Benarkah Colosseum Bisa Diisi Air untuk Pertunjukan Gladiator?

- Naumachia, pertunjukan perang laut brutal bangsa Romawi
- Bukti naumachia pernah digelar di dalam Colosseum
- Bagaimana insinyur Roma menyulap arena menjadi lautan?
Film Gladiator 2 (2024) yang menampilkan pertempuran laut di dalam Colosseum berhasil memukau banyak penonton. Hal ini sontak menyalakan kembali rasa penasaran dan pertanyaan besar di benak publik. Apakah bangsa Romawi kuno, dengan segala kehebatan arsitekturnya, benar-benar mampu mengubah arena gladiator menjadi lautan buatan?
Pertanyaan ini telah memicu perdebatan di kalangan sejarawan selama bertahun-tahun, melibatkan dua kubu yang saling bertentangan. Di satu sisi, ada catatan eksplisit dari para penulis kuno yang menggambarkannya, tapi di sisi lain terdapat bukti struktur bawah tanah Colosseum (hypogeum) yang tampaknya membuat penggenangan mustahil dilakukan. Berikut penjelasannya!
1. Mengenal naumachia, pertunjukan perang laut brutal bangsa Romawi

Jauh sebelum Colosseum berdiri, Roma telah mengenal naumachia, sebuah pertunjukan perang laut tiruan yang merupakan salah satu hiburan paling megah dan mematikan. Pertunjukan ini melibatkan ribuan kombatan yang biasanya merupakan tawanan perang atau narapidana, yang dipaksa bertempur hingga mati. Skala dan biayanya yang luar biasa besar membuatnya hanya diadakan untuk perayaan paling istimewa, seperti kemenangan militer atau peresmian monumen besar.
Menurut Britannica, naumachia pertama yang tercatat dalam sejarah dipersembahkan oleh Julius Caesar pada 46 SM di sebuah danau buatan di Campus Martius. Pertunjukan ini melibatkan 6 ribu tawanan perang yang ditempatkan di atas kapal-kapal perang sungguhan untuk saling membantai. Segera setelah acara selesai, danau tersebut ditimbun kembali, kemungkinan besar karena kekhawatiran akan wabah penyakit dari air yang tergenang.
Mengikuti jejak ayah angkatnya, Kaisar Augustus meningkatkan standar dengan membangun danau permanen raksasa bernama Stagnum Augustae pada 2 SM. Proyek ini begitu monumental hingga sebuah saluran air baru, Aqua Alsietina, dibangun khusus untuk menyuplai airnya yang tidak layak minum. Di danau inilah tontonan yang memerankan kembali Pertempuran Salamis dengan 3 ribu kombatan dan 30 kapal digelar.
Puncaknya terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Claudius pada 52 M, yang menggelar naumachia di Danau Fucine yang merupakan danau alami. Pertunjukan ini mencetak rekor dengan melibatkan 19 ribu narapidana dan 100 kapal perang yang dipaksa saling membunuh. Peristiwa inilah yang dikaitkan dengan seruan gladiator terkenal, "Ave, Imperator, morituri te salutant" , yang artinya "Salam, Kaisar, kami yang akan mati memberi hormat kepadamu".
2. Bukti naumachia pernah digelar di dalam Colosseum

Bukti sastra terkuat yang mendukung adanya naumachia di dalam Colosseum berasal dari penyair Martial, satu-satunya saksi mata yang mencatat permainan perdana pada 80 M. Dalam karyanya De Spectaculis, ia menggambarkan keterkejutan seorang penonton yang datang terlambat ketika melihat Colosseum terisi air.
"Jangan biarkan kapal-kapal dan air ini menipumu, baru tadi, di sini masih daratan kering," tulis Martial, dilansir Through Eternity.
Sekitar 40 tahun setelahnya, sejarawan Suetonius memberikan catatan yang sedikit ambigu. Suetonius menyatakan bahwa saat itu Kaisar Titus memang menyelenggarakan pertempuran laut, tetapi di "vetus naumachia" atau "naumachia tua", yang merujuk pada danau Augustus. Ini berbeda dari catatan Cassius Dio, yang menulis lebih dari seabad setelah peristiwa itu. Ia menyatakan bahwa Titus justru mengadakan naumachia di dalam Colosseum.
Kontradiksi ini sebenarnya dapat dijelaskan. Menurut History, permainan perdana Colosseum tersebut berlangsung selama 100 hari, di mana Titus menyelenggarakan setidaknya dua naumachiae. Satu yang berskala besar digelar di danau Augustus untuk menyaingi pendahulunya, dan satu lagi yang lebih kecil di dalam Colosseum untuk memamerkan bangunan barunya.
Namun, untuk masa pemerintahan Domitian, saudara dan penerus Titus, Suetonius lebih eksplisit menyatakan bahwa Domitian menggelar pertempuran laut "in amphitheatro", atau di dalam amfiteater merujuk pada Colosseum.
3. Bagaimana insinyur Roma menyulap arena menjadi lautan?

