Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
history.navy.mil

April 1943, bulan yang sama dengan bulan kelahirannya ternyata menjadi bulan kematian dari sang Laksamana Angkatan Laut Kekaisaran Jepang Isoroku Yamamoto. Ia adalah orang yang mendedikasikan hidupnya untuk kekaisaran Jepang, terutama bagi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.

Keberhasilan Yamamoto dalam operasi militer Kekaisaran Jepang, terutama peristiwa Pearl Harbor rupanya menjadikan ia sebagai target serangan bagi pihak Amerika Serikat. Akhirnya ia pun meninggal ketika pesawat yang ia tumpangi jatuh akibat serangan udara di wilayah Kepulauan Solomon.

Lalu bagaimana bisa tokoh yang paling penting di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang berhasil dilumpuhkan oleh Amerika ? Mari kita simak 6 fakta kematian Isoroku Yamamoto berikut.

1. Dalam perjalanan menginspirasi pasukan

allthatsinteresting.com

Semangat berperang para prajurit Jepang pada 1943 sedang membutuhkan dorongan. Maka pada April 1943,Yamamoto pun melakukan perjalanan ke beberapa pos militer Jepang di Kepulauan Pasifik untuk inspeksi dan memberikan dorongan moril bagi prajurit. Bagi para prajurit Jepang yang berada di wilayah Pasifik, terutama paska kekalahan di pertempuran Guadalcanal, Amerika menjadi musuh yang sangat mengkhawatirkan. 

Posisi mereka berpotensi untuk berhadapan secara langsung dengan militer Amerika Serikat. Maka penting bagi Yamamoto untuk memastikan bahwa prajurit Jepang di Pasifik siap dari segi peralatan dan semangat tempurnya. Rupanya Jepang tidak ingin wilayahnya di Pasifik semakin berkurang.

2. Kemampuan pemecah kode Amerika

smithsonianmag.com

Untuk kesekian kali, tim pemecah kode memegang peran penting dalam keberhasilan sebuah operasi militer selama Perang Dunia II. Kali ini, kemampuan pemecah kode berhasil memberikan informasi dalam upaya pembunuhan Isoroku Yamamoto. Informasi yang berhasil didapatkan berisi tentang rencana perjalanan Yamamoto di dekat pulau Bougenville.

Tidak hanya terkait jadwal penerbangannya saja yang berhasil diketahui, bahkan jenis pesawat yang digunakan hingga jumlah pesawat yang mengawal Yamamoto pun terbongkar. Alhasil, pihak Amerika dapat menyusun rencana yang dinamakan Operasi Vengeance untuk mencegat dan menjatuhkan pesawat yang ditumpangi Yamamoto.

3. Mitsubishi G4M "Betty"

thisdayinaviation.com

Yamamoto saat itu terbang menggunakan pesawat Mitsubishi G4M, atau yang biasa disebut oleh pasukan Amerika sebagai "Betty". Pesawat ini awalnya adalah pesawat angkut. Untuk keperluan perang, pesawat ini dimodifikasi oleh Jepang untuk bisa membawa bom maupun torpedo. Selain itu, sering juga digunakan untuk transportasi bagi perwira militer Kekaisaran Jepang.

Kelemahan terbesar pesawat ini adalah lapisan pelindung yang tidak tebal karena pesawat ini didesain untuk menjadi pesawat yang cepat dan mampu mencapai jarak yang jauh. Tipisnya lapisan pelindung tentunya berbahaya bagi pilot dan penumpang di dalamnya dari tembakan musuh.

Tidak adanya sistem penutup otomatis pada tangki bahan bakar juga berbahaya. Rentetan tembakan yang mengenai mesin akan menyebabkan bahan bakar bocor dan langsung terbakar. Mudahnya Betty untuk terbakar menjadi alasan pihak sekutu menyebutnya sebagai The Flying Cigar atau cerutu terbang.

