobaan.
Meskipun begitu, para ilmuwan tetap mengingatkan agar penggunaannya di bawah pengawasan ahli herbal atau medis, karena konsentrasi senyawa aktifnya bisa bervariasi dan berpotensi berbahaya jika dosisnya tidak tepat.
Si kecil berdaun menjari ini memang bukan tanaman sembarangan. Di balik keanggunan bunga merahnya tersimpan racun dan khasiat yang sama kuatnya.