Cara Mudah Bedakan Longsor, Sinkhole, dan Amblesan Tanah

- Longsor, tanah meluncur di lereng curam
- Sinkhole, lubang raksasa akibat runtuhnya rongga tanah
- Amblesan tanah, penurunan permukaan tanpa membentuk lubang
Ketika terjadi pergerakan tanah, banyak dari kita langsung menyimpulkan sebagai tanah longsor. Padahal, tidak semua kejadian pergerakan tanah yang mendadak turun ataupun bergeser termasuk kategori longsor. Ada fenomena lain seperti sinkhole dan amblasan yang sering kali terlihat mirip, tetapi punya proses pembentukan yang sangat berbeda. Keliru mengenalinya bisa bikin kita salah paham tentang tingkat bahaya dan cara penanganannya.
Memahami perbedaan ketiga fenomena ini bukan sekadar soal istilah ilmiah. Pengetahuan dasar tentang bagaimana tanah bisa bergerak, hilang, atau runtuh dapat membantu kita lebih waspada, terutama bagi yang tinggal di daerah rawan bencana. Dengan mengenal karakteristiknya, kita bisa melakukan mitigasi yang tepat dan tahu kapan harus segera menjauh dari lokasi berbahaya. Yuk, simak bagaimana cara mudah membedakan antara longsor, sinkhole, dan amblesan tanah!
1. Longsor, tanah meluncur di lereng curam

Bencana tanah longsor hampir setiap tahun pasti terjadi di seluruh wilayah di dunia. Fenomena ini seringkali dipicu oleh intensitas curah hujan yang tinggi. Dilansir laman BNPB, pada struktur tanah yang labil menjadi potensi utama suatu wilayah mengalami tanah longsor, hingga berdampak terhadap masyarakat ataupun pemukiman yang berada di posisi lebih rendah dan sekitarnya. Kemudian efek dari gempa bumi yang dahsyat juga memicu tanah longsor. Pegunungan dan perbukitan menjadi tempat yang sering terkena tanah longsor karena kemiringan lereng yang curam. Ciri-ciri yang dapat dikenali daerah rawan longsor yaitu adanya retakan memanjang dan suara retakan atau gemuruh yang terjadi di sekitar lokasi. Kemudian saat terjadi hujan deras dengan intensitas tinggi, juga menjadi hal yang patut diwaspadai bagi pemukiman sekitar lereng perbukitan.
2. Sinkhole, lubang raksasa akibat runtuhnya rongga tanah

Fenomena sinkhole cukup berbeda dengan tanah longsor. Sinkhole merupakan lubang besar yang tiba-tiba muncul ketika lapisan tanah tiba-tiba runtuh akibat ruang kosong di bawahnya. Dilansir laman USGS, fenomena ini paling sering ditemukan di wilayah yang disebut geolog sebagai “karst.” Daerah ini memiliki jenis batuan yang mudah larut secara alami oleh air tanah, seperti garam, gypsum, batu gamping, dan batuan karbonat lainnya.
Kemudian saat intensitas curah hujan yang tinggi dan meresap ke tanah serta celah batuan perlahan melarut. Proses inilah yang menciptakan rongga kosong di bawah permukaan tanah. Fenomena ini juga tidak dapat ditebak secara pasti kapan munculnya, terkadang permukaan tanah tetap tampak stabil sampai rongga di bawahnya menjadi terlalu besar. Kemudian penyangga tanah tidak lagi kuat dan rapuh, hingga permukaan bisa runtuh secara tiba-tiba. Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya memahami struktur tanah di suatu daerah, terutama untuk pembangunan dan mitigasi bencana.
3. Amblesan tanah, penurunan permukaan tanpa membentuk lubang

Amblesan tanah atau land subsidence merupakan salah satu fenomena geologi ketika permukaan Bumi turun secara perlahan maupun cepat, tetapi tidak membentuk lubang vertical seperti sinkhole. Karena terjadi dalam skala luas dan bertahap, peristiwa ini sering luput dari perhatian. Padahal, perubahan elevasi tanah beberapa sentimeter saja sudah cukup mengganggu kestabilan lingkungan dan aktivitas manusia, terutama di kawasan perkotaan dan pertanian padat.
Dilansir laman USGS, Salah satu penyebab utama land subsidence adalah penyedotan air tanah secara berlebihan. Air tanah sejatinya berperan menopang pori-pori tanah, khususnya pada sedimen halus seperti tanah lempung. Ketika air dipompa terus-menerus, lapisan tanah mengalami konsolidasi dan memadat, sehingga permukaan tanah turun. Faktor lain seperti beban bangunan berat dan infrastruktur juga mempercepat proses ini, terutama di wilayah dengan kondisi geologi yang rapuh.
Dampak land subsidence tidak bisa dianggap sepele. Rumah dan bangunan dapat mengalami retakan, jalan menjadi bergelombang, hingga kawasan tertentu perlahan tenggelam dibanding wilayah sekitarnya. Di beberapa daerah, penurunan tanah bahkan memperparah risiko banjir karena permukaan daratan makin rendah dari muka air. Fenomena ini menjadi pengingat bahwa pengelolaan air tanah dan tata ruang yang berkelanjutan sangat penting untuk menjaga stabilitas lingkungan jangka panjang.
4. Contoh kasus nyata di Indonesia

Banyak contoh kasus nyata yang terjadi mulai dari tanah longsor, sinkhole, maupun amblesan tanah. Mungkin hampir setiap tahun kasus ini sering terjadi, saat puncak musim hujan ataupun disebabkan oleh bencana alam seperti guncangan gempa bumi. Di penghujung tahun 2025, banjir bandang yang melanda Pulau Sumatra, tidak hanya menyebabkan tenggelamnya jalan dan rumah akibat banjir tapi juga menyebabkan jalan putus, tanah longsor, dan juga amblesan tanah. Contohnya yang terjadi di beberapa Kabupaten yang ada di Sumatra Barat, terdapat beberapa titik jalan dan jembatan putus akibat longsor dan banjir bandang. Hal ini sangat berdampak terhadap kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat.
Kemudian di tahun 2009 lalu, Sumatra Barat diguncang gempa dahsyat 7.9 SR hingga menyebabkan 3 dusun yang ada di Gunung Tigo Tandikek longsor hingga menimbun ratusan nyawa dan rumah warga. Sinkhole hampir kerap terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Dilansir laman Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, fenomena sinkhole sering ditemukan di wilayah geologi batuan karbonat, contohnya wilayah karst di Gunung Kidul, Pacitan, dan Maros. Kemudian aktivitas manusia eksploitasi tanah berlebihan, mengakibatkan struktur bawah tanah menjadi lemah. Contoh kasus amblesan tanah pernah terjadi pada tahun 2017 di Desa Semenu diameter 6 meter dan kedalaman 6 meter, berdasarkan laporan Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.
Perbedaan antara tanah longsor, sinkhole, dan amblesan tanah bukan sekadar soal istilah geologi, tetapi langkah awal untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana di sekitar kita. Tanah Longsor umumnya terjadi di lereng dan dipicu pergerakan massa tanah, sinkhole muncul tiba-tiba, sementara amblesan tanah berlangsung perlahan dan sering tak disadari hingga kerusakan muncul. Dengan mengenali ciri-cirinya sejak dini, masyarakat bisa lebih cepat melaporkan potensi bahaya, pemerintah dapat mengambil langkah mitigasi yang tepat, dan risiko kerugian jiwa maupun materi dapat ditekan secara signifikan.

