4. Lockheed P-38G Lightning

nationalinterest.org

Pesawat yang digunakan dalam Operasi Vengeance adalah Lockheed  P-38G Lightning. Skuadron pesawat tempur 339 yang terdiri dari 18 pesawat P-38 ditugaskan untuk mencegat rombongan pesawat Yamamoto yang melintas di Kepulauan Solomon. Namun pada pelaksanaannya hanya 16 yang diterbangkan karena dua pesawat mengalami kerusakan.

Sesuai dengan rencana, 18 April 1943 pilot P-38 mulai melihat 2 Mitsubishi G4M "Betty" yang ditumpangi Yamamoto dan dikawal 6 pesawat Mitsubishi A6M "Zero" sedang terbang di dekat Bougenville. Mengutip dari laman History Learning Site, 4 pesawat P-38 bertugas menembak Betty sedangkan 12 pesawat P-38 lainnya menghadang pesawat Zero yang mengawal rombongan.

P-38 langsung mencegat dan menembak ke arah Betty yang langsung membuat mesin Betty yang ditumpangi Yamamoto terbakar dan jatuh di hutan. Satu Betty lainnya yang ditumpangi Laksamana Madya Matome Ugaki mendarat darurat di laut.

5. Lulusan Amerika

warhistoryonline.com

Meskipun memimpin operasi militer terhadap Amerika, ternyata Yamamoto merupakan lulusan Universitas Harvard. Ia menempuh pendidikan di Harvard dalam bidang bahasa inggris dari tahun 1919 hingga 1921. Setelah itu, Yamamoto kembali ke Jepang dan mengajar di Sekolah Staff Angkatan Laut Jepang, tempat ia belajar sebelum merantau ke Harvard.

Mengutip dari laman History, hubungan Yamamoto dengan Amerika berlanjut dalam dunia diplomasi ketika ia ditugaskan menjadi Atase Angkatan Laut Jepang untuk Amerika dari tahun 1926 hingga 1928. Memiliki pengalaman di Amerika Serikat membuatnya sadar bahwa Amerika bukanlah lawan yang mudah jika Jepang suatu saat akan berperang dengan Amerika, terutama dalam kekuatan industrinya.

Mengetahui potensi kekuatan perang Amerika membuat Yamamoto tidak mendukung langkah Jepang untuk mendeklarasikan perang terhadap Amerika. Meskipun sadar akan tipisnya kemungkinan Jepang bisa menang, Yamamoto tetap berusaha sebaik mungkin mengabdi kepada Kekaisaran Jepang.

Mengutip dari laman War History Online, Yamamoto juga menyatakan bahwa ia akan mendapatkan kemenangan demi kemenangan dalam 6 hingga 12 bulan pertama peperangan dengan Amerika dan Inggris. Namun jika perang tetap berlanjut maka ia ragu Jepang akan menang lagi.

6. Masih menggenggam katana

visitpearlharbor.org

Setelah pesawatnya jatuh di hutan Bougenville, Yamamoto akhirnya berhasil ditemukan oleh Jepang sehari kemudian. Ia diketahui sudah tewas akibat tembakan pesawat P-38 menembus Betty dan mengenai tubuhnya, sebelum akhirnya jatuh. 

Jasad Yamamoto ditemukan masih dalam posisi duduk di kursi pesawatnya sambil menggenggam katana miliknya. Jasad Yamamoto kemudian dikremasi dan dibawa menuju Tokyo dengan menggunakan kapal tempur Musashi, kapal yang ia gunakan dalam memimpin armada laut Kekaisaran Jepang. 

Dilansir dari laman History Learning Site, Yamamoto secara anumerta diangkat menjadi Gensui  atau Marsekal-Laksamana sebagai pangkat tertinggi di Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Jerman Nazi juga menganugerahkan medali Knight's Cross dengan daun ek. Yamamoto menjadi satu-satunya orang non-Jerman yang dianugerahkan penghargaan tersebut.

Itulah 6 fakta kematian Isoroku Yamamoto. Kematian Yamamoto merupakan pukulan telak bagi armada Jepang. Rupanya perjalanan terakhir Yamamoto untuk meningkatkan semangat tempur pasukan Jepang justru membuat Jepang kehilangan ahli strategi terbaiknya. Amerika akhirnya berhasil membalaskan dendamnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team