5 Konsep Salah Kaprah Teori Evolusi yang Terlanjur Dipercaya

Padahal, memahami evolusi itu gak begitu sulit, kok

Mendengar istilah evolusi dalam ranah sains tentu akan memunculkan banyak persepsi yang belum tentu benar di benak orang awam. Biasanya, kebanyakan orang akan menganggap bahwa evolusi itu salah karena melanggar eksistensi manusia itu sendiri. Tak jarang pula, mereka menganggap bahwa evolusi menyatakan manusia berasal dari kera.

Well, di sini, kita akan belajar mengenai beberapa kesalahpahaman dalam teori evolusi yang kadung dipercaya banyak orang. Yuk, simak artikelnya!

1. Manusia berasal dari kera

5 Konsep Salah Kaprah Teori Evolusi yang Terlanjur Dipercayailustrasi keluarga simpanse di kebun binantang (unsplash.com/Margaux Ansel)

Salah satu anggapan keliru yang sering dilontarkan oleh orang awam terhadap teori ini adalah kaitannya dengan hubungan kera dan manusia. Dengan kata lain, menurut mitosnya, manusia itu berasal dari kera. Apakah hal ini valid? Sayangnya, anggapan tersebut tidak berdasar sama sekali. Evolusi tidak pernah melakukan klaim atau menyatakan eksistensi manusia berasal dari kera.

Sebaliknya, teori evolusi justru menganggap manusia dan organisme lain di Bumi berasal dari nenek moyang yang sama. Kendati berasal dari nenek moyang yang sama, percabangan spesies atau spesiasi terjadi di berbagai tempat dan masa. Pada zaman purba, spesiasi juga terjadi untuk golongan primata yang akhirnya membentuk alur evolusi baru, yakni genus bernama Homo.

Dalam sains, didapatkan fakta bahwa dari sanalah, Homo sapiens atau manusia berasal. Britannica dalam lamannya menjelaskan bahwa kemungkinan besar Homo sapiens berevolusi untuk pertama kalinya pada 315 ribu tahun lalu. So, jelas bahwa manusia tidak berasal dari kera meskipun DNA kita dan kera menunjukkan banyak kesamaan.

2. Tidak ada bukti berupa fosil transisi

5 Konsep Salah Kaprah Teori Evolusi yang Terlanjur Dipercayailustrasi fosil platipus raksasa pada zaman purba (unsplash.com/David Clode)

Ini adalah isu salah kaprah kedua yang juga banyak dilontarkan oleh kalangan umum. Konon katanya, fosil dari organisme transisi tidak pernah ditemukan. Sayangnya, anggapan seperti ini malah akan menuju pada sebuah plot twist besar yang gak disangka-sangka. Ya, dalam teori evolusi, kita semua dan organisme yang ada di Bumi adalah transisi.

Jadi, semua fosil dan kerangka dari makhluk hidup yang ditemukan di alam sejak zaman purba adalah transisi dan bukti dari evolusi itu sendiri. Jangan bayangkan evolusi terjadi hanya semalam atau beberapa hari. Nyatanya, evolusi di Bumi sudah terjadi miliaran tahun dan dibutuhkan rentang ratusan juta tahun untuk organisme dapat mengalami perubahan.

Jelas tidak akan ditemukan jerapah yang memiliki sayap karena alam tidak membentuknya demikian. Jelas pula hanya kelelawar yang menjadi satu-satunya organisme mamalia yang bisa terbang. Jadi, keunikan dan karakteristik berbeda yang ada di tiap-tiap organisme itulah yang dinamakan transisi karena semuanya berjalan lambat selama jutaan hingga miliaran tahun.

Baca Juga: 5 Misteri Lautan yang Berusaha Dipecahkan Sains, Bikin Ilmuwan Pusing!

3. Kepunahan adalah bukti bahwa evolusi itu bohong

5 Konsep Salah Kaprah Teori Evolusi yang Terlanjur Dipercayailustrasi gambar dari dinosaurus purba (unsplash.com/Fausto Garcia-Menendez)

Jika semua makhluk hidup berevolusi, kenapa mereka masih bisa punah? Nah, untuk menjawabnya memang tidak mudah. Pasalnya, sudah ada berbagai macam kepunahan yang dialami oleh organisme, misalnya dinosaurus di zaman purba. Namun, ternyata teori evolusi punya jawabannya.

