5 Fakta Unik Kota Ganvié, Warganya Hidup di Atas Air Selama 400 Tahun!

- Ganvié didirikan untuk menghindari penangkapan dan perbudakan oleh suku Tofinu pada abad ke-17.
- Seluruh bangunan di Ganvié berdiri di atas tiang kayu yang ditancapkan ke dasar danau yang dangkal.
- Kota ini memiliki sistem hidup yang menyatu dengan ekosistem air, termasuk membangun pulau buatan kecil sebagai tempat berkumpul warga.
Di tengah danau Nokoué di Benin, berdiri sebuah kota unik yang tidak memiliki jalan darat. Kota ini bernama Ganvié, pemukiman apung yang seluruh rumah, sekolah, dan bahkan pasar terapungnya dibangun di atas air. Selama lebih dari empat abad, warganya telah hidup dengan cara yang benar-benar berbeda dari kebanyakan kota di dunia.
Ganvié bukan hanya menarik karena keindahannya, tetapi juga karena alasan mengapa kota ini berdiri. Kota ini menjadi simbol ketahanan dan kecerdikan manusia menghadapi ancaman perbudakan serta kondisi alam yang ekstrem. Berikut 5 fakta unik tentang Ganvié yang membuatnya dijuluki sebagai Venesia dari Afrika!
1. Didirikan untuk menghindari penangkapan dan perbudakan

Ganvié didirikan oleh suku Tofinu pada abad ke-17 sebagai tempat perlindungan dari ancaman penangkapan oleh tentara suku Fon. Dilansir ArchDaily, tentara Fon kala itu bekerja sama dengan pedagang Portugis dalam perdagangan budak di Afrika Barat. Karena suku Fon percaya bahwa roh air melarang mereka berperang di danau, Tofinu membangun kota di atas air sebagai strategi penyelamatan.
Kisah ini membuat Ganvié bukan sekadar kota, melainkan simbol perlawanan terhadap perbudakan. Nama "Ganvié" sendiri berarti "Kami selamat" dalam bahasa lokal, mengacu pada pelarian besar yang menyelamatkan ribuan orang. Hingga kini, legenda spiritual itu masih menjadi bagian dari identitas masyarakat setempat.
2. Rumah dan jalan semua berdiri di atas air

Seluruh bangunan di Ganvié berdiri di atas tiang kayu yang ditancapkan ke dasar danau yang dangkal. Rumah-rumah tersebut terbuat dari kayu hitam (red ebony) yang tahan lama, sementara atapnya memakai alang-alang atau seng. Karena tidak ada daratan, jalan digantikan oleh kanal-kanal air yang menghubungkan setiap area kota.
Penduduk sehari-hari menggunakan perahu kecil untuk bepergian ke sekolah, pasar, atau rumah tetangga. Di pagi hari, danau dipenuhi lalu lintas air layaknya jalan raya di kota besar. Bahkan, ada pasar terapung yang menjadi pusat ekonomi utama masyarakat setempat.
3. Sistem kota ini terintegrasi dengan ekosistem danau

Kota ini memiliki sistem hidup yang menyatu dengan ekosistem air. Warga membangun pagar bambu dan area mangrove kecil sebagai tempat berkembang biak ikan, yang kemudian menjadi sumber makanan dan pendapatan utama. Dengan cara ini, Ganvié berfungsi seperti ekosistem mandiri di tengah danau.
Selain untuk memancing, mereka juga membuat pulau buatan kecil dengan tanah dan rerumputan. Dilansir Independent Nigeria, pulau-pulau ini awalnya digunakan anak-anak untuk belajar berjalan di darat sebelum bisa berenang atau mendayung. Kini, pulau-pulau itu menjadi ruang sosial, taman bermain, bahkan tempat berkumpul warga.
4. Warganya sudah terbiasa hidup di air sejak kecil

Anak-anak di Ganvié tumbuh dengan kemampuan berenang dan mendayung sejak usia dini. Mereka belajar menggunakan perahu kecil seperti anak kota lain belajar naik sepeda. Hal ini membuat masyarakat di sana dijuluki "orang air" karena ketergantungannya pada danau.
Kehidupan di atas air juga membentuk budaya sosial yang unik. Aktivitas seperti sekolah, ibadah, dan perdagangan tetap berjalan normal meskipun seluruhnya terjadi di atas permukaan danau. Hubungan antarwarga menjadi sangat erat karena mereka hidup di dalam ruang terbatas yang saling terhubung oleh air.
5. Kini menghadapi tantangan modern dan pariwisata

Ganvié kini menjadi destinasi wisata utama Benin dan dikenal sebagai Venesia Afrika. Dilansir Euronews, meningkatnya pariwisata juga membawa masalah baru seperti polusi air dan hilangnya material tradisional pada bangunan. Banyak rumah kini diganti dengan bahan modern yang mengubah karakter kota.
Selain itu, kegiatan perikanan tradisional menurun akibat perubahan ekologi dan ekonomi. Pemerintah serta lembaga lingkungan berupaya menjaga keseimbangan antara pelestarian dan modernisasi. Tantangan Ganvié kini adalah bertahan sebagai kota yang unik tanpa kehilangan jiwanya.
Ganvié adalah pengingat bahwa kota tak selalu dibangun dari beton, melainkan dari harapan dan keberanian. Empat abad lamanya, masyarakatnya hidup berdampingan dengan air dan sejarah yang sulit. Kini, tantangan mereka bukan lagi bertahan dari perang, melainkan menjaga agar warisan itu tak hilang di arus modernisasi.