Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Mammoth, Gajah Berbulu Tebal dari Zaman Es 

ilustrasi Mammoth (commons.wikimedia.org/Mauricio Antón)

Zaman es selalu menyimpan kisah menarik tentang hewan-hewan purba yang pernah menguasai bumi, salah satunya adalah mammoth. Hewan berbulu tebal ini sering kali digambarkan sebagai gajah raksasa dari masa lalu yang mampu bertahan dalam suhu ekstrem. Keberadaan mammoth bukan hanya menjadi bukti nyata tentang kehidupan di masa prasejarah, tetapi juga memberikan petunjuk penting mengenai perubahan iklim yang terjadi di bumi.

Mammoth memiliki daya tarik tersendiri, terutama karena kemiripannya dengan gajah modern. Namun, hewan ini bukan sekadar gajah berbulu, ada banyak fakta menarik yang mungkin belum banyak diketahui. Yuk, simak 5 fakta seru tentang mammoth yang pernah menginjakkan kakinya di dataran es purba!

1. Bukan sekadar gajah berbulu

ilustrasi mammoth (commons.wikimedia.org/Membeth)

Dilansir dari National Geographic, mammoth (genus mammuthus) memang memiliki banyak kemiripan dengan gajah modern, tetapi ada perbedaan signifikan di antara keduanya. Salah satu ciri khas mammoth adalah bulunya yang tebal dan panjang, berfungsi untuk melindungi tubuhnya dari suhu ekstrem di era Pleistosen. Selain itu, mammoth memiliki lapisan lemak tebal di bawah kulitnya yang membantu menjaga suhu tubuh tetap hangat.

Tak hanya bulu dan lemak, gading mammoth juga memiliki bentuk melengkung yang unik. Gading ini bisa tumbuh hingga 4 meter panjangnya! Fungsinya tidak hanya sebagai alat pertahanan diri tetapi juga digunakan untuk menggali salju demi mencari makanan yang terkubur di bawahnya.

2. Hidup di zaman es bersama makhluk raksasa lainnya

ilustrasi Mammoth (commons.wikimedia.org/Mauricio Antón)

Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Smithsonian Magazine, mammoth hidup berdampingan dengan hewan-hewan prasejarah lainnya seperti kucing sabertooth (smilodon) dan beruang raksasa (arctodus). Mereka menghuni wilayah yang sekarang dikenal sebagai Amerika Utara, Eropa, Asia, bahkan hingga Kepulauan Wrangel di Samudra Arktik.

Di lingkungan yang keras tersebut, mammoth harus beradaptasi dengan suhu dingin yang ekstrem dan tantangan dalam mencari makanan. Mereka memakan rumput, lumut, dan tanaman lain yang tumbuh di tundra. Dengan berat badan mencapai 6 ton, mammoth membutuhkan banyak asupan makanan setiap harinya untuk bertahan hidup.

3. Punah akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia

ilustrasi fosil mammoth (commons.wikimedia.org/WolfmanSF)

Dilansir dari BBC, penyebab utama punahnya mammoth sekitar 4.000 tahun yang lalu adalah kombinasi antara perubahan iklim dan perburuan oleh manusia purba. Saat iklim menghangat, habitat tundra yang luas mulai menyusut, mengurangi sumber makanan mammoth secara drastis.

Selain itu, manusia purba yang mulai bermigrasi ke wilayah yang sama dengan mammoth memanfaatkan hewan ini sebagai sumber makanan, pakaian, dan bahkan bahan bangunan dari tulang belulangnya. Tekanan dari lingkungan dan manusia inilah yang akhirnya membuat mammoth tidak mampu bertahan.

4. Masih ada kerabat dekatnya di zaman sekarang

ilustrasi gajah Asia (commons.wikimedia.org/Yathin S Krishnappa)

Menariknya, dilansir dari Live Science, mammoth masih memiliki kerabat dekat yang hidup di zaman modern, yaitu gajah asia (elephas maximus). Kedua spesies ini memiliki susunan genetik yang sangat mirip, bahkan para ilmuwan berusaha menggunakan DNA mammoth yang terawetkan dalam es untuk mencoba "menghidupkan kembali" mammoth melalui rekayasa genetika.

Proyek ambisius ini bukan sekadar untuk menciptakan mammoth kembali, tetapi juga untuk membantu memulihkan ekosistem tundra dengan cara unik. Namun, tentu saja proyek ini masih dalam tahap penelitian dan penuh tantangan etis serta teknis.

5. Mumi mammoth masih bisa ditemukan hingga sekarang

ilustrasi mumi mammoth (commons.wikimedia.org/Nandaro)

Menurut laporan dari The Guardian, penemuan mumi mammoth di wilayah Siberia dan Kutub Utara sering kali memberikan kejutan bagi para ilmuwan. Kondisi mumi yang terawetkan dalam es selama ribuan tahun memungkinkan peneliti mempelajari jaringan lunak, bulu, hingga isi perut mammoth.

Penemuan ini memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan mammoth, termasuk pola makannya dan kondisi lingkungan pada saat itu. Bahkan, sebagian mumi mammoth memiliki darah yang masih cair, membuka peluang besar untuk penelitian genetika lebih lanjut.

Mammoth memang meninggalkan banyak jejak menarik bagi dunia ilmu pengetahuan. Dari gading melengkung hingga proyek ambisius untuk "menghidupkannya" kembali, hewan ini terus menjadi sumber inspirasi dan penelitian. Meski sudah lama punah, kisah mammoth tetap hidup melalui fosil dan mumi yang tersebar di berbagai belahan dunia. Seru banget, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us