Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta tentang Belalang Katydid, Ahli Kamuflase yang Sulit Dibedakan

potret belalang daun (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)
Intinya sih...
  • Penampilannya menyerupai daun asli, lengkap dengan urat dan warna yang mirip. Kemampuan mimikri ini adalah alat pertahanan yang sangat efektif untuk menghindari predator.
  • Belalang katydid mengandalkan strategi perilaku seperti gerak lambat dan diam total, serta berpura-pura mati jika terancam. Taktik ini terbukti efektif dalam menjaga kelangsungan hidup mereka di alam liar.
  • Organ pendengaran belalang katydid terletak di kaki depan, bukan di kepala. Mereka juga tersebar luas di kawasan tropis termasuk Indonesia, dengan variasi warna tubuh yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Di antara beragam serangga yang hidup di alam liar, belalang katydid (Leaf mimicking katydid) termasuk yang paling mencuri perhatian karena kemampuan menyamarnya. Serangga ini punya penampilan yang luar biasa menyerupai daun asli, lengkap dengan tulang daun, warna, hingga bekas gigitan serangga lain. Saking miripnya, predator pun sering terkecoh dan melewatkannya begitu saja, seolah tak menyadari bahwa “daun” itu sebenarnya hidup dan bisa melompat.

Tak cuma sekadar menarik secara visual, belalang katydid juga menyimpan sejumlah fakta biologis dan perilaku yang membuatnya jadi objek studi favorit di dunia entomologi. Di balik kemampuan kamuflase itu, ada strategi bertahan hidup, struktur tubuh unik, hingga adaptasi yang luar biasa terhadap lingkungan. Lewat artikel ini, kita akan membahas lima fakta menarik tentang belalang katydid yang membuktikan bahwa alam memang punya cara luar biasa dalam menciptakan kehidupan yang cerdas dan penuh kejutan.

1. Penampilannya menyerupai daun asli, lengkap dengan urat dan warna yang mirip

potret belalang daun (commons.wikimedia.org/Geoff Gallice)

Belalang katydid memang bukan sekadar menyerupai daun secara umum, tetapi benar-benar meniru detail yang sangat spesifik. Permukaan sayapnya menyerupai tekstur daun, lengkap dengan urat-urat halus dan pola yang membuatnya nyaris tak bisa dibedakan dari dedaunan di sekitarnya. Warna tubuhnya pun bervariasi, mulai dari hijau segar seperti daun muda hingga cokelat kusam layaknya daun kering. Bahkan beberapa spesies punya bercak kecil menyerupai noda jamur atau bekas gigitan serangga, yang menambah kesan alami pada tubuhnya.

Kemampuan mimikri ini bukan sekadar estetika, tetapi alat pertahanan yang sangat efektif. Predator seperti burung, kadal, hingga mamalia kecil bisa dengan mudah melewatkan belalang katydid yang sedang diam di antara dedaunan. Strategi ini disebut crypsis, yakni kamuflase yang memungkinkan hewan menyatu dengan lingkungan untuk menghindari perhatian predator. Satu hal yang menarik, kamuflase ini juga berfungsi saat belalang katydid berada di tanah berumput atau ranting pohon, berkat pola tubuh yang menyesuaikan.

2. Ahli bertahan hidup lewat gerak lambat dan diam

potret belalang daun (commons.wikimedia.org/Kirkamon A. Cabello)

Selain kamuflase visual, belalang katydid juga mengandalkan strategi perilaku untuk mempertahankan hidupnya. Gerakannya sangat lambat, bahkan bisa diam total selama beberapa menit saat merasa terancam. Taktik ini membuatnya makin sulit dikenali, apalagi oleh predator yang mengandalkan gerakan untuk menemukan mangsa. Belalang katydid seolah menyatu dengan latar belakangnya, tak menimbulkan suara maupun getaran.

Jika benar-benar terancam, beberapa spesies belalang katydid memilih menjatuhkan diri dari daun dan berpura-pura mati. Ini dikenal dengan istilah thanatosis, yakni mekanisme bertahan hidup dengan berpura-pura menjadi benda mati. Gerakan ini berlangsung cepat, tapi tetap dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang bisa menarik perhatian musuh. Strategi diam dan lamban ini, meski sederhana, terbukti efektif dalam menjaga keberlangsungan hidup mereka di alam liar.