Menurut insinyur sipil Dr. Martin Crapper, para insinyur Roma, secara teknis, memang mampu mengisi dan dan mengeringkan Colosseum untuk naumachiae. Kehebatannya bukanlah tentang volume air yang sudah mereka kuasai, tetapi pada kontrol presisi atas sistem hidrolik yang mencakup aliran masuk, wadah kedap air, dan mekanisme pembuangan. Ini sendiri merupakan demonstrasi dari "perintah kaisar atas alam," sebuah tema sentral dalam tontonan Romawi.
Sumber air yang dinilai paling layak untuk tugas ini adalah cabang dari Aqua Claudia, salah satu saluran air utama Roma yang terletak di dekat Colosseum. Crapper menghitung laju aliran saluran air ini sekitar 2,12 meter kubik per detik. Berdasarkan laju aliran tersebut, mengisi arena hingga kedalaman ideal 1,5 meter diperkirakan akan memakan waktu antara 2 hingga 5 jam, dilansir Caperdiem.
Untuk memastikan arena dapat menampung ribuan meter kubik air tanpa bocor, para insinyur Romawi memanfaatkan keahlian mereka dalam beton hidrolik. Dengan menggunakan abu vulkanik yang dikenal sebagai pozzolana, mereka menciptakan beton yang tidak hanya tahan air tetapi juga dapat mengeras di bawah air. Bukti arkeologis mendukung penggunaan plester tahan air berkualitas tinggi yang disebut opus signinum di beberapa bagian struktur Colosseum.
Sama pentingnya dengan mengisi arena adalah kemampuan untuk mengeringkannya dengan efisien untuk acara lain pada hari berikutnya. Arkeolog telah mengidentifikasi empat gorong-gorong pembuangan utama yang jauh lebih besar dari yang dibutuhkan hanya untuk menampung air hujan. Saluran-saluran pembuangan raksasa ini memungkinkan arena dikeringkan dalam waktu yang sama efisiennya dengan pengisian, yaitu hanya beberapa jam.
4. Mengisi Colosseum dengan air sempat dikira mustahil

Argumen utama yang menentang kemungkinan penggenangan Colosseum adalah keberadaan hypogeum-nya. Struktur bawah tanah yang rumit ini, yang terlihat jelas bagi setiap pengunjung modern, adalah labirin dua lantai yang terdiri dari dinding bata, koridor, dan poros elevator yang canggih. Keberadaan struktur batu permanen ini dinilai membuat penggenangan arena menjadi mustahil.
Penelitian arkeolog Jerman, Dr. Heinz-Jürgen Beste, berusaha menjawab pertanyaan ini. Ia menyimpulkan, hypogeum yang rumit ini bukanlah bagian dari desain asli Colosseum pada saat peresmiannya di tahun 80 M. Sebaliknya, Beste mengidentifikasi beberapa fase konstruksi yang berbeda yang menunjukkan bahwa struktur tersebut dibangun secara bertahap.
Pada fase awal di masa pemerintahan Kaisar Titus, lantai arena adalah sebuah platform kayu besar yang dapat dilepas. Platform ini didukung oleh serangkaian tiang kayu vertikal dan balok horizontal. Bukti fisik untuk teori ini ditemukan oleh Beste dalam bentuk lubang-lubang atau soket di dinding penahan di sekeliling arena, yang cocok dengan tempat tiang-tiang kayu ini pernah dipasang.
Dalam konfigurasi awal ini, seluruh lantai kayu dan penyangganya dapat dibongkar dan dipindahkan, meninggalkan cekungan terbuka yang dalam dan kosong, sebuah wadah yang sempurna untuk digenangi air. Struktur hypogeum permanen dari batu yang kita lihat sekarang dibangun kemudian, pada masa pemerintahan Kaisar Domitian. Renovasi besar inilah yang kemudian mengakhiri kemampuan Colosseum untuk diisi air dan menyelenggarakan naumachiae, dilansir Smithsonian Magazine.
5. Apakah berarti Gladiator 2 akurat?

Berdasarkan berbagai bukti ini, banyak akademisi menyimpulkan bahwa naumachiae memang benar-benar pernah digelar di dalam Colosseum. Para penulis kuno ternyata tidak berlebihan dan para insinyur Romawi memang mampu melakukan pekerjaan luar biasa ini. Namun, keajaiban ini diperkirakan hanya ada selama dekade pertama keberadaan Colosseum.
Lalu seperti apa pertempuran ini? Arena kemungkinan besar digenangi air hingga kedalaman sekitar 1,5 meter, cukup untuk mengapungkan kapal tetapi tidak terlalu dalam. Karena ruang yang terbatas, kapal-kapal yang digunakan adalah versi kecil, kemungkinan dengan dasar datar agar lebih stabil di air dangkal. Pertempuran itu sendiri bukanlah pertarungan angkatan laut yang taktis, melainkan pertarungan jarak dekat yang kacau dan berdarah.
Meskipun pertarungan air di Gladiator 2 memang pernah terjadi, tapi alur waktunya kurang tepat. Film ini berlatar waktu di pemerintahan Kaisar Caracalla dan Geta yang berlangsung pada awal abad ke-3 M, lebih dari 120 tahun setelah hypogeum permanen dibangun dan naumachia terakhir diadakan.
Film ini juga menambahkan beberapa elemen fantastis seperti adegan dimasukkannya hiu ke dalam arena yang digenangi air. Skenario ini juga dinilai tidak mungkin karena sebagian besar spesies hiu adalah makhluk air asin dan tidak akan bertahan hidup lama di lingkungan air tawar dari saluran air Aqua Claudia. Selain itu, belum ada teks kuno, mozaik, atau bukti arkeologis apa pun yang menunjukkan bahwa hiu pernah digunakan dalam permainan Romawi.