Referensi
BBC News. Diakses pada Desember 2025. How Climate Change Worsens Heatwaves, Droughts, Fires and Floods
Center for Climate and Energy Solutions (C2ES). Diakses pada Desember 2025. Wildfires and Climate Change
NASA. Diakses pada Desember 2025. Wildfires and Climate Change
NASA. Diakses pada Desember 2025. A Drier Future Sets the Stage for More Wildfires
Western Fire Chiefs Association (WFCA). Diakses pada Desember 2025. How Wildfires and Climate Change Are Connected (Impact of Drought on Wildfire Risk)
World Resources Institute (WRI). Diakses pada Desember 2025. Global Trends in Forest Fires
Bagaimana Kekeringan Memperbesar Risiko Kebakaran Hutan?

- Kekeringan membuat vegetasi menjadi “bahan bakar” api
- Tantangan besar dalam pemadaman api
- Perubahan iklim memperparah kondisi
Kekeringan bukan hanya menyebabkan sulitnya mencari air, tapi juga tentang meningkatnya ancaman bencana yang jauh lebih besar, salah satunya adalah kebakaran hutan. Saat hujan tak kunjung turun dan suhu terus meningkat, alam perlahan berubah menjadi “tong mesiu” raksasa yang siap terbakar kapan saja. Kondisi ini kini semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir, kombinasi antara perubahan iklim dan kekeringan panjang membuat kebakaran hutan menjadi lebih sulit dikendalikan. Api menyebar lebih cepat, membakar lebih luas, dan menimbulkan dampak besar bagi lingkungan, kesehatan, hingga perekonomian. Lalu, bagaimana sebenarnya kekeringan bisa memperparah risiko kebakaran hutan?
1. Kekeringan membuat vegetasi menjadi “bahan bakar” api
Kekeringan menyebabkan tanah dan tanaman kehilangan kelembapan alaminya. Rumput, semak, dedaunan, hingga pepohonan menjadi kering dan mati. Dalam kondisi seperti ini, vegetasi berubah menjadi bahan bakar yang sangat mudah terbakar.
Tanaman yang kering akan lebih cepat menyala dan menghasilkan panas yang lebih tinggi. Bahkan, percikan kecil—seperti puntung rokok, gesekan alat, atau sambaran petir—bisa dengan mudah memicu kebakaran besar. Api juga merambat lebih cepat karena tidak ada kandungan air yang mampu menghambat proses pembakaran.
2. Tantangan besar dalam pemadaman api
Saat kekeringan melanda, sumber air yang biasa digunakan untuk memadamkan api menjadi sangat terbatas. Sungai menyusut, waduk mengering, dan cadangan air tanah menurun drastis. Akibatnya, petugas pemadam kebakaran harus mengambil air dari lokasi yang lebih jauh sehingga proses pemadaman menjadi lambat dan mahal.
Selain itu, rendahnya curah hujan dan minimnya persediaan air membuat masa kering berlangsung lebih lama. Semakin panjang periode kering, semakin besar pula peluang api sulit dikendalikan begitu kebakaran terjadi.
3. Perubahan iklim memperparah kondisi

Perubahan iklim berperan besar dalam memperpanjang dan memperparah kekeringan. Suhu global yang terus meningkat membuat penguapan air dari tanah dan tumbuhan berlangsung lebih cepat. Pola hujan pun menjadi tidak menentu, kadang ekstrem, kadang sangat minim.
Gelombang panas yang semakin sering mempercepat proses pengeringan vegetasi. Kondisi ini menciptakan kondisi ideal untuk kebakaran, yaitu panas ekstrem, udara kering, dan angin kencang. Di banyak wilayah belahan bumi utara, terutama kawasan hutan, risiko kebakaran meningkat secara tidak seimbang akibat kombinasi faktor-faktor ini.
4. Dampak langsung terhadap ekosistem
Gabungan antara kekeringan dan kebakaran hutan memberikan pukulan berat bagi ekosistem. Produktivitas vegetasi atau kemampuan tanaman dalam menghasilkan energi melalui fotosintesis turun drastis. Dampaknya, ekosistem menjadi jauh lebih rapuh dan sulit pulih.
Di Eropa, misalnya, kekeringan yang disertai kebakaran terbukti menurunkan produktivitas vegetasi lebih dari dua kali lipat dibandingkan kekeringan saja. Hutan, semak belukar, dan padang rumput mengalami kerusakan besar. Meski pohon besar dengan kayu padat sedikit lebih tahan, api yang sangat panas tetap mampu menghancurkan biomassa dalam jumlah besar.
5. Dinamika bahan bakar alam yang tidak selalu sederhana
Menariknya, kekeringan tidak selalu berdampak sama di semua ekosistem. Pada kekeringan jangka pendek, risiko kebakaran biasanya meningkat karena rumput-rumput halus cepat mengering. Namun, pada kekeringan ekstrem jangka panjang atau “megakekeringan”, pertumbuhan vegetasi bisa sangat berkurang sehingga di beberapa wilayah justru bahan bakar kebakaran menjadi lebih sedikit.
Meski begitu, sebagian besar hutan dan kawasan berhutan tetap mengalami peningkatan risiko karena semak dan pepohonan besar mengering secara perlahan. Secara global, luas tutupan pohon yang terbakar bahkan telah meningkat dua kali lipat dalam dua dekade terakhir. Ini menjadi sebuah sinyal bahwa tren ini semakin mengkhawatirkan.
Mengingat dampak nyata kekeringan terhadap meningkatnya risiko kebakaran, langkah pencegahan menjadi sangat penting. Pengelolaan bahan bakar hutan, pembangunan infrastruktur air, serta sistem peringatan dini harus diperkuat. Tanpa upaya serius sejak dini, kebakaran hutan berpotensi menjadi bencana yang semakin sering dan semakin merusak.


















