Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Primata Endemik Brazil yang Kini Keberadaannya di Ambang Kepunahan

Brazilian Bare-face Tamarin
Brazilian Bare-face Tamarin (pixabay.com/ambquinn)
Intinya sih...
  • Primata endemik Brazil menghadapi kepunahan
  • Brazilian Bare-faced Tamarin, Ka'apori Capuchin, dan Yellow-breasted Capuchin terancam punah
  • Northern Muriqui dan Southern Muriqui juga terancam punah akibat deforestasi dan perburuan liar
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Brazil, negara dengan hutan hujan Amazon yang luas, Pantai Atlantik yang amat menakjubkan, dan beragam ekosistem lainnya, adalah rumah bagi keanekaragaman hayati yang tak tertandingi di dunia. Negara ini memiliki jumlah hewan endemik yang sangat banyak. Bahkan Brazil menduduki peringkat teratas dalam daftar negara megadiversitas, dengan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa. Namun, seiring dengan deforestasi, perubahan iklim, dan aktivitas manusia lainnya, banyak hewan-hewan unik kini berada di ambang kepunahan. Yuk, kita ketahui lima spesies luar biasa asal Brazil, yang kini hidup dengan penuh ancaman. Berikut penjelasannya!

1. Brazilian Bare-faced Tamarin

Brazilian Bare-face Tamarin
Brazilian Bare-face Tamarin (pixabay.com/ambquinn)

Brazillian Bare-faced Tamarin (Saguinus bicolor) atau lebih dikenal Pied Tamarin, dikenal karena memiliki wajah yang 'telanjang' atau tidak memiliki bulu. Selain itu, mereka dikenal memiliki wilayah distribusi paling kecil di dunia. Mereka tinggal di dalam dan sekitar kota pelabuhan Manaus di Amazon. Diketahui juga bahwa mereka ditemukan di sebelah utara Manaus, yang di mana hutan di sana masih belum tersentuh oleh peradaban. Namun, sebagian besar habitat mereka kini telah terdegradasi dan terfragmentasi parah, sehingga mereka terpaksa harus bisa bertahan hidup di tempat yang terus tergerus oleh zaman. Tinggal di habitat yang kecil serta habitat yang perlahan menghilang juga dapat memicu perkawinan sedarah yang dapat mengakibatkan cacat genetik hingga munculnya penyakit.

Kini mereka telah berstatus Critically Endangered atau kritis terancam punah oleh IUCN, dan juga masuk dalam The IUCN's Red List of Threatened Species. Selain itu, mereka juga masuk dalam List of the World’s Most Endangered Primates. Seperti yang telah di sebutkan sebelumnya, primata ini mengalami ancaman yang berasal dari habitatnya yang banyak dialih fungsikan menjadi pemukiman warga, pembangunan infrastruktur, lahan pertanian, lahan perkebunan, hingga peternakan. Selain itu, mereka juga sering menjadi sasaran para pemburu. Kini tindakan konservasi tengah dilakukan, baik dari organisasi nasional maupun internasional - bahkan dikutip dari New England Primate Conservancy, mereka menjadi satu-satunya spesies tamarin yang memiliki rencana aksi nasionalnya sendiri.

2. Ka'apori Capuchin

Ka’apor Capuchin
Ka’apor Capuchin (commons.wikimedia.org/CStrauch)

Mungkin belum banyak orang tahu dengan primata satu ini. Mereka dikenal sangat langka dan perilakunya yang pemalu, membuat mereka sedikit dikenali dunia – ialah Ka'apori Capuchin (Cebus kaapori). Mereka dapat ditemukan di hutan hujan dataran rendah Amazon, di negara bagian Pará dan Maranhão di timur laut, Brazil. Namun, keunikannya tidak hanya terdapat pada penampilan dan perilakunya, tetapi namanya memiliki asal usul yang cukup mencengangkan. Nama Ka'apor sendiri diambil dari salah satu suku yang mendiami wilayah Alto Turiaçu, bagian barat laut negara bagian Maranhão, yaitu suku Kaʼapor. Suku ini telah berperan dalam menemukan primata ini dan diketahui juga bahwa primata ini telah hidup berdampingan dengan suku Kaʼapor ini.