Dougal Dixon, seorang ahli geologi dan hewan purba asal Skotlandia menyatakan bahwa jika dinosaurus masih ada, mereka akan berevolusi selama puluhan juta tahun menjadi spesies yang baru. Sayangnya, bencana hebat sempat menghantam Bumi dan membuat hewan besar kala itu menghadapi kematian dan kelaparan massal, dikutip dalam Science Focus.

Jadi, pada masanya, dinosaurus pun berevolusi. Hanya saja, mereka tidak dapat beradaptasi secara ketat dalam menghadapi bencana besar yang terjadi di Bumi. Perjalanan evolusioner mereka jelas tidak cukup kuat untuk menghadapi musibah meteor yang menghantam Bumi pada 66 juta tahun lalu. Oksigen dan sumber makanan yang menipis akhirnya membuat semuanya dieliminasi oleh alam.

4. Hewan kuat kok bisa punah?

5 Konsep Salah Kaprah Teori Evolusi yang Terlanjur Dipercayailustrasi hewan purba yang kuat dan ganas (unsplash.com/Alvaro Reyes)

Kalau evolusi itu memang nyata, kenapa hewan kuat bisa punah? Well, mungkin kamu pernah mendengar pertanyaan macam ini. Sebetulnya, jawabannya sangat mudah karena memang berkaitan dengan prinsip dalam evolusi itu sendiri. Ya, evolusi tidak beranggapan bahwa hewan kuat tidak bisa punah. Sebaliknya, kepunahan bisa terjadi pada semua organisme yang ada di dunia ini.

Itu sebabnya, dalam evolusi berlaku survival of the fittest, yakni mereka yang benar-benar fit dan dapat beradaptasi di alam yang dapat selamat. Ada banyak bukti akan hal ini, contohnya keberadaan buaya yang juga ada pada masa-masa kepunahan dinosaurus. Jika dinosaurus punah, kenapa buaya masih ada? Itu karena buaya dapat beradaptasi dengan kerasnya alam di zaman purba.

Jadi, mari kembali lagi ke konsep awal evolusi. Dalam teori ini, adaptasi, seleksi alam, frekuensi alel, dan faktor-faktor biologis lainnya sangat memengaruhi keberadaan sebuah ekosistem. Jika sekelompok spesies tidak bisa beradaptasi dengan baik, biasanya mereka akan dipaksa untuk berubah secara mikro dan makro. Jika masih tidak bisa, mereka akan disingkirkan oleh alam dalam sebuah hukum bernama kepunahan.

5. Adanya spesies yang tidak pernah berubah merupakan bukti penipuan evolusi

5 Konsep Salah Kaprah Teori Evolusi yang Terlanjur Dipercayadiagram yang menunjukkan Asas Hardy-Weinberg (wikimedia.org/Johnuniq)

Diagram di atas sudah dapat membantah argumentasi yang menyatakan bahwa spesies tidak pernah berubah. Faktanya, dalam evolusi juga berlaku Asas Hardy-Weinberg atau HW, yakni sebuah hukum yang menyatakan bahwa organisme tidak akan berubah secara radikal jika memang ia sudah dalam kondisi fit di lingkungannya.

Dilansir Nature, Asas HW juga digunakan banyak ilmuwan biologi untuk melengkapi teori evolusi yang digagas oleh Charles Darwin. Dalam prinsip inilah terkuak fakta ilmiah bahwa organisme dapat mewarisi berbagai macam sifat dan karakter dari sebuah populasi. Sebelumnya, keabsahan asas ini juga dibuktikan oleh Gregor Johann Mendel, seorang ilmuwan dan pastor yang meneliti sifat pewarisan dalam genetika.

Jadi, memang tidak semua organisme itu berubah. Namun, perlu diketahui bahwa hanya spesies yang termasuk di dalam diagram keseimbangan Hardy-Weinberg saja yang tidak mengalami perubahan secara radikal. Itu sebabnya, dikenal frekuensi alel dalam evolusi. Elemen mikroskopis inilah yang menjadi salah satu bukti kuat bahwa evolusi memang terjadi di alam.

Pada dasarnya, sains memaparkan dan menyimpulkan bukti-bukti valid yang ada di lapangan untuk dijadikan acuan dalam kerangka berpikir. Nah, semoga ulasan mengenai evolusi kali ini bisa membantu kamu dalam memahami teori evolusi menjadi lebih baik.

Baca Juga: 5 Konsep Sains yang Didapat dari Film Interstellar, Akurat atau Tidak?

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya