5 Fakta Ittoqqortoormiit, Beruang Kutub lebih Banyak dari Manusia!

- Ittoqqortoormiit, kota terpencil di Greenland dengan akses sulit dan beruang kutub lebih banyak daripada manusia
- Kota ini didirikan karena alasan politik dan kehidupan di sini masih sangat bergantung pada tradisi berburu
- Perubahan iklim membuat konflik antara manusia dan beruang kutub semakin meningkat, namun kota ini memiliki lokasi strategis bagi para petualang
Coba bayangkan sebuah kota di mana akses utamanya selama sembilan bulan dalam setahun hanya helikopter saja, di mana kapal pemasok hanya bisa datang dua kali setahun, dan di mana jumlah beruang kutub liar lebih banyak daripada jumlah wisatawan. Tempat seperti ini tuh benar-benar ada, namanya Ittoqqortoormiit. Terletak di pesisir timur Greenland yang terpencil, kota dengan nama yang sulit diucapkan ini adalah salah satu pemukiman paling terisolasi di muka Bumi.
Namun, di balik lokasinya yang ekstrem, Ittoqqortoormiit adalah sebuah tempat yang penuh dengan kontras yang menawan. Deretan rumah mungilnya yang berwarna-warni terlihat kontras dengan lanskap es yang keras dan brutal di sekelilingnya. Di sini, tradisi berburu kuno bertemu langsung dengan dampak perubahan iklim modern. Penasaran dengan kehidupan di "ujung dunia" ini? Simak sampai tuntas fakta-fakta uniknya berikut ini, yuk!
1. Salah satu kota paling terpencil di dunia

Ittoqqortoormiit (diucapkan "It-tokkor-tor-mit") adalah definisi sesungguhnya dari "ujung dunia". Terletak di pesisir timur Greenland, kota terdekat darinya berjarak lebih dari 800 kilometer. Aksesnya pun luar biasa sulit. Selama sembilan bulan dalam setahun, lautan di sekitarnya membeku total, sehingga satu-satunya cara untuk masuk atau keluar dari kota ini adalah menggunakan helikopter. Kapal pemasok kebutuhan pokok hanya bisa datang dua kali dalam setahun saat es sedikit mencair.
2. Didirikan karena alasan politik, bukan sekadar tempat berburu

Kota ini didirikan pada tahun 1925 oleh sekitar 80 keluarga Inuit. Alasan resminya adalah untuk pindah ke area dengan sumber daya berburu yang lebih melimpah. Namun, di balik itu ada motif politik yang kuat. Pemerintah Denmark saat itu sengaja mendorong pendirian pemukiman ini untuk memperkuat klaim teritorial mereka atas Greenland Timur, karena Norwegia juga mulai menunjukkan minat pada wilayah tersebut.
3. Rumah warna-warni dan kehidupan berburu tradisional

Salah satu pemandangan paling ikonik dari Ittoqqortoormiit adalah deretan rumah-rumah kayunya yang dicat dengan warna-warni cerah (merah, biru, kuning) yang kontras dengan lanskap salju dan bebatuan di sekelilingnya. Kehidupan di sini masih sangat bergantung pada tradisi. Para penduduknya, yang jumlahnya kini menyusut menjadi sekitar 350 orang, masih mengandalkan perburuan subsisten untuk makanan dan pakaian, seperti berburu anjing laut, narwhal, dan beruang kutub. Kereta luncur anjing juga bukan sekadar atraksi turis, melainkan alat transportasi vital di musim dingin.
4. Berada di garis depan konflik manusia dan beruang kutub

Perubahan iklim telah memberikan dampak yang sangat nyata di sini. Mencairnya es di lautan membuat para beruang kutub, yang mengandalkan es untuk berburu anjing laut, terpaksa menghabiskan lebih banyak waktu di darat. Akibatnya, beruang-beruang lapar ini semakin sering masuk ke dalam kota untuk mencari makan, menciptakan konflik yang berbahaya dengan manusia. Untuk mengatasi ini, komunitas lokal membentuk "Patroli Beruang Kutub" yang bertugas setiap pagi untuk mengusir beruang yang mendekat sebelum anak-anak berangkat ke sekolah.
5. Pintu gerbang menuju Fjord dan Taman Nasional terbesar di dunia

Di balik isolasinya, Ittoqqortoormiit memiliki lokasi yang sangat strategis bagi para petualang. Kota ini terletak tepat di mulut Scoresbysund, sistem fjord (teluk panjang dari lelehan glasier) terbesar di planet ini. Selain itu, kota ini juga menjadi salah satu titik akses utama menuju Taman Nasional Greenland Timur Laut, yang merupakan taman nasional terbesar dan paling utara di dunia. Karena lokasinya inilah, Ittoqqortoormi-it menjadi basis bagi para penjelajah, fotografer, dan ilmuwan yang ingin mengakses keajaiban alam Arktik yang paling liar dan tak tersentuh.
Salah satu kota terpencil di dunia ini bisa jadi adalah salah satu contoh ketahanan manusia di hadapan alam yang paling ekstrem. Mulai dari rumah-rumahnya yang berwarna-warni di tengah lautan es, perjuangan sehari-hari melawan perubahan iklim dan beruang kutub, semuanya ini menunjukkan keajaiban alam dan adaptasi manusia yang luar biasa. Ternyata, di sudut bumi yang paling keras sekalipun, akan selalu ada kehidupan manusianya, ya!