Seberapa Dahsyat Terjangan Banjir Bandang? Ini Fakta Sainsnya!

- Banjir bandang adalah bencana hidrometeorologi yang berbahaya dan sulit diprediksi.
- Kekuatan banjir bandang berasal dari air hujan ekstrem, gravitasi, dan material terbawa.
- Kecepatan dan tekanan air menjadi faktor paling mematikan dalam banjir bandang.
Banjir bandang sering datang tanpa aba-aba. Dalam hitungan menit, aliran air yang awalnya tenang bisa berubah menjadi arus deras yang menyeret batu besar, batang pohon, hingga bangunan sekitarnya. Fenomena ini kerap terjadi di wilayah pegunungan atau daerah aliran sungai yang rusak, terutama setelah hujan dengan intensitas tinggi. Tak heran, banjir bandang dikenal sebagai salah satu bencana hidrometeorologi paling mematikan karena daya rusaknya yang ekstrem dan sulit diprediksi.
Secara sains, dahsyatnya banjir bandang bukan hanya soal volume air, tetapi juga kecepatan dan energi yang dibawanya. Air yang mengalir cepat memiliki daya dorong besar, apalagi ketika bercampur dengan material sedimen seperti pasir, lumpur, dan bebatuan. Kombinasi ini membuat banjir bandang bertindak layaknya “tembok bergerak” yang mengantam apa pun di jalurnya. Lalu, seberapa kuat sebenarnya terjangan banjir bandang jika dilihat dari kacamata ilmiah?
1. Apa Itu banjir bandang dalam kacamata sains?

Banjir bandang menjadi salah satu bencana hidrometeorologi yang sangat berbahaya karena terjadi secara tiba-tiba dan berkembang dalam waktu yang singkat. Kombinasi hujan ekstrem, kondisi alam, serta aktivitas manusia terutama di wilayah perkotaan membuat risiko banjir bandang semakin tinggi dan sulit diprediksi tanpa sistem pemantauan yang baik. Dilansir laman National Oceanic and Atmospheric Administration, banjir bandang disebabkan oleh berbagai faktor, namun paling sering terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi. Selain itu, banjir bandang juga dipicu oleh jebolnya bendungan atau tanggul, serta longsoran lumpur atau aliran debris (debris flow).
Intensitas hujan, lokasi dan persebaran curah hujan, penggunaan lahan dan kondisi topografi, jenis serta kerapatan vegetasi, tipe tanah, hingga kadar air di dalam tanah sangat menentukan seberapa cepat banjir bandang terjadi dan di wilayah mana banjir tersebut berpotensi muncul. Banjir bandang terjadi begitu cepat sehingga sering kali membuat masyarakat tidak siap. Kondisi menjadi sangat berbahaya ketika seseorang menghadapi aliran air yang deras dan tinggi saat sedang bepergian. Jika terjadi di rumah atau tempat usaha, air dapat naik dengan cepat, menjebak penghuni, atau menyebabkan kerusakan properti tanpa memberi waktu untuk melakukan upaya perlindungan.
2. Dari mana kekuatan banjir bandang berasal?

Kekuatan banjir bandang berasal dari akumulasi air hujan ekstrem dalam waktu singkat yang bergerak cepat di atas permukaan atau lereng yang tidak mampu menyerap air. Energi alirannya oleh gravitasi, kemiringan medan, tanah jenuh air, serta permukaan kedap air di kawasan perkotaan, sehingga air mengalir deras dan terkonsentrasi dalam waktu singkat. Selain volume dan kecepatan air, daya rusak banjir bandang juga meningkat karena material yang terbawa, seperti lumpur, batu, dan puing-puing, yang bertindak layaknya proyektil alami. Inilah yang membuat banjir bandang jauh lebih berbahaya dibanding banjir biasa, bukan hanya airnya, tetapi karena kombinasi kecepatan, massa, dan material yang menghantam apa pun di jalurnya.
Dilansir laman Climate Impacts Tracker Asia, perubahan iklim dan urbanisasi juga menjadi faktor, sehingga meningkatkan frekuensi banjir bandang. Hujan deras berubah menjadi banjir bandang bergantung pada seberapa cepat air terkonsentrasi dan seberapa terbatas kapasitas saluran air. Lereng curam, daerah tangkapan kecil, dan permukaan kedap air mempercepat limpasan air. Tanah yang sudah jenuh air mengurangi kemampuan infiltrasi, sementara material longsoran dapat mengarahkan atau menyumbat aliran air.
3. Kecepatan dan tekanan dua faktor paling mematikan
Arus banjir bandang yang begitu deras bisa menyeret mobil, rumah, bahkan batu besar. Selain itu, arus banjir juga menyebabkan jalan dan jembatan bisa putus total. Menurut Prof. Dr. Ing. Ir. Agus Maryono, bencana banjir bandang terjadi karena berbagai faktor seperti meteorologi, geografi, geologi, dan hidrolik, dilansir laman UGM. Kecepatan dan tekanan juga menjadi faktor paling mematikan. Hal ini disebabkan oleh bentang lahan yang rentan, saluran hidrolik yang tersumbat. Adanya aktivitas deforestasi yang menjadi peningkatan kapasitas run off. Run off merupakan limpasan air hujan pada permukaan tanah. Kemudian tekanan akibat hujan begitu lebat dan ditambah tanah longsor di sepanjang sungai.
Banjir bandang menjadi pengingat bahwa bencana alam bukan sekadar hujan lebat, melainkan hasil dari interaksi kompleks antara alam dan aktivitas manusia. Kombinasi curah hujan ekstrem, medan curam, serta permukaan tanah yang tak lagi mampu menyerap air, membuat energi banjir bandang meningkat berkali-kali lipat. Karena itulah, memahami proses ilmiahnya bukan sekadar pengetahuan, melainkan langkah awal untuk meningkatkan kewaspadaan dan mendorong upaya mitigasi agar bencana serupa tak selalu berujung pada kerugian besar.

















