5 Fakta Koyote, Anjing Liar yang Dapat Beradaptasi di Perkotaa

Koyote (Canis latrans) merupakan anjing liar yang umum dijumpai di Amerika Utara. Mereka tersebar, mulai dari Kanada, Amerika Serikat, Meksiko, hingga di bagian timur Panama.
Umumnya, koyote dapat beradaptasi di segala macam habitat, mulai dari hutan, padang rumput, rawa, hingga gurun. Maka tak heran kalau mereka juga dapat ditemukan di pemukiman penduduk.
Punya penampilan bak serigala, koyote atau coyote juga punya sederet fakta menarik yang menjadikan mereka salah satu hewan liar yang dekat dengan manusia. Yuk, cari tahu di bawah ini!
1. Punya kemampuan berlari dan melompat yang sangat baik

Habitat asli dari koyote sebenarnya adalah padang rumput dan gurun pasir. Oleh karena itu, agar dapat bertahan dan memperoleh mangsanya koyote mengandalkan kecepatan serta kegesitan dari kakinya.
Dilansir Animal Diversity, koyote mampu berlari hingga kecepatan 65 km per jam, salah satu yang tercepat di antara keluarga anjing lainnya. Tak hanya itu, dalam hal melompat pun mereka mampu mencatatkan jarak hingga 4 meter dalam sekali lompatan, lho.
2. Mamalia paling vokal di Amerika Utara

Dalam hal komunikasi, koyote hampir memanfaatkan segala indra yang ia miliki, mulai dari pendengaran, penglihatan, penciuman, hingga sinyal-sinyal lainnya. Namun, salah satu saluran komunikasi yang paling sering digunakan koyote adalah pendengaran melalui beberapa suara vokal.
Dilansir Animal Diversity, koyote dinobatkan sebagai mamalia paling "berisik" di Amerika Utara, lho. Umumnya, koyote menghasilkan suara lolongan, decitan, dan suara peringatan darurat yang dilakukan dengan teriakan cepat serta lolongan palsu.
Fungsi lolongan pada koyote pun cukup mirip seperti pada serigala. Panggilan ini mereka gunakan untuk berkomunikasi ketika saling bertemu, memberi tahu lokasinya, hingga memperingatkan kawanan koyote lain soal batas wilayah teritori.
3. Pemburu yang oportunistik

Meski secara penampilan mirip seperti serigala, nyatanya dalam soal makanan koyote sebenarnya bukan karnivora sejati. Bahkan, beberapa sumber cenderung mengklasifikasikan koyote sebagai omnivora. Alasan dibalik hal ini tentu ada kaitannya dengan pilihan makanan yang jauh lebih beragam.
Disebutkan oleh National Geographic, koyote merupakan pemburu yang oportunistik. Ketika sendirian mereka akan memilih hewan-hewan kecil seperti kelinci, hewan pengerat, reptil, hingga bangkai yang ditinggalkan predator lain. Namun, jika berburu dalam kelompok mereka bisa memangsa hewan yang lebih besar semisal rusa.
Tak hanya itu, koyote juga dapat mengonsumsi buah-buahan dan rumput yang menjadikannya sebagai hewan omnivora. Sayangnya, mereka juga dapat memakan hewan ternak sehingga di beberapa tempat mereka dianggap sebagai hama yang menghancurkan bagi para peternak.
4. Meski sering kedapatan sendiri, ternyata koyote adalah hewan yang hidup berkelompok

Melalui foto maupun video yang beredar, kamu mungkin lebih sering melihat koyote seorang diri. Namun nyatanya, mereka hidup dalam kelompok dengan teritori yang cukup besar. Meski tidak seintens serigala, pada dasarnya kelompok koyote akan saling menjaga dan membantu perburuan hewan yang lebih besar jika diperlukan.
Dilansir Britannica, teritori dari kelompok koyote biasanya berkisar dari 10-40 km persegi. Menariknya, kelompok ini pun sebenarnya mayoritas masih satu keluarga. Untuk menentukan batas teritori dari kawanan, mereka menandakan lewat suara lolongan, bau urine, serta feses pada beberapa lokasi. Kelompok ini biasanya lebih banyak berkumpul ketika musim gugur dan dingin.
Mirip seperti serigala pula, pimpinan dari kelompok koyote adalah sepasang jantan dan betina alpha. Pembagian tugas dalam kelompok pun terbilang cukup baik. Selain untuk berburu, tugas utama dari masing-masing individu koyote dalam kelompok adalah menjaga sarang agar anak-anak koyote dapat tinggal tanpa ancaman.
5. Meski kehilangan habitat, justru populasinya semakin besar dari tahun ke tahun

Sejak lama koyote punya reputasi buruk sebagai predator yang memangsa ternak, sasaran para pemburu sebagai "trofi", hingga hadiah yang ditawarkan jika berhasil membunuhnya. Hal ini pun kemudian membuat perburuan pada mereka begitu masif pada abad ke-20.
Pada sebagian besar hewan, tentu hal tersebut merupakan bencana. Meski demikian, ternyata hal tersebut justru jadi pelajaran bagi koyote untuk dapat bertahan hingga saat ini, lho. Disebutkan dalam laman Britannica, pada abad ke-21 ini justru jadi puncak dari populasi koyote di Amerika Utara.
Memang perburuan mereka untuk mengontrol populasinya masih terjadi, namun berkat kemampuan beradaptasi di lingkungan tinggal manusia membuat mereka dapat bertahan di daerah perkotaan. Bahkan, para ilmuan sebenarnya lebih khawatir pada meledaknya populasi di masa depan ketimbang kelangkaan dari hewan yang satu ini.
Ternyata dibalik kemajuan peradaban umat manusia, tak semua hewan dapat bertahan hidup. Justru berkat kemampuan adaptasi yang baik anjing liar yang satu ini bisa membuat populasinya semakin besar dari tahun ke tahun. Kira-kira fakta mana yang membuatmu terkejut?