Akhir Hayat Lucy yang Tragis, Nenek Moyang Terdekat dengan Manusia

- Fosil Lucy, hominin purba, ditemukan di Ethiopia pada 24 November 1974 oleh Donald Johanson.
- Lucy kemungkinan menghabiskan hari-harinya mencari makanan tanpa henti dan hidup dalam rasa takut akan predator.
- Akhir hidupnya diduga karena dimangsa buaya atau jatuh dari pohon, terbukti dari tanda gigi karnivora di panggulnya dan patah tulang yang konsisten dengan jatuh dari ketinggian.
Ahli paleoantropologi Amerika, Donald Johanson melihat “sepotong siku dengan anatomi mirip manusia” menyembul dari lereng bukit berbatu di Ethiopia utara, pada 24 November 1974.
Itu adalah fosil pertama dari kerangka parsial milik “Lucy”, seekor hominin betina purba yang membawa kisah evolusi manusia kembali ke masa lampau, 3 juta tahun untuk pertama kalinya.
Australopithecus afarensis, mungkin merupakan nenek moyang langsung kita. Para antropolog telah belajar banyak tentang Lucy dan jenisnya sehingga kita sekarang dapat melukiskan bagaimana dia hidup dan mati.
Hari-hari yang penuh ketakutan
Mengutip laman Live Science, hari terakhirnya mungkin diisi dengan persahabatan, tetapi juga dalam misi pencarian makanan tanpa henti. Saat itu, dia kemungkinan besar didominasi oleh rasa takut akan predator yang selalu ada.
“Saya menduga bahwa hari terakhir dalam hidupnya dipenuhi dengan bahaya,” kata Johanson kepada Live Science.
Cara Lucy bertahan hidup

Lucy mungkin memulai hari terakhirnya seperti hari lainnya, bangun dari sarang yang terbuat dari ranting dan dedaunan di puncak pohon tempat ia tidur, bersama kelompoknya, sebelum berangkat mencari makan.
Tidak jelas apakah ia sendirian atau berkelompok saat pergi mencari makan. Jika memiliki bayi, ia mungkin menggendongnya. Tapi tidak diragukan lagi bahwa dia akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari makanan.
Kemungkinan besar ia memakan beberapa jenis makanan pokok, seperti rumput, akar-akaran dan serangga, seperti yang ditunjukkan oleh unsur kimiawi dalam enamel giginya. Ia mungkin saja menemukan telur burung atau kura-kura dan segera melahapnya sebagai makanan lezat yang kaya protein.
Saat beruntung, Lucy mungkin menemukan bangkai mamalia besar, seperti kijang yang belum dibersihkan. Ia dan rekan-rekannya mungkin akan mencabik-cabik dagingnya dari tulangnya menggunakan batu besar.
“Mereka tidak bisa memilih-milih makanan karena hewan berkaki dua yang lambat ini berada di lingkungan yang berbahaya. Mereka memakan apa saja yang bisa mereka dapatkan," kata DeSilva.
Namun, tidak ada bukti bahwa spesies Lucy menggunakan api untuk memasak makanan mereka.
Kematian di tepi danau
Akhir hayatnya ditemukan di tepi danau. Tidak jelas mengapa ia berada di sana, mungkin karena haus atau itu adalah tempat yang tepat untuk mencari makanan. Tetapi ada dua teori utama tentang bagaimana dia meninggal.
“Mungkin dia berada di bawah air dan seekor buaya keluar. Buaya sangat cepat dan itu adalah tempat yang berbahaya jika Anda adalah makhluk kecil seperti Lucy," imbuh Johanson.
Johanson menemukan satu tanda gigi karnivora di panggul Lucy, dan itu belum sembuh, yang berarti itu terjadi sekitar waktu kematiannya. Meskipun hewan yang membuat tanda tersebut belum diidentifikasi secara pasti, australopithecus berpotensi dimangsa karena adanya sejumlah bukti.
Pada tahun 2016, Kappelman dan rekan-rekannya mengajukan alternatif lain untuk akhir hidup Lucy, yakni jatuh dari pohon.
Berdasarkan pemindaian CT scan resolusi tinggi dan rekonstruksi 3D dari kerangka Lucy, Kappelman mengidentifikasi adanya patah tulang di bahu kanan, tulang rusuk, dan lutut yang tidak seperti patah tulang pada umumnya yang terjadi pada fosil-fosil yang tertindih oleh beban tanah dan bebatuan selama jutaan tahun.
“Sesuatu yang traumatis terjadi di sini semasa hidupnya,” kata Kappelman.
Jenis patah tulang yang diderita Lucy konsisten dengan jatuh dari ketinggian yang cukup tinggi, mungkin dari pohon yang tinggi saat ia mencari makan.
“Kaki dan tangannya terbentur, yang berarti dia masih sadar ketika menghantam tanah. Saya rasa dia tidak bertahan lama,” lanjutnya.
Tidak jelas apakah dia sendirian saat meninggal. Namun, jika ia bersama dengan orang lain yang sejenis dengannya, kemungkinan besar mereka tidak akan melakukan banyak hal dengan tubuhnya.
Peneliti primata telah mendokumentasikan keingintahuan spesies lain terhadap benda mati. Sebagai contoh, simpanse sering merawat mayat selama beberapa jam atau beberapa hari setelah kematian, terkadang menjaga mayat tersebut.
Kelompok Lucy mungkin melakukan hal yang sama untuknya sampai tubuhnya terkubur secara alami, yang terjadi dengan cepat, mungkin karena banjir atau tanah longsor.