Apakah Daging Kura-kura Aman Dikonsumsi Manusia?

- Daging kura-kura dapat menyebabkan keracunan makanan yang serius akibat racun yang terkandung di tubuh reptil ini.
- Konsumsi daging kura-kura meningkatkan risiko infeksi bakteri berbahaya, seperti Salmonella dan parasit trematoda serta nematoda.
- Kura-kura mengakumulasi logam berat dan polutan lingkungan dalam tubuhnya sehingga meningkatkan risiko kesehatan serius bagi manusia yang mengonsumsinya.
Ada banyak kuliner ekstrem yang tersebar di seluruh dunia, salah satunya daging kura-kura. Meski terdengar tidak biasa, reptil bercangkang keras ini ternyata menjadi hidangan favorit di beberapa tempat. Namun, pertanyaannya, apakah aman dan boleh makan daging kura-kura?
Salah satu kekhawatiran terkait kuliner ekstrem adalah faktor keamanannya. Satwa liar, seperti kura-kura, mungkin membawa parasit yang bisa menyebabkan penyakit zoonosis saat dikonsumsi. Sebelum mencicipi, penting untuk mempertimbangkan aspek kesehatan, lingkungan, dan etika terkait konsumsi daging ini. Mari, kita bahas lebih lanjut apakah makan daging kura-kura benar-benar aman.
1. Chelonitoxism

Chelonitoxism adalah bentuk keracunan makanan yang langka, tetapi serius yang dapat terjadi akibat mengonsumsi spesies kura-kura dan penyu laut tertentu, terutama penyu sisik dan penyu hijau. Reptil ini dapat mengumpulkan racun dari makanan mereka, yang mungkin termasuk spons beracun dan organisme laut lain. Saat mengonsumsi daging reptil ini, manusia dapat mengalami beragam gejala, mulai dari mual dan muntah hingga masalah neurologis yang parah. Dalam beberapa kasus, efeknya bisa berakibat fatal sehingga menjadi masalah kesehatan yang signifikan bagi mereka yang mengonsumsi daging kura-kura.
2. Infeksi bakteri

Daging reptil, seperti kura-kura, sangat rentan terkontaminasi bakteri berbahaya, terutama Salmonella, yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan pada manusia. Bila dikonsumsi, Salmonella dapat menyebabkan gejala seperti diare, demam, kram perut, dan muntah. Infeksi ini dapat sangat parah bagi anak kecil, orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Wabah yang terkait dengan daging kura-kura telah didokumentasikan di berbagai komunitas, yang menyebabkan banyaknya pasien rawat inap. Praktik memasak dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mengurangi risiko ini. Meski begitu, bahaya yang melekat tetap ada.
3. Infeksi parasit

Kura-kura dapat membawa berbagai parasit yang menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia jika mengonsumsi daging yang terkontaminasi. Parasit ini dapat mencakup trematoda (cacing pipih) dan nematoda (cacing gelang), yang dapat bertahan hidup di inang manusia dan menyebabkan infeksi. Gejala infeksi parasit dapat sangat bervariasi, tetapi sering kali mencakup gangguan saluran pencernaan dan penyakit sistemis. Dalam beberapa kasus, infeksi ini mungkin memerlukan perawatan medis, bahkan pembedahan untuk mengatasinya. Risiko penularan parasit menggarisbawahi pentingnya menghindari daging kura-kura sama sekali.
4. Kontaminasi logam berat

Jaringan kura-kura dapat mengakumulasi logam berat dalam kadar tinggi, seperti merkuri, timbal, dan kadmium akibat polusi lingkungan. Mengonsumsi daging kura-kura yang mengandung kontaminan ini menimbulkan risiko kesehatan yang serius seiring berjalannya waktu, termasuk kerusakan ginjal dan peningkatan risiko kanker. Perempuan hamil sangat rentan karena logam berat dapat berdampak buruk pada perkembangan janin dan menyebabkan masalah neurologis pada bayi. Konsumsi daging kura-kura yang terkontaminasi secara teratur dapat mengakibatkan masalah kesehatan kronis yang dapat memengaruhi berbagai sistem organ.
5. Polutan lingkungan

Kura-kura sering kali hidup di habitat yang terpapar berbagai polutan lingkungan, termasuk pestisida dan bahan kimia industri. Zat-zat ini dapat terakumulasi dalam tubuh mereka seiring berjalannya waktu dan menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan jika dikonsumsi oleh manusia. Efek jangka panjang dari menelan polutan tersebut dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang serius, termasuk gangguan endokrin dan masalah reproduksi. Selain itu, individu yang mengonsumsi daging kura-kura mungkin tanpa sadar terpapar bahan kimia berbahaya ini tanpa gejala langsung. Seiring meningkatnya kesadaran tentang pencemaran lingkungan, semakin penting untuk mempertimbangkan keselamatan mengonsumsi satwa liar seperti kura-kura.
Mengingat risiko kesehatan serius yang terkait dengan mengonsumsi daging kura-kura, konsumsi daging kura-kura sebaiknya dihindari sepenuhnya. Dengan memahami risiko ini, individu dapat membuat pilihan yang tepat tentang pola makan mereka sambil berkontribusi pada upaya konservasi satwa liar.
Referensi
"Avoid eating sea turtle meat if you want to cut toxic heavy metals from your diet". Colorado State University. Diakses pada Desember 2024.
"Pet Turtles: A Source of Germs". FDA. Diakses pada Desember 2024.
"Disorders and Diseases of Reptiles". MSD Manuals. Diakses pada Desember 2024.
Ross, D. A., dkk. 2017. "A review of toxic metal contamination in marine turtle tissues and its implications for human health". Regional Studies in Marine Science, 15, 1–9.
Semmouri, I., Janssen, C. R., dan Asselman, J. 2024. "Health risks associated with the consumption of sea turtles: A review of chelonitoxism incidents and the presumed responsible phycotoxins". The Science of the Total Environment, 176330.
"Turtle Meat Can Cause Fatal Chronic Diseases". Universiti Malaysia Terengganu. Diakses pada Desember 2024.