3. Punya organ pendengaran di kaki depan, bukan di kepala

potret belalang daun (commons.wikimedia.org/Geoff Gallice)

Fakta yang cukup mengejutkan, belalang katydid tidak memiliki telinga di kepala seperti kebanyakan hewan lain. Justru organ pendengaran mereka terletak di kaki depan, tepatnya di bagian tibia. Organ ini berbentuk seperti celah kecil, tetapi sangat sensitif terhadap gelombang suara di lingkungan sekitarnya. Dengan alat ini, belalang katydid bisa mendeteksi suara predator dari jarak jauh dan segera bersiap untuk bertahan.

Organ pendengaran ini juga digunakan saat musim kawin, ketika belalang jantan menghasilkan suara melalui gesekan sayap yang dikenal dengan istilah stridulasi. Suara itu kemudian dideteksi oleh betina menggunakan organ di kakinya. Komunikasi ini terjadi sangat halus dan nyaris tak terdengar oleh manusia, namun memainkan peran penting dalam proses reproduksi. Keunikan ini menunjukkan bahwa evolusi tak melulu mengikuti pola umum, tetapi bisa menghasilkan adaptasi yang sangat khusus dan efisien.

4. Habitatnya tersebar luas di kawasan tropis, termasuk indonesia

potret belalang daun (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Belalang katydid tidak hanya ditemukan di satu tempat saja, tetapi tersebar di berbagai belahan dunia, terutama di kawasan tropis. Hutan-hutan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi rumah bagi banyak spesies belalang katydid. Mereka lebih menyukai area yang lembap dan rimbun karena mendukung kemampuan kamuflasenya. Selain itu, vegetasi yang padat juga menyediakan sumber makanan dan tempat bersembunyi yang ideal.

Di Indonesia sendiri, belalang katydid bisa ditemukan di hutan Sumatra, Kalimantan, hingga Papua. Beberapa spesies bahkan belum teridentifikasi secara resmi karena sulitnya membedakan mereka dari daun sungguhan. Ini menunjukkan betapa hebatnya mereka dalam menyatu dengan ekosistem. Sayangnya, perusakan habitat akibat pembukaan lahan dan deforestasi bisa mengancam kelangsungan hidup serangga unik ini dalam jangka panjang.

5. Tidak semua belalang katydid punya warna hijau

potret belalang daun (commons.wikimedia.org/D. Gordon E. Robertson)

Meskipun dikenal dengan tubuh hijau menyerupai daun segar, belalang katydid ternyata punya variasi warna yang cukup luas. Ada yang berwarna cokelat tua, kuning kehijauan, bahkan ada yang kemerahan, tergantung habitat dan jenis daun yang mereka tiru. Warna ini tidak muncul secara acak, melainkan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan seperti suhu serta kelembapan. Warna yang cocok dengan lingkungan sekitar membuat mereka tetap sulit dikenali meskipun berada di tempat baru.

Variasi warna ini juga menjadi bentuk adaptasi terhadap musim. Saat musim kemarau, misalnya, daun cenderung mengering, maka belalang katydid pun punya warna yang lebih kusam. Sebaliknya, di musim hujan ketika vegetasi lebih hijau, warna tubuh mereka pun cenderung lebih cerah. Kemampuan adaptasi semacam ini membuktikan bahwa belalang katydid merupakan makhluk yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan dan mampu bertahan dengan sangat fleksibel.

Belalang katydid bukan hanya menakjubkan secara visual, tetapi juga secara biologis. Kemampuan kamuflase, adaptasi tubuh, dan strategi bertahan hidupnya menunjukkan betapa kompleks dan cerdasnya proses evolusi di dunia serangga. Keunikan ini membuat belalang katydid menjadi salah satu contoh sempurna bahwa alam memang tak pernah kehabisan cara untuk menciptakan keajaiban.

Dengan memahami kehidupan belalang katydid, kita bisa lebih menghargai keberadaan serangga dalam ekosistem. Keanekaragaman hayati seperti ini patut dijaga agar keseimbangan alam tetap terpelihara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us