Namun, dibalik kelucuan dan kelembutan primata ini, mereka harus berjuang dari ancaman-ancaman yang telah menghantui mereka. Ancaman-ancaman ini meliputi deforestasi hutan, fragmentasi, dan perburuan liar. Bahkan yang lebih parahnya lagi, dilansir dari New England Primate Conservancy, pada tahun 1970-an, sebuah bendungan yang cukup besar dibangun di habitat mereka. Kemudian terjadi banjir besar seluas 2000 km². Hal ini sangat berdampak besar bagi tempat tinggal mereka. Membuat mereka terisolasi, sulit berkembang serta populasinya menjadi sangat terancam. Maka dari itu, mereka kini telah diklasifikasikan sebagai spesies yang sangat terancam punah atau Critically Endangered oleh IUCN, dan muncul dalam the IUCN's Red List of Threatened Species. Selain itu, mereka juga masuk dalam the World’s 25 Most Endangered Primates. Kini mereka telah tercantum dalam perjanjian Internasional antara pemerintah, yaitu CITES (Convention on Internasional Trade in Endangered Species) dan juga telah hidup dan dilestarikan di beberapa kawasan lindung di Brazil, sebagai bentuk upaya konservasi.

3. Yellow-breasted Capuchin

Yellow-breasted Capuchin
Yellow-breasted Capuchin ( commons.wikimedia.org/Miguelrangeljr)

Dengan nama ilmiah Sapajus xanthosternos, mereka dikenal sebagai salah satu primata paling ekspresif di dunia. Memiliki penampilan yang unik layaknya sedang memakai baju dengan kombinasi warna cokelat tua dan kuning keemasan serta terlihat seperti menggunakan sarung tangan pada lengannya. Ciri khasnya terdapat pada bulu di dadanya yang berwarna kuning keemasan. Mereka tinggal di hutan hujan tropis yang lembap, yang dapat ditemukan di kawasan hutan Atlantik di Bahia Tenggara, Brazil.

Namun, sayang seribu sayang, sang Endemik Brazil ini kini telah diklasifikasikan sebagai spesies yang sangat terancam punah atau Critically Endangered, dan masuk dalam The IUCN's Red List of Threatened Species. Hal ini bukan tanpa sebab, ancaman yang di dapat sangatlah serius – dimulai dari habitatnya yang hilang akibat deforestasi, penebangan pohon, hingga pembangunan lahan. Selain itu, perburuan liar juga turut mengancam kelangsungan hidup mereka. Akibat itu semua, membuat populasi mereka turun drastis, dikutip dari New England Primate Conservancy, populasinya turun 80% hanya dalam 50 tahun terakhir, ini bukan angka yang kecil. Kini mereka telah tercantum dalam perjanjian CITES (Convention on Internasional Trade in Endangered Species) dan juga telah hidup dan dilestarikan di beberapa kawasan lindung di Brazil, sebagai bentuk upaya konservasi.

4. Northern Muriqui

Northern Muriqui
Northern Muriqui (commons.wikimedia.org/Bart vanDorp)

Muriqui Utara dijuluki sebagai monyet hippie – alasannya karena mereka sering menunjukkan hubungan sosial yang egaliter atau sistem sosial yang tidak memiliki hierarki dominasi atau kesetaraan di setiap individu, hal ini cukup jarang terjadi pada primata. Dengan nama ilmiah Brachyteles hypoxanthus, genus Brachyteles atau monyet Muriqui dikenal sebagai monyet terbesar di Amerika Selatan. Yang membedakannya dari Muriqui Selatan terletak pada wajahnya, yang di mana pada wajah Northern Muriqui terdapat bercak-bercak pigmen berwarna merah muda, sedangkan Muriqui Selatan tidak.

