Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Burung Puyuh Ocellated, Si Mungil dengan Bulu yang Menawan

potret puyuh ocellated mungil (inaturalist.org/matiasramos)
potret puyuh ocellated mungil (inaturalist.org/matiasramos)

Kalau mendengar nama burung puyuh, mungkin sebagian besar dari kita langsung berpikiran dengan telur mereka yang punya motif unik. Padahal, sebenarnya motif unik tersebut tak hanya melekat pada telur, melainkan bulu indukannya pula. Contohnya, ada satu spesies burung puyuh dengan penampilan menawan bernama puyuh ocellated (Cyrtonyx ocellatus).

Bayangkan saja, warna bulu mereka sangat beragam karena mengombinasikan warna hitam, putih, kuning, cokelat, sampai abu-abu. Pola warna ini terbilang rumit juga karena berbentuk bintik, garis, totol, dan sebagainya. Kalau dilihat secara keseluruhan motif bulu burung dengan tubuh gumpal dan kepala kecil ini jelas dapat memikat mata siapa pun yang melihat.

Soal ukuran, panjang puyuh ocellated sekitar 20—23 cm dengan bobot antara 218—182 gram saja. Jantan sedikit lebih besar dari betina dan warna bulu yang lebih cerah. Selain dari penampilan fisik, ada beberapa fakta menarik dari burung puyuh ocellated yang akan segera kita kupas satu per satu. Kalau penasaran, simak sampai tuntas, ya!

1. Peta persebaran dan habitat alami

ilustrasi peta persebaran puyuh ocellated (commons.wikimedia.org/Cephas)
ilustrasi peta persebaran puyuh ocellated (commons.wikimedia.org/Cephas)

Puyuh ocellated termasuk burung Dunia Baru sehingga persebaran utamanya ada di benua Amerika. Secara spesifik, burung ini dapat ditemui di Amerika Tengah, tepatnya sekitar wilayah Meksiko bagian selatan, Guatemala, El Salvador, Honduras, dan Nikaragua. Dilansir Data Zone by Birdlife, luas area yang jadi rumah bagi puyuh ocellated diperkirakan sekitar 223 ribu km persegi.

Sementara itu, habitat yang disukai mereka tak jauh dari hutan tropis yang lembap dan terkadang sekitar semak belukar. Secara spesifik, burung ini tinggal di dataran tinggi ataupun kawasan pegunungan. Elevasi yang puyuh ocellated pilih berkisar antara 750—3.050 meter di atas permukaan laut.

2. Makanan favorit dan cara memperolehnya

puyuh ocellated sedang mencari makan (inaturalist.org/benmeredyk)
puyuh ocellated sedang mencari makan (inaturalist.org/benmeredyk)

Puyuh ocellated termasuk hewan omnivor. Birda melansir kalau pilihan makanan utama mereka sebenarnya berupa umbi-umbian dan akar tanaman. Akan tetapi, kadang-kadang mereka turut melengkapi menu makanan dengan berbagai jenis serangga.

Adapun, cara puyuh ocellated mencari makan terbilang mirip seperti ayam. Mereka akan mengais-ngais tanah dengan cakar sampai umbi atau akar terlihat. Setelah itu, burung ini akan mematuk makanan sampai mendapatkan potongan yang sesuai untuk langsung ditelan. Untuk serangga, puyuh ocellated dapat langsung menelannya.

Meski bisa terbang, puyuh ocellated justru lebih condong sebagai hewan terestrial. Artinya, burung ini lebih banyak menghabiskan waktu di atas tanah ketimbang terbang dan bertengger di pohon. Mereka juga termasuk hewan diurnal sehingga aktivitas mencari makan lebih banyak dilakukan selama Matahari masih ada.

3. Kehidupan sosial

ilustrasi kelompok kecil puyuh ocellated (commons.wikimedia.org/John Gould &  Henry Constantine Richter)
ilustrasi kelompok kecil puyuh ocellated (commons.wikimedia.org/John Gould & Henry Constantine Richter)

Dilansir eBird, puyuh ocellated hidup secara berkelompok, tetapi dalam jumlah relatif kecil. Anggota kelompok maksimal terdiri atas 12 individu saja. Seluruh anggota kelompok akan ikut ketika waktu mencari makan dan beristirahat saat malam.

Untuk berinteraksi dengan sesama, puyuh ocellated memanfaatkan beberapa jenis suara vokal. Suara yang biasa mereka keluarkan adalah siulan yang berdengung dengan nada rendah. Kadang-kadang, ada suara bernada pendek yang cepat dan beruntun. Jenis suara ini dihasilkan oleh betina untuk menjawab panggilan jantan.

4. Sistem reproduksi

puyuh ocellated di sekitar sarang (inaturalist.org/sobeymorales)
puyuh ocellated di sekitar sarang (inaturalist.org/sobeymorales)

Sebenarnya masih banyak hal tentang sistem reproduksi puyuh ocellated yang belum kita ketahui. Yang jelas, musim kawin bagi burung ini diperkirakan antara bulan April—Agustus, Birda melansir. Diduga kalau spesies ini membuat sarang di atas tanah yang terbuat dari material sisa tanaman.

Menariknya, betina mampu menghasilkan beberapa gelombang telur per minggunya selama musim kawin. Pada tiap gelombangnya, ia akan menghasilkan sekitar 8—13 butir telur. Pada kondisi yang ideal, diperkirakan kalau betina mampu menghasilkan 250—300 butir telur dalam satu tahun! Adapun, telur-telur puyuh ocellated akan menjalani masa inkubasi antara 16—20 hari.

5. Status konservasi

Puyuh ocellated betina punya warna yang lebih polos ketimbang jantan. (inaturalist.org/sobeymorales)
Puyuh ocellated betina punya warna yang lebih polos ketimbang jantan. (inaturalist.org/sobeymorales)

Berdasarkan data IUCN Red List, status konservasi puyuh ocellated saat ini ada pada kategori hewan rentan punah (Vulnerable). Selain itu, tren populasi yang ada saat ini pun cenderung menurun dari tahun ke tahun. Diperkirakan kalau saat ini hanya ada sekitar 1.500—7.000 puyuh ocellated yang tersisa di sepanjang peta persebaran.

Masalah utama yang dihadapi spesies burung puyuh ini adalah deforestasi dan kerusakan habitat akibat pembukaan lahan oleh manusia. Biasanya, rumah mereka dialihfungsikan menjadi pertanian atau perkebunan, tambang, sampai pemukiman manusia secara cepat. Mirisnya, pembukaan lahan ini sering dilakukan secara serampangan, dimana hutan dibakar begitu saja yang membuat seluruh ekosistem yang ada di dalamnya musnah seutuhnya.

Selain kerusakan lingkungan, puyuh ocellated juga sering diburu. Alasan perburuan burung ini bisa untuk dikonsumsi sampai dijadikan hewan peliharaan ilegal. Kalau kondisi ini tidak segera dikendalikan, bisa saja status konservasi puyuh ocellated semakin turun sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Semoga saja segera ada kesadaran dan tindakan dari pihak-pihak terkait supaya burung mungil yang menawan ini tetap lestari, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Science

See More

Benarkah Kerusakan Hutan Bisa Mengubah Warna Laut? Ini Penjelasannya

07 Des 2025, 18:05 WIBScience