6 Fakta Amsterdam, Kota Kanal di Belanda Situs Warisan Dunia UNESCO

- Amsterdam adalah ibu kota dan pusat perdagangan utama Belanda, dengan populasi sekitar 933.680 jiwa di dalam batas kota dan lebih dari 2,4 juta jiwa di wilayah metropolitannya.
- Kota ini terkenal sebagai "Venesia dari Utara" karena memiliki sekitar 165 kanal dengan panjang total lebih dari 100 kilometer, serta hampir seluruh bangunannya didirikan di atas tiang pancang.
- Amsterdam merupakan pusat budaya yang vital dengan sekitar 40 museum, dua universitas besar, berbagai akademi, dan sektor seni yang menghasilkan pendapatan hampir $1 miliar per tahun.
Amsterdam adalah ibu kota sekaligus pusat perdagangan dan keuangan utama Belanda yang terletak di IJsselmeer dan terhubung dengan Laut Utara. Kota ini terkenal akan objek wisata sejarah, koleksi seni, dan bangunan-bangunan tuanya yang terawat baik, serta menjadi salah satu pusat kota terbesar di Eropa dengan populasi sekitar 933.680 jiwa per Juni 2024 di dalam batas kota, dan lebih dari 2,4 juta jiwa di wilayah metropolitannya.
Lebih dari itu, Amsterdam juga sangat populer dengan julukan "Venesia dari Utara". Inilah yang menjadikan setiap sudut kota ini penuh dengan kisah dan fakta menarik. Mari kita jelajahi!
1. Awalnya adalah desa nelayan
Nama Amsterdam berasal dari gabungan kata Belanda, yaitu Amstel (sungai di provinsi Holland Utara, Belanda) dan Dam (bendungan atau tanggul). Dilansir Britannica, Amsterdam berawal dari sebuah desa nelayan yang didirikan lebih dari 700 tahun yang lalu. Nama kota ini pertama kali disebutkan dalam sebuah dokumen dari tahun 1275, yang menyebut penduduk di dekat Bendungan Amstel sebagai homines manentes apud Amestelledamme.
Berkat pembangunan tanggul dan bendungan untuk mencegah banjir pada abad ke-13, Amsterdam dengan cepat berkembang menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan Eropa Utara dan Flanders. Pada tahun 1489, kota ini menjadi kota perdagangan dan pelabuhan terbesar di Belanda, dan semakin bertumbuh pesat ketika pasukan Spanyol merebut Antwerpen pada tahun 1585, yang menyebabkan masuknya pengungsi Protestan ke Amsterdam, sekaligus memperkaya kehidupan komersial dan budayanya.
Pada abad ke-17, Amsterdam berevolusi dari kota abad pertengahan menjadi kota besar, ditandai dengan Rencana Tiga Kanal pada tahun 1612 dan pembangunan balai kota baru. Amsterdam pun menjadi pusat keuangan, perdagangan, dan budaya global pada akhir Perang Delapan Puluh Tahun pada tahun 1648. Meskipun sempat mengalami kemunduran pada abad ke-18, tetapi Amsterdam tetap menjadi ibu kota Kerajaan Belanda pada awal abad ke-19.
2. Dijuluki “Venesia dari Utara"

Amsterdam dijuluki "Venesia dari Utara" karena kanal dan jembatan merupakan ciri khas utamanya. Sebagai pusat ekonomi Belanda, kota ini terbagi menjadi sekitar 90 "pulau" yang dihubungkan oleh sekitar 1.300 jembatan, mencakup sekitar 165 kanal dengan panjang total lebih dari 100 kilometer. Tiga kanal utamanya, yaitu Herengracht, Keizersgracht, dan Prinsengracht, telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2010.
Dilansir Amsterdam.info, kanal-kanal ini awalnya digali pada Abad Pertengahan untuk pengelolaan air dan pertahanan. Seiring berkembangnya kota, parit-parit pertahanan tersebut berubah fungsi menjadi jalur vital untuk transportasi barang dagangan dari gudang ke pelabuhan. Puncaknya pada Zaman Keemasan abad ke-17, sebuah proyek ambisius selama 50 tahun menciptakan Rencana Tiga Kanal Utama (Grachtengordel) yang memperluas kota hingga empat kali lipat.
Sistem jalur air yang rumit ini, di mana ribuan tongkang kecil mengangkut barang dari kapal besar, menjadikannya sistem logistik paling efisien di dunia saat itu. Meskipun Abad ke-20 banyak kanal yang hilang akibat ditimbun untuk dijadikan jalan raya dan area parkir, tetapi protes warga berhasil menyelamatkan sebagian besar kanal. Hingga kini, sekitar 25% permukaan kota masih berupa jalur air yang dapat dilayari dan menjadikannya salah satu kota dengan perairan terbanyak di dunia.
3. Hampir seluruh bangunannya didirikan di atas tiang pancang

