Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Berbeda dengan Racun, Ini 5 Fakta Ilmiah Bisa Ular

ilustrasi ular kobra (unsplash.com/Nivedh P)

Ular barangkali sudah menjadi salah satu jenis spesies yang ditakuti karena dianggap punya bisa pembunuh. Meskipun faktanya lebih banyak ular yang tidak berbisa, spesies hewan yang satu ini tetap saja banyak orang hindari karena tak mau berisiko menghadapi mereka.

Jadi, sebetulnya apa, sih, bisa ular itu? Apakah sama dengan racun pada hewan-hewan lainnya? Nah, jika penasaran, kamu gak perlu menangkap dan memegang mereka, tapi cukup membaca fakta-faktanya berikut ini sampai tuntas. Yuk, disimak!

1. Bisa ular ternyata berbeda dengan racun pada umumnya

Bisa keluar dari taring ular. (wikimedia.org/Usman Ahmad)

Bisa atau venom merupakan senyawa dengan kandungan zat mematikan jika masuk ke dalam tubuh makhluk biologis lainnya. Menurut National Park Service, ada perbedaan mendasar antara bisa ular dan racun hewan pada umumnya. Bisa bekerja dengan cara disuntikkan ke dalam tubuh melalui taring atau sengat. Dalam hal ini, ular dan kalajengking merupakan spesies yang paling cocok dianggap sebagai hewan berbisa (venomous).

Nah, sementara itu, racun atau poison merupakan senyawa mematikan yang bekerja melalui kulit, pertukaran cairan (keringat atau liur), dan aliran udara. Artinya, racun bisa disebarkan dengan cara yang lebih luas, seperti bersentuhan, menghirup, hingga menelan. Hewan yang masuk ke dalam spesies beracun (poisonous) adalah katak beracun, ikan buntal, hingga sigung dengan aroma tubuhnya yang sangat menyengat.

2. Bisa dari taipan pedalaman dinilai paling mematikan

Ular taipan pedalaman dianggap sebagai spesies reptil paling berbisa. (wikimedia.org/Xlerate)

Dilansir Live Science, taipan pedalaman adalah spesies ular darat paling berbisa di dunia. Seberapa kuat bisa dari ular ini? Berdasarkan penelitian dan kasus-kasus yang pernah terjadi, bisa dari ular bernama ilmiah Oxyuranus microlepidotus ini sanggup membunuh manusia dewasa hanya dalam 30 menit.

Bahkan, 1 gigitannya sudah dianggap sanggup untuk membunuh 100 orang dewasa dalam waktu yang sama. Meskipun hal ini masih butuh studi yang lebih mendalam, taipan pedalaman tetap menduduki puncak dalam daftar ular darat paling berbisa di dunia. Hewan ini bisa ditemukan di wilayah-wilayah yang cukup tandus di Australia.

3. Terbentuknya senyawa bisa melalui evolusi

Ular derik juga dimasukkan ke dalam jenis spesies berbisa. (unsplash.com/Duncan Sanchez)

Dari mana dan sejak kapan bisa ular terbentuk? Well, sudah lama ilmuwan mencari jawabannya. Kebanyakan para ahli berpendapat bahwa bisa ular dihasilkan melalui evolusi kompleks yang terjadi di dunia reptil, terutama ular. National Geographic melansir bahwa jejak-jejak reptil berbisa dapat ditelusuri sejauh 200 juta tahun lalu. Pada awalnya, nenek moyang kadal sudah mengembangkan bisa secara sederhana.

Nah, sejak itu, ular dan kerabatnya yang lain juga mulai mengembangkan kemampuan berburu dan membunuh mangsa secara efektif. Zat atau senyawa bisa akhirnya tumbuh bersamaan dengan evolusi selama puluhan juta tahun. Uniknya, ular akhirnya mewarisi bisa paling spesifik di antara keluarga reptil lainnya. Hal itu dapat terjadi karena ular berbisa berada di ekosistem berbeda jika dibandingkan dengan reptil lain, seperti komodo.

4. Ada sebagian spesies hewan yang justru kebal terhadap bisa ular

Mongoose menjadi salah satu spesies yang ditakuti ular. (unsplash.com/Dusan Veverkolog)

Beberapa spesies hewan, seperti mongoose (garangan), luwak, meerkat, cerpelai, dan honey badger dianggap sebagai binatang yang cukup kebal dengan bisa ular. Meskipun tidak betul-betul kebal, biasanya mereka hanya tertidur atau pingsan untuk sementara waktu jika terkena gigitan ular berbisa secara telak.

Kemampuan biologis dari hewan-hewan ini sudah terbentuk beriringan dengan keberadaan bisa ular itu sendiri. Artinya, evolusi kembali menjadi kunci yang membuat tubuh mereka menjadi kebal terhadap bisa ular. Dalam rantai makanan pun, luwak, garangan, dan honey badger juga berposisi sebagai predator yang kerap memangsa ular berbisa.

5. Dijadikan sarana penelitian medis

Bisa ular banyak dijadikan sarana penelitian medis. (wikimedia.org/Vassil)

Bisa ular sudah menjadi senyawa yang banyak digunakan dalam penelitian medis. BBC Earth dalam lamannya menjelaskan bahwa bisa ular dapat berkontribusi besar bagi perkembangan dunia medis. Selain digunakan untuk mengembangkan antibisa, beberapa jenis zat mematikan tersebut juga diteliti untuk dijadikan sarana pengobatan medis masa depan.

Bukan hanya ular, senyawa bisa yang kerap dijadikan sarana penelitian medis adalah milik kalajengking, komodo, dan tikus ekor pendek. Pada masa depan, metode pengobatan melalui sarana bisa atau venom dari hewan mungkin dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengobati beberapa penyakit mematikan.

Nah, sudah tahu perbedaan antara bisa dan racun, kan? Selain itu, bisa ular juga ternyata dapat dijadikan bahan riset di bidang medis. Semoga artikel ini dapat memperkaya wawasan kalian di bidang fauna, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us