Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Orang Papua Miliki Gen Nenek Moyang

Ilustrasi orang Papua (wikimedia.commons.org/Keenan63)
Intinya sih...
  • Denisova, nenek moyang manusia, berperan dalam perkawinan silang dengan populasi manusia purba yang berbeda, mempengaruhi warisan genetik manusia modern.
  • Penelitian menunjukkan adanya adaptasi genetik Denisova yang tersebar di Asia, Oseania, hingga Amerika, memberikan keuntungan bagi manusia modern seperti toleransi terhadap hipoksia dan metabolisme lipid.
  • Introgresi adaptif dari Denisova juga ditemukan pada populasi Tibet dan Inuit, memengaruhi kemampuan tubuh mengatasi lingkungan ekstrim seperti dataran tinggi dan kutub utara.

Gen nenek moyang ditemukan bersemayam di tubuh orang Papua. Nenek moyang tersebut adalah Denisova. Tapi sebenarnya, gen mereka juga ikut tersebar ke berbagai negara di era prasejarah.

Menurut situs IFL Science, para peneliti sekarang percaya bahwa manusia telah kawin dengan setidaknya tiga populasi berbeda dari spesies yang telah lama punah ini.

Perkawinan silang

Cabang-cabang populasi Denisova telah memengaruhi gen populasi manusia modern di seluruh Oseania, Asia Tenggara, dan Siberia (Ongaro et al., Nature Genetics , 2024)

Setelah serangkaian analisis genetika yang dimulai tulang jari seorang perempuan muda pada 2010, sisa-sisa itu dipahami sebagai milik kelompok hominin yang sebelumnya tidak terdeskripsikan, yang secara genetik terpisah dari Neanderthal sekitar 400.000 tahun yang lalu.

Sejumlah populasi Denisova yang beradaptasi dengan lingkungan di seluruh benua Asia dan sekitarnya, mewariskan gen mereka kepada nenek moyang (perkawinan silang) pada beberapa kesempatan.

"Salah jika ada yang menganggap manusia berevolusi secara tiba-tiba dan rapi dari satu nenek moyang yang sama. Semakin banyak yang kita pelajari, semakin kita menyadari bahwa perkawinan silang dengan hominin yang berbeda terjadi dan membantu membentuk manusia seperti kita saat ini," kata Ongaro, penulis studi tersebut.

DNA kekebalan orang Papua

Pemahaman tentang jangkauan, budaya, dan adaptasi Denisova telah berkembang perlahan selama bertahun-tahun, mengisyaratkan keragaman manusia yang kaya dengan warisan genetik yang membentang dari Siberia hingga Asia Tenggara dan melintasi Oseania bahkan Amerika.

Awalnya, para ilmuwan mengira bahwa hanya orang Papua yang membawa jejak DNA Denisova, dengan hingga 5 persen genom mereka diwarisi dari hominin purba ini.

Namun, penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa sejumlah kecil materi genetik Denisova juga dapat ditemukan pada populasi Asia Timur, Asia Selatan, dan Pribumi Amerika.

"Dengan memanfaatkan segmen Denisova yang masih ada dalam genom manusia modern, para ilmuwan telah mengungkap bukti setidaknya tiga peristiwa masa lalu yang menunjukkan bahwa gen dari populasi Denisova yang berbeda berhasil masuk ke dalam tanda genetik manusia modern," lanjutnya.

Di antara gen-gen yang diketahui berasal dari Denisova, sekuens umum ada pada populasi Tibet yang membantu tubuh mengatasi jumlah oksigen yang relatif rendah, DNA yang meningkatkan kekebalan di orang Papua dan gen yang ditemukan di antara garis keturunan Inuit, memengaruhi pembakaran lemak untuk mengatasi dingin dengan lebih baik.

Punya beberapa garis keturunan

Tulang jari Denisovan (commons.wikimedia.org/Thilo Parg)

Berdasarkan bukti yang tersedia, Denisova Altai asli mulai terpecah menjadi beberapa garis keturunan sekitar 222.000 hingga 409.000 tahun yang lalu. Populasi tertua tampaknya telah kawin silang dengan nenek moyang kuno orang Asia Timur saat ini, sementara DNA dari dua garis keturunan Denisova yang terpisah dapat ditemukan dalam genom Papua.

Menariknya, karena Denisova tiba di Eurasia ratusan ribu tahun sebelum manusia modern, mereka telah mengembangkan sejumlah adaptasi genetik yang memungkinkan mereka bertahan hidup di berbagai lingkungan yang keras, dari dataran tinggi hingga padang rumput yang dingin. Dengan kawin silang, Homo sapiens tampaknya telah mengambil sejumlah gen yang menguntungkan ini.

"Di antaranya adalah lokus genetik yang memberikan toleransi terhadap hipoksia, atau kondisi oksigen rendah, yang sangat masuk akal karena terlihat pada populasi Tibet," kata Ongaro.

Dikenal sebagai lokus EPAS1, gen khusus ini dapat ditelusuri kembali ke kelompok Denisova yang berbaur dengan orang Asia Timur.

Contoh lain dari introgresi adaptif terkait dengan metabolisme lipid ada pada suku Inuit dari Greenland, yang memiliki haplotipe yang sangat berbeda di wilayah TBX15/WARS2, yang mungkin diperkenalkan ke dalam kumpulan gen manusia modern melalui introgresi dengan Denisova.

Menurut Ongaro, adaptasi genetik ini memengaruhi cara tubuh memecah lemak, yang pada akhirnya memberikan panas saat dirangsang oleh dingin, memberikan keuntungan bagi populasi Inuit di Kutub Utara.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Misrohatun H
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us