Selain kanal dan jembatan, Amsterdam juga dikenal sebagai "Kota Tiang" karena hampir seluruh bangunannya didirikan di atas tiang-tiang fondasi panjang yang ditancapkan ke dalam tanah. Dilansir Holandia bez tajemnic, julukan ini muncul karena Amsterdam dibangun di atas lahan gambut dan lumpur yang sangat lembek dan tidak stabil. Untuk mengatasi masalah geologis ini, para pembangun menancapkan ribuan tiang kayu, seperti yang digunakan pada 13.659 tiang kayu di Istana Kerajaan Amsterdam.
Teknik fondasi di Amsterdam telah berevolusi seiring waktu. Awalnya, pemancangan tiang kayu manual hanya mampu mencapai lapisan pasir pertama pada kedalaman sekitar 14 meter, yang seringkali rusak akibat gletser purba. Saat ini, fondasi modern umumnya menggunakan tiang pancang beton yang ditancapkan lebih dalam, biasanya mencapai lapisan pasir kedua pada kedalaman 20 hingga 25 meter untuk menjamin stabilitas. Namun, di beberapa lokasi geologis yang sulit, diperlukan teknik pengeboran yang mahal untuk mencapai lapisan pasir ketiga sedalam 60 meter. Kedalaman lapisan pasir yang stabil ini bervariasi di seluruh Belanda.
4. Identik dengan sepeda

Sejarah sepeda di Amsterdam adalah kisah yang dinamis, mulai dari alat transportasi yang mewah hingga menjadi tulang punggung budaya kota, yang sempat menurun drastis, dan akhirnya bangkit kembali sebagai simbol identitas kota. Dilansir, Mike's Bike Tours Amsterdam, sepeda diperkenalkan ke Amsterdam pada akhir abad ke-19 sebagai simbol modernitas dan dengan cepat diadopsi oleh kaum elit untuk rekreasi di Vondelpark. Karena topografi yang datar, sepeda pun menjadi moda transportasi praktis dan mendominasi kehidupan sehari-hari pada awal abad ke-20, bahkan menjadi vital saat Perang Dunia II.
Namun, popularitasnya sempat menurun pada tahun 1950-an dan 1960-an akibat dominasi mobil. Hal ini memicu gelombang protes kuat pada tahun 1970-an, dipimpin oleh kampanye seperti "Stop de Kindermoord", yang menuntut jalan yang lebih aman dan didukung oleh kesadaran lingkungan serta krisis minyak. Gerakan ini memaksa kota untuk berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur, yang menghasilkan lebih dari 767 kilometer jalur sepeda dan fasilitas parkir inovatif. Saat ini, dengan lebih dari satu juta sepeda—melebihi jumlah penduduknya—Amsterdam telah bertransformasi menjadi model global untuk bersepeda perkotaan.
5. Pusat budaya

Dilansir Britannica, sebagai pusat budaya yang vital, Amsterdam memiliki sekitar 40 museum yang menarik 4 juta pengunjung per tahun, termasuk institusi terkemuka seperti Rijksmuseum, Museum Van Gogh, Museum Stedelijk, dan Anne Frank House. Kota ini juga merupakan rumah bagi Orkestra Royal Concertgebouw dan tempat pertunjukan balet serta opera nasional.
Amsterdam memiliki dua universitas besar, yiatu Universitas Amsterdam dan Universitas Bebas, serta berbagai akademi. Keindahan arsitektur kota, termasuk rumah-rumah kanal dari Zaman Keemasan dan Istana Kerajaan, juga mampu menarik banyak wisatawan. Selain itu, sektor seni pun memainkan peran ekonomi penting karena menghasilkan pendapatan hampir $1 miliar per tahun. Untuk rekreasi, kota ini menawarkan banyak fasilitas luar ruangan di sekitar Amsterdam Woods dan Danau Sloter, lebih dari 40 taman olahraga, dan stadion kelas dunia seperti Amsterdam Arena.
6. Setengah penduduknya adalah warga asli Belanda

Meskipun berukuran kecil, populasi Amsterdam yang kini berjumlah lebih dari 800.000 jiwa telah meningkat sejak pertengahan 1980-an, didorong oleh surplus kelahiran dan masuknya imigran. Amsterdam adalah kota multikultural dengan tradisi imigrasi sejak abad ke-16.
Dilansir Britannica, saat ini hanya sekitar setengah penduduk Amsterdam adalah warga asli Belanda, sementara sepertiga lainnya adalah minoritas non-Eropa, termasuk kelompok signifikan dari Suriname, Maroko, dan Turki. Untuk mengatasi keragaman ini, kota menerapkan kebijakan integrasi aktif yang berfokus pada bahasa dan orientasi sosial. Berbeda dengan tren nasional, populasi Amsterdam tetap muda karena arus masuk generasi muda yang stabil.
Amsterdam adalah contoh sempurna bagaimana sejarah dan modernitas bisa bersatu dengan indah. Kota hebat ini, yang bermula dari bendungan kecil di Abad Pertengahan hingga menjadi pusat perdagangan terkaya di Zaman Keemasan, sangat menghargai sejarahnya. Namun, Amsterdam juga berani menjadi kota yang maju dan modern. Perpaduan unik antara kanal-kanal kuno yang ikonik dan semangat barunya yang canggih inilah yang menjadikannya tempat wisata yang sangat istimewa dan selalu menarik untuk dikunjungi.


















