Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Cara Awan Menampung Air?

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/pixabay)

Awan tampak ringan dan lembut, padahal ilmuwan menemukan bahwa satu awan bisa membawa air dalam jumlah yang sangat besar. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyebutkan bahwa awan dapat berisi jutaan hingga miliaran tetesan air berukuran sangat kecil. Fakta ini mengherankan karena sesuatu yang tampak ringan ternyata menyimpan bobot yang jauh lebih besar dari yang terlihat. Meski begitu, awan bisa tetap menggantung di langit tanpa langsung jatuh sebagai hujan. Fenomena ini terjadi melalui proses atmosfer yang bekerja rapi dan teratur, namun tetap sulit dilihat oleh mata manusia.

Penasaran bagaimana awan mampu menampung air sebanyak itu? Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

1. Awan terbentuk dari tetesan air berukuran mikro

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/pixabay)

Awan sebenarnya bukan kumpulan air dalam jumlah besar, melainkan terdiri dari tetesan air atau kristal es yang ukurannya sangat kecil. Setiap tetesan hanya berdiameter sekitar 0,002 mm, sehingga sangat ringan. Karena ukurannya mikro, tetesan tersebut dapat tetap melayang tanpa langsung jatuh ke bumi.

Tetesan mikro ini terbentuk ketika uap air di udara mengalami kondensasi. Walau jumlahnya banyak, berat totalnya tidak sebanding dengan massa air dalam bentuk cair biasa. Inilah sebabnya awan bisa mengandung air dalam jumlah besar, tetapi tetap tampak ringan di langit.

2. Udara naik membantu menahan tetesan air

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/pixabay)

Gerakan udara ke atas atau updraft membantu mengangkat dan menahan tetesan air di dalam awan. Tekanan dari udara naik ini mencegah tetesan jatuh sebelum waktunya. Fenomena ini merupakan bagian dari dinamika atmosfer yang dijelaskan oleh para ahli meteorologi dari American Meteorological Society.

Ketika udara hangat naik, ia membawa uap air dan tetesan kecil ke ketinggian lebih tinggi. Semakin kuat gerakan udara ini, semakin lama tetesan dapat bertahan di dalam awan. Mekanisme alami ini membuat awan dapat menggantung lama tanpa menurunkan hujan.

3. Uap air mengembun di sekitar partikel kecil

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/donald tong)

Tetesan air dalam awan terbentuk melalui proses kondensasi uap air pada inti kondensasi, yaitu partikel kecil seperti debu, polen, atau garam laut. Partikel ini memberi permukaan agar uap air dapat berubah bentuk menjadi cair. Tanpa partikel mikroskopis tersebut, awan tidak akan terbentuk dengan efisien.

Jumlah inti kondensasi menentukan seberapa banyak tetesan yang dapat terbentuk. Semakin banyak partikel kecil di atmosfer, semakin banyak pula tetesan mikro yang membangun awan. Proses mikrofisika ini merupakan dasar dari terbentuknya struktur awan yang kita lihat setiap hari.

4. Suhu dingin memperlambat penggabungan tetesan air

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/petr ganaj)

Di ketinggian tempat awan terbentuk, suhu udara sangat rendah sehingga memperlambat proses penggabungan tetesan kecil menjadi tetesan besar. Suhu dingin menjaga tetesan tetap terpisah dan tidak cepat membesar. Ini membuat awan bisa mengandung banyak tetesan tanpa segera menurunkannya.

Selain itu, sebagian tetesan dapat berubah menjadi partikel es yang ringan. Partikel es ini kembali bercampur dengan tetesan cair sehingga awan semakin stabil. Kombinasi suhu rendah dan partikel mikroskopis menciptakan keseimbangan yang memungkinkan awan menyimpan air cukup lama.

5. Awan baru turun jika tetesan air membesar

ilustrasi awan
ilustrasi awan (pexels.com/pixabay)

Awan akan menurunkan hujan ketika tetesan air atau kristal es menjadi cukup besar dan berat. Pada tahap ini, gaya gravitasi mengalahkan dorongan udara ke atas. Inilah momen ketika awan tidak lagi mampu menahan kandungan airnya.

Proses pembesaran tetesan terjadi melalui collision and coalescence, yaitu tetesan saling bertabrakan dan bergabung. Ketika ukuran tetesan meningkat hingga melampaui batas tertentu, hujan mulai turun. Fenomena ini menjelaskan mengapa awan yang tampak tebal biasanya menjadi pertanda hujan.

Awan yang terlihat lembut di langit ternyata menyimpan proses ilmiah yang jauh lebih kompleks dari yang kita bayangkan. Meski tampak rapuh, ada mekanisme alam yang membuatnya mampu membawa jutaan tetes air tanpa langsung menjatuhkannya. Dengan memahami proses ini, kita jadi makin sadar betapa menakjubkannya cara kerja alam di sekitar kita.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us

Latest in Science

See More

Bagaimana Cara Awan Menampung Air?

11 Des 2025, 21:15 WIBScience