Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Thudong? Ritual Jalan Kaki Para Biksu Jelang Waisak

ilustrasi biksu melaksanakan Thudong (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi biksu melaksanakan Thudong (pexels.com/Pixabay)

Sebanyak 36 biksu dikabarkan telah tiba di Kendal dan bermalam di gereja ST Antonius Padua sebelum melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur, Magelang. Perjalanan sejauh ratusan kilometer tersebut dilaksanakan dalam rangka menyambut perayaan Tri Suci Waisak.

Oleh masyarakat dan budaya terkait, tradisi ini dikenal dengan sebutan thudong. Tradisi ini bukan dilakukan bukan tanpa makna, lho.Thudong sarat akan nilai dan implementasi ajaran Buddha Gautama. Berikut penjelasan apa itu thudong lebih lengkapnya. 

Apa itu thudong?

Ritual Thudong merupakan praktik hidup sederhana yang dilakukan oleh para biksu. Praktiknya meliputi tiga pertama dari Empat Kebutuhan (paccaya) yakni jubah, makanan, dan tempat berteduh.

Dilansir Access to Insight, tradisi ini sudah dilakukan selama lebih dari 2.500 tahun dan masih dijalani oleh para bhikku di berbagai negeri. Sayangnya, tidak banyak catatan terkait tradisi ini.

Di Thailand sendiri, banyak catatan kuno, religius, dan sekuler yang hancur dalam kebakaran ibu kota Ayuthaya pada 1767 M. Namun, sebelum waktu tersebut, sudah banyak bhikku Araññika (penghuni hutan).

Dalam praktiknya, para biksu menjalani kehidupan yang membuat mereka harus menghindari segala aktivitas yang berkaitan dengan unsur duniawi. Termasuk dengan menjauhi keramaian dan hidup di hutan serta mencari makanan dari rumah ke rumah. 

Selain itu, para biksu juga melakukan perjalanan dengan membawa mangkuk pindapatta, payung, atau tenda. Para biksu pun hanya mengenakan pakaian dari jubah seadanya dan membawa barang secukupnya. 

Tujuan pelaksanaan thudong untuk melatih kesabaran yang dianggap sebagai salah satu praktik dharma ketat. Pasalnya, mereka harus bertahan di tengah kesederhanaan dengan panas terik dan hujan.

Lebih lanjut, mereka juga hanya makan satu kali sehari dan minum seadanya. Para biksu yang menjalankan ritual thudong juga tinggal atau beristirahat di tempat seadanya. 

Pelaksanaan thudong masa kini

ilustrasi biksu Buddha (pexels.com/id-id/@dejongwout/)
ilustrasi biksu Buddha (pexels.com/id-id/@dejongwout/)

Thudong yang dilakukan hingga kini merupakan implementasi ajaran Buddha Gautama. Meski demikian, terdapat beberapa perubahan yang telah disesuaikan dengan zaman. 

Misalnya, kalau dahulu saat perjalanan menepi dari keramaian dan beristirahat di gua atau hutan, kini para biksu dapat singgah di vihara. Namun, adanya penyesuaian tersebut tidak mengubah esensi dari ritual thudong itu sendiri. 

Menyambut Hari Raya Waisak 2025 yang jatuh pada 12 Mei 2025, thudong pun dilaksanakan oleh sejumlah biksu asal Malaysia, Kamboja, Amerika, Singapura, Thailand, dan Indonesia. Harapannya, para biksu ini sudah tiba di Candi Borobudur pada 10 Mei 2025, sesuai targetnya.

Informasi tambahan, mulanya tradisi thudong ini diikuti oleh 38 biksu. Namun, dalam perjalanannya dua biksu dari Thailand jatuh sakit sehingga hanya 36 biksu yang melanjutkan perjalanan. 

Ritual thudong memuat banyak nilai yang bisa diterapkan dalam keseharian. Pelaksanaannya mengajarkan siapa saja untuk hidup sederhana dan tetap membumi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lea Lyliana
Laili Zain Damaika
Lea Lyliana
EditorLea Lyliana
Follow Us