Namun, sayangnya mereka kini harus berjuang untuk bisa bertahan hidup di habitat yang terfragmentasi. FYI, mereka tinggal di hutan tropis semi gugur dan hutan dengan vegetasi yang stabil selama tidak terganggu, di negara bagian Minas Gerais, Espírito Santo, dan Bahia, Brazil – yang kini hutan-hutan tersebut di sana telah banyak perubahan akibat pengalihan fungsi hutan menjadi penggunaan lahan pertanian, peternakan, dan pembangunan manusia. Selain itu, mereka juga turut menjadi sasaran para pemburu, yang biasanya bertujuan untuk diambil dagingnya atau bahkan diperdagangkan. Dikutip dari New England Primate Conservancy, selama 60 tahun terakhir populasinya secara keseluruhan telah menurun hingga 80%. Kini mereka diklasifikasikan sebagai spesies yang sangat terancam punah oleh IUCN dan masuk The IUCN's Red List of Threatened Species. Selain itu, masuk dalam daftar the World’s 25 Most Endangered Primates. Kini mereka juga tercantum dalam perjanjian CITES (Convention on Internasional Trade in Endangered Species) yang bertujuan untuk tidak melibatkan mereka dalam perdagangan flora dan fauna. Selain itu, mereka juga telah dilestarikan dan tinggal di beberapa kawasan konservasi di Brazil.

5. Southern Muriqui

Southern Muriqui
Southern Muriqui (commons.wikimedia.org/Miguelrangeljr)

Berbeda dengan saudaranya (Northern Muriqui), mereka tidak dikenal sebagai monyet hippie, justru mereka memiliki sifat yang berbanding terbalik dari saudaranya ini. Jika saudaranya ini dikenal cinta damai, Southern Muriqui justru sebaliknya. Southern Muriqui (Brachyteles arachnoides) dikenal tidak saling menyayangi satu sama lain, walaupun sesama anggota kelompoknya. Mereka justru lebih dikenal sebagai primata terbesar di Amerika Selatan, karena ukurannya lebih besar dari Northern Muriqui. Selain itu, mereka juga dikenal sering melakukan brakiasi dari dahan ke dahan. Mereka juga tinggal tidak jauh dari saudaranya, mereka dapat ditemukan di negara bagian Minas Gerais tenggara, São Paulo utara, Rio de Janeiro selatan, dan Paraná timur laut. Mereka hidup di fragmen hutan primer dan sekunder tropis sub-montana, dan pegunungan selalu hijau walau sudah terfragmentasi.

Namun sayangnya, nasib kehidupannya mirip dengan saudaranya yang kini berstatus Critically Endangered atau sangat terancam punah menurut IUCN, dan mereka masuk dalam The IUCN's Red List of Threatened Species. Sama seperti saudaranya, dikutip dari New England Primate Conservancy, selama 60 terakhir populasi keseluruhannya telah menurun 80%. Hilangnya habitat asli menjadi ancaman terbesar bagi mereka. Lahan hutan dialih fungsikan menjadi lahan penebangan pohon ilegal, perkebunan, pertanian, peternakan, pertambangan, hingga pembangunan manusia. Selain itu, perburuan pun tidak dapat dihindari oleh mereka. Maka dari itu, kini nama mereka tercantum dalam perjanjian CITES, yang di mana pada perjanjian ini berisi bahwa spesies ini tidak boleh terlibat dalam perdagangan flora dan fauna. Selain itu, mereka juga kini telah dilestarikan di beberapa kawasan lindung di negara asalnya. Namun, walaupun sudah tinggal di kawasan yang sudah terbilang aman, tetapi ancaman masih berlanjut akibat lemahnya penjagaan di kawasan konservasi.

Sebagai manusia, kita patut untuk melestarikan hewan-hewan yang ada di muka bumi ini agar tidak terancam punah seperti hewan-hewan yang baru saja kita bahas ini. Walaupun dalam satu dunia ini memiliki banyak sekali spesies-spesies yang ada, tetapi dalam dunia digital ini kita bisa melakukannya tanpa kita harus terbang ke negara asalnya. Kita bisa membuat postingan di sosmed, video reels, poster digital untuk dapat menyerukan kepada semua orang bahwa kita harus melestarikan ekosistem yang ada di bumi tercinta ini. Tidak harus hewan yang sudah terancam punah, tapi kita juga harus melestarikan hewan yang belum terancam punah agar anak dan cucu kita bisa melihat keindahan hewan-hewan tersebut. Melindungi spesies-spesies ini bukan hanya tentang melestarikan keindahan alam, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem yang rapuh dan krusial bagi planet kita.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

Ke Mana Perginya Air Banjir? Berikut Penjelasannya

10 Des 2025, 15:21 WIBScience