Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Salamander Raksasa China, Amfibi Terbesar di Dunia!

potret salamander raksasa china di celah bebatuan (commons.wikimedia.org/Shu Chen, dkk.)
Intinya sih...
  • Salamander raksasa china adalah amfibi terbesar di dunia dengan panjang rata-rata 1 meter dan berat 11 kg.
  • Salamander raksasa china tinggal di aliran sungai atau danau dengan air jernih, sekitar 100-1500 meter di atas permukaan laut.
  • Salamander ini terancam punah karena perburuan liar dan pencemaran sungai. Populasi mereka telah berkurang hingga 80 persen dalam 70 tahun terakhir.

Kalau bicara soal keluarga salamander, biasanya kita langsung terpikirkan hewan amfibi berkulit lembap yang menyerupai reptil dengan ukuran tak lebih dari 30 cm. Padahal, ada banyak jenis salamander yang bisa mencapai ukuran tubuh yang sangat impresif, lho, salah satunya salamander raksasa china (Andrias davidianus). Pernahkah kamu mendengarnya?

Bentuk tubuh amfibi ini pastinya bukan favorit semua orang. Tubuh dan kepalanya berwarna cokelat tua dan cenderung pipih dengan tekstur licin khas salamander. Sementara, kaki-kakinya cenderung pendek, matanya bulat dan kecil, serta adanya sirip sepanjang tubuh hingga ujung ekornya. Nah, bagian ekor juga jadi ciri yang menarik dari salamander raksasa china. Pasalnya, ekor ini sangat padat, besar, dan panjang sehingga mengambil proporsi sekitar 59 persen dari keseluruhan panjang tubuhnya.

Tak hanya tubuhnya yang punya bentuk unik, salamander raksasa china juga menyimpan sejumlah fakta lain yang tak kalah menarik. Penasaran dan ingin kenal lebih dekat dengan amfibi terbesar di dunia ini? Yuk, cari tahu jawaban lengkapnya pada ulasan di bawah ini!

 

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan

Kebun Binatang London membuat penangkaran salamander raksasa china yang menyerupai habitat alaminya. (commons.wikimedia.org/Pito22)

Sesuai dengan namanya, salamander raksasa china hanya ditemukan di Negeri Tirai Bambu. Amfibi ini secara khusus berada di daerah tengah, barat daya, dan selatan dari China dengan persebaran utama di Sichuan, Jiangsu, Qinghai Guangdong, dan Guangxi. Untuk pilihan habitatnya, Animalia menyebut kalau hewan ini suka berada di aliran sungai berbatu atau danau dengan air yang jernih.

Di habitat alaminya, salamander raksasa china akan lebih banyak bersembunyi di celah batu ataupun lumpur yang gelap. Ketinggian yang dipilih mereka sekitar 100—1.500 meter di atas permukaan laut. Biarpun begitu, ada beberapa individu yang tinggal hingga ketinggian 4.200 meter di sekitar Dataran Tinggi Tibet.

Oh, ya, mereka juga jadi amfibi yang sepenuhnya hidup di air yang relatif dangkal, yakni sekitar 1,07 meter dengan lebar 6,3 meter saja. Salamander ini perlu untuk berada di air yang jernih karena mereka bernapas melalui kulit dengan menyerap oksigen yang ada di air. Mereka akan nyaman hidup pada air dengan suhu 3—25 derajat celsius.

Salamander raksasa china tergolong sebagai karnivor. Di habitat alaminya, mereka bisa memakan berbagai jenis amfibi, ikan, krustasea, serangga, hingga mamalia kecil, seperti tikus air asia. Ketika ada kesempatan, salamander ini juga melakukan kanibalisme terhadap sesamanya. Malam hari jadi waktu pilihan dari salamander raksasa china untuk mencari makan di sekitar rumahnya.

2. Amfibi terbesar di dunia

Salamander raksasa china bisa tumbuh hingga ukuran manusia dewasa. (commons.wikimedia.org/J. Patrick Fischer)

Tak hanya jadi jenis salamander terbesar di dunia, ternyata salamander raksasa china juga jadi jenis amfibi paling besar yang bisa kita temui saat ini. Panjang rata-rata dari salamander ini saja sudah cukup impresif, yakni sekitar 1 meter ditambah dengan bobot sekitar 11 kg. Akan tetapi, itu bukan ukuran maksimal yang bisa diraih oleh salamander raksasa china.

Terdapat beberapa individu, khususnya di penangkaran, yang dapat tumbuh hampir dua kali lipat dari ukuran rata-rata tersebut. Mengutip Animal Diversity, panjang maksimal itu adalah 1,8 meter dan bobot 50 kg lebih. Individu paling besar yang pernah direkam berada di penangkaran Zhangjiajie pada 2015 silam. Diketahui ia memiliki panjang 1,8 meter dan bobot 59 kg sehingga menjadikannya salamander raksasa china terbesar yang ada di dunia.

3. Tidak mengandalkan indra penglihatan untuk beraktivitas

sosok salamander raksasa china yang menghuni Kebun Binatang Praha (commons.wikimedia.org/Petr Hamerník)

Dari ukurannya saja, sudah terlihat sangat jelas kalau indra penglihatan salamander raksasa china sangat buruk. Oleh karena itu, amfibi ini akan mengandalkan beberapa indra lain agar mereka tetap bisa beraktivitas dengan normal di habitat alaminya. Salah satu indra yang menarik adalah indra perasa yang ada di tubuhnya.

Menurut Critter Science, salamander raksasa china dapat merasakan getaran sekecil apa pun di dalam air yang berasal dari makhluk lain di sekitarnya, termasuk calon mangsanya. Semua itu bisa dilakukan berkat adanya node sensorik yang melintang di sekujur tubuhnya, khususnya pada area kepala. Selain merasakan getaran, indra penciuman dari salamander ini bisa dibilang sangat baik.

4. Ada beberapa cara mempertahankan diri yang unik

Salamander raksasa china hampir tidak memiliki predator alami, tetapi tetap memiliki kemampuan pertahanan diri. (commons.wikimedia.org/Petr Hamerník)

Sebenarnya, salamander raksasa china merupakan predator puncak di habitat alaminya. Akan tetapi, perilaku kanibal yang biasa ditunjukkan salamander berukuran besar membuat mereka tetap perlu sejumlah cara untuk mempertahankan diri. Selain itu, mungkin saja predator-predator besar yang hidup di sekitar sungai menargetkan mereka sebagai mangsa jika ada kesempatan.

Dilansir Animal Diversity, kulit salamander raksasa china bisa melakukan sekresi berupa cairan asam dan lengket berwarna putih. Cairan ini sangat lengket. Karena sifatnya yang asam, ini bisa juga untuk mengusir predator yang mendekat. Selain itu, warna tubuh mereka juga sangat cocok untuk melakukan kamuflase dengan batu-batuan atau lumpur di habitat alaminya.

Menariknya, salamander raksasa china juga punya berbagai suara unik yang salah satunya jadi sumber penamaan lain bagi warga setempat. Amfibi ini bisa mengeluarkan suara seperti gonggongan, siulan, mendesis, sampai suara yang mirip tangisan. Nah, khusus suara yang seperti tangisan ini begitu mirip dengan suara tangisan anak kecil. Oleh karena itu, mereka juga disebut dengan nama wáwáyú/ ní yang berarti 'anak ikan'.

5. Reproduksi dan populasinya saat ini

potret seekor salamander raksasa china di penangkaran (commons.wikimedia.org/KENPEI)

Sebenarnya, salamander raksasa china merupakan hewan teritorial, baik jantan maupun betinanya. Akan tetapi, ketika musim kawin tiba, yakni sekitar Juli hingga September, perilaku agresif mereka ketika menjaga teritorialnya akan berkurang ketika lawan jenis menghampiri. Saat pasangan bertemu, mereka akan saling menggosok perut, mengejar, bergerak berdempetan, sampai hidup bersama untuk beberapa waktu.

Animalia melansir bahwa setelah proses perkawinan selesai, betina akan mengeluarkan telur sekitar 400—500 butir dengan ukuran rata-rata sekitar 7—8 mm. Telur-telur ini akan memasuki masa inkubasi selama 50—60 hari. Menariknya, salamander jantan jadi pihak yang menjaga telur-telur tersebut hingga menetas. Telur salamander raksasa china terbilang unik. Pasalnya, ukuran telurnya dapat membesar setelah menyerap air. 

Saat baru lahir, ukuran larva salamander raksasa china hanya berukuran 3 cm. Butuh waktu sekitar 5—6 tahun sebelum mereka dewasa dengan panjang sekitar 40—50 cm. Akan tetapi, mereka akan terus tumbuh sepanjang hidupnya dan diketahui bisa hidup hingga 60 tahun.

Sayangnya, populasi amfibi ini di alam liar sedang dalam kondisi kritis. Pencemaran sungai dan perburuan liar jadi penyebab utama berkurangnya jumlah salamander raksasa china di habitat alaminya. Padahal, sebelum 1950, amfibi ini masih tersebar luar di berbagai sungai di China. Menurut IUCN, salamander raksasa china saat ini tergolong Critically Endangered atau terancam punah. 

Hanya dalam 70 tahun terakhir, populasi salamander raksasa china sudah berkurang hingga 80 persen. Tanpa upaya konservasi yang serius, tentunya hanya perlu menghitung tahun sebelum amfibi menakjubkan ini benar-benar punah. Semoga saja mereka bisa memulihkan populasinya agar kita tetap bisa menyaksikan amfibi terbesar di dunia yang menakjubkan ini, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us