Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hewan Endemik Indonesia yang Gak Dilindungi, Jarang Diketahui Orang

cekakak jawa (commons.wikimedia.org/Francesco Veronesi)
cekakak jawa (commons.wikimedia.org/Francesco Veronesi)

Sebagai salah satu negara di Asia Tenggara, tidak mengherankan jika Indonesia diberkahi dengan alam yang asri. Gak cuma itu, Indonesia juga menjadi rumah bagi berbagai hewan endemik yang gak bisa ditemukan di daerah lain. Biasanya, hewan endemik di Indonesia merupakan hewan yang dilindungi. Walau begitu, ternyata ada beberapa yang gak dilindungi.

Contohnya, kobra jawa merupakan ular berbisa yang populasinya melimpah dan tidak dilindungi. Kemudian, cekakak jawa yang berwarna biru juga bukan hewan dilindungi. Selain itu, katak kepala pipih kalimantan yang populasinya terus menurun juga belum dikategorikan sebagai hewan yang dilindungi. Penasaran dengan semua satwa endemik Indonesia yang tidak dilindungi? Nah, mari simak artikel berikut.

1. Ular kukri gunung

ular kukri gunung (inaturalist.org/Huda Wiradarma)
ular kukri gunung (inaturalist.org/Huda Wiradarma)

Dilansir The Reptile Database, ular dengan nama ilmiah Oligodon bitorquatus ini hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa, Bali, dan Sumbawa. Ia memang tidak berbisa dan tidak berbahaya, tapi sebagai spesies ular kukri hewan ini punya gigi melengkung yang sangat tajam. Alhasil, gigitan mereka cukup menyakitkan, bahkan mungkin mampu menyayat kulit manusia.

Ia tidak agresif dan akan kabur jika bertemu dengan manusia. Lebih lanjut, ular ini mudah dikenali dari badannya yang kecil, kepalanya yang membulat, warna ungu kecokelatan, dan corak bintik putih di tubuhnya. Bagian bawah tubuhnya juga khas karena punya corak garis merah yang mencolok. Seperti namanya, ia bisa ditemukan di dataran tinggi dan wilayah pegunungan.

2. Ayam hutan hijau

ayam hutan hijau (commons.wikimedia.org/themaskedlapwing)
ayam hutan hijau (commons.wikimedia.org/themaskedlapwing)

Gallus varius atau ayam hutan hijau merupakan salah satu dari dua spesies ayam hutan yang ada di Indonesia. Dilansir AviBase, penyebarannya mencakup Pulau Jawa, Bali, Lombok, Komodo, Flores, dan Rinca. Saat ini, ayam hutan hijau memang tidak dilindungi dan ia masih masuk kategori least concern atau risiko rendah. Sayangnya, ia mulai terancam oleh perburuan liar, dan kerusakan habitat.

Ayam oni termasuk spesies kecil dengan panjang maksimal 75 sentimeter. Badannya ramping, kepalanya kecil, dan bulunya mencolok karena dihiasi warna hijau, cokelat, jingga, sampai biru. Biasanya, unggas ini kerap dijumpai di hutan, sawah, kebun, pepohonan, atau area lembab. Kemampuan terbangnya juga baik, bahkan ia bisa terbang dari satu pohon ke pohon lain dan bisa menyeberangi sungai.

3. Kobra jawa

kobra jawa (inaturalist.org/Ganjar Cahyadi)
kobra jawa (inaturalist.org/Ganjar Cahyadi)

Selain ular kukri gunung, Naja sputatix atau kobra jawa juga termasuk hewan endemik yang tidak dilindungi. Dilansir iNaturalist, ular ini bisa ditemukan di Pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Flores, Lomblen, dan Alor. Ia cukup adaptif dan bisa hidup di hutan, kebun, sawah, aera lembab, pegunungan, desa, sampai perkotaan. Lebih lanjut, panjang maksimal ular ini sekitar 1.8 meter.

Walau tak terlau besar, hewan ini sangat berbisa, lho. Tak cuma sanggup melumpuhkan hewan kecil, gigitan kobra jawa juga sanggup membunuh manusia dewasa. Ia juga termasuk kobra penyembur dan semburannya bisa menyebabkan iritasi hingga kebutaan. Untungnya, anti bisa untuk gigitan ular ini sudah tersedia. Alhasil, nyawa korban gigitan bisa terselamatkan.

4. Cekakak jawa

cekakak jawa (commons.wikimedia.org/Mike.frankenstein)
cekakak jawa (commons.wikimedia.org/Mike.frankenstein)

Cekakak jawa atau Halcyon cyanoventris sangat mudah dikenali. Pertama, ia memiliki paruh panjang berwarna merah. Kedua, suaranya sangat khas karena keras dan terdengar serak. Terakhir, warna merah, hitam, dan biru di tubuhnya sangat mencolok. Cekakak jawa sering bertengger dan mencari makan di sungai, rawa, danau, atau area pemukiman. Di sana, burung ini sering memburu serangga, kadal, katak, cacing, udang, dan ikan.

Dilansir BirdLife DataZone burung ini hanya bisa dijumpai di dua daerah, yaitu Pulau Jawa dan Bali. Populasinya juga masih melimpah dan ia bukan termasuk burung migrasi. Cekakak jawa cukup teritorial dan akan mempertahankan wilayah kekuasaannya dengan berbagai cara. Terakhir, ukurannya tak terlalu besar dengan panjang tubuh sekitar 25-27 sentimeter.

5. Katak kepala pipih kalimantan

katak kepala pipih kalimantan (inaturalist.org/Lars Fehlandt)
katak kepala pipih kalimantan (inaturalist.org/Lars Fehlandt)

Laman AmphibiaWeb menjelaskan kalau hewan dengan nama ilmiah Barbourula kalimantanensis ini hanya bisa ditemukan di Pulau Kalimantan. Spesifiknya, wilayah penyebaran hewan ini mencakup aliran Sungai Kapuas yang mencakup Provinsi Kalimantan Barat dan Tengah. Katak ini juga sangat unik karena ia menjadi satu-satunya spesies katak yang tidak memiliki paru-paru.

Ia memang tidak dilindungi oleh pemerintah, tapi populasinya terbilang sangat mengkhawatirkan. Saat ini, ia masuk ke kategori endangered atau terancam. Artinya, amfibi ini memiliki risiko kepunahan yang tinggi. Tentunya, hal ini tidak bisa dibiarkan dan pemerintah harus memperbarui peraturan yang ada. Masyarakat juga harus diedukasi supaya tidak memburu, membunuh, atau memperdagangkan katak ini.

Walau tidak dilindungi, namun semua hewan tersebut tetap harus dijaga, entah itu oleh masyarakat lokal atau pemerintah. Pasalnya, jika populasinya terus menurun maka mereka akan musnah karena tidak bisa ditemukan di daerah lain. Selain itu, peraturan tentang hewan dilindungi sepertinya harus diperbarui. Sebab, ada banyak hewan endemik yang seharusnya menjadi hewan yang dilindungi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Tantangan jika Manusia Tinggal di Venus, Apa Kamu Sanggup?

04 Nov 2025, 13:06 WIBScience