Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Hujan Asam, Ditemukan sejak Abad ke-19

ilustrasi hujan (unsplash.com/Atilla Bingöl)

Bagi kamu yang belum tahu, hujan asam dapat merusak patung, membunuh ikan, dan merusak tanaman atau pepohonan di hutan. Akan tetapi apa sebenarnya hujan asam itu? Menurut Environmental Protection Agency (EPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, hujan asam adalah istilah untuk berbagai jenis presipitasi yang mengandung asam dan jatuh ke tanah, baik sebagai hujan, salju, kabut, hujan es, atau debu. Nah, jadi meskipun namanya hujan asam, bentuknya tidak harus hujan, tapi banyak jenisnya.

Hujan yang membasahi Bumi sebenarnya mengandung sedikit asam karena karbon dioksida di atmosfer bercampur dengan air untuk membentuk asam karbonat. Hujan biasa memiliki pH 5,6—6, sementara hujan asam memiliki pH 4,2—4,4. Skala pH digunakan untuk mengukur kadar keasaman dan alkalinitas. Jadi jika pH-nya lebih rendah, maka tingkat asamnya pun lebih tinggi.

Asam biasanya terdiri dari asam nitrat atau asam sulfat. Hujan asam terjadi ketika sulfur dioksida atau nitrogen oksida dilepaskan ke atmosfer. Bahan kimia ini kemudian bereaksi dengan oksigen, air, dan bahan kimia lainnya untuk membentuk asam nitrat atau asam sulfat. Asam tersebut kemudian bergabung dengan air atau debu sebelum jatuh ke tanah.

Jika bercampur dengan air dan jatuh sebagai hujan, salju, kabut, atau hujan es, ini dikenal sebagai deposisi basah. Asam juga dapat langsung jatuh pada permukaan atau berinteraksi dengan bahan kimia untuk membentuk partikel yang lebih besar. Ini dikenal sebagai deposisi kering. Nah, pertanyaannya, apakah hujan asam masih terjadi?

1. Bagaimana hujan asam bisa terjadi?

ilustrasi polusi dari bahan bakar fosil (pixabay.com/Steve Buissinne)

Hujan asam terjadi setiap kali sulfur dioksida atau nitrogen oksida dilepaskan ke atmosfer. Hal ini dapat terjadi karena faktor alam, seperti letusan gunung berapi atau pembusukan sayuran. Di samping itu, bencana hantaman asteroid atas kepunahan dinosaurus pada 65,5 juta tahun yang lalu juga menjatuhkan sulfur trioksida ke udara dan menyebabkan hujan asam, seperti yang dijelaskan Live Science.

Namun, penyebab utama hujan asam saat ini adalah pembakaran bahan bakar fosil untuk aktivitas manusia. Selain itu, polusi kendaraan, pabrik, dan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara menjadi faktor utama mengapa hujan asam bisa terjadi. Pembangkit listrik bertenaga bahan bakar fosil juga bertanggung jawab atas dua pertiga emisi sulfur dioksida dan seperempat emisi nitrogen oksida, sebagaimana yang dikutip US Environmental Protection Agency (EPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat.

Tak hanya itu, sumber utama terjadinya hujan asam adalah aktivitas kilang minyak. Polusi dari kilang ini akan tertiup angin dan menyebabkan hujan asam sejauh ratusan mil. Ini berarti, hujan asam tidak hanya jatuh di dekat sumber polutan, tetapi tersebar ke mana-mana dan menjadi masalah bagi lingkungan dan manusia.

2. Dampak hujan asam sangatlah mengerikan

efek yang ditimbulkan di hutan akibat hujan asam di Pegunungan Jizera, Republik Ceko (commons.wikimedia.org/Lovecz)

Hujan asam punya banyak dampak buruk bagi lingkungan, lho. Tidak main-main, hujan asam sangat berbahaya bagi ekosistem perairan, seperti danau, sungai, dan lahan basah. Pasalnya, hujan asam melarutkan logam beracun seperti aluminium dari tanah, sehingga meningkatkan kadar asam dan aluminium di perairan. Hal ini mengganggu ekosistem ikan dan hewan liar lainnya yang hidup di perairan. Ditambah lagi, sebagian besar telur ikan tidak akan menetas saat kadar pH mencapai 5. Bahkan, ada danau asam yang tidak memiliki ikan sama sekali.

Hujan asam juga dapat merusak hutan. Hal ini juga disebabkan oleh logam beracun seperti aluminium yang dilarutkan hujan asam dari tanah, yang dapat merusak pohon dan tanaman lainnya. Lebih jauh lagi, hujan asam juga merusak nutrisi atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman atau pohon dari tanah.

Kabut atau awan asam di dataran tinggi dapat merontokkan dedaunan pohon. Hal ini bisa membuat pohon lemah, karena pohon tidak mampu memperoleh energi dari matahari atau terganggunya fotosintesis. Pohon atau tanaman pun lebih rentan terhadap serangan hama, seperti serangga, penyakit, dan suhu dingin. Namun, setiap tanah berbeda-beda, nih, dalam menetralkan asam yang jatuh.

Terakhir, hujan asam dapat merusak infrastruktur buatan manusia seperti bangunan dan mobil yang terbuat dari material batu kapur. Hujan asam juga dapat bereaksi dengan material seperti perunggu atau marmer hingga merusak patung-patung di luar ruangan. Selain itu, hujan asam dapat menodai logam atau menimbulkan bopeng pada marmer.

3. Masalah hujan asam sudah terjadi sejak lama

industri Amerika (commons.wikimedia.org/Internet Archive Book Images)

Hujan asam pertama kali ditemukan dan diberi nama pada 1852 oleh ahli kimia asal Skotlandia bernama Robert Angus Smith. Ia mengamatinya di kota-kota industri yang ada di Inggris dan Skotlandia. Sekitar 100 tahun kemudian, para ilmuwan mulai memperhatikan fenomena yang sama di Amerika Serikat.

Sumber utama terjadinya hujan asam di AS pada saat itu adalah pembangkit listrik tenaga batu bara di Midwest, sebagaimana yang dijelaskan National Science Foundation. Namun, hujan asam ini menjadi masalah besar di AS timur laut, karena merusak pohon maple gula. Danau-danau yang tercemar hujan asam di Pegunungan Adirondack New York juga membunuh ikan dan burung loon. Secara global, hujan asam juga diakui sebagai masalah regional di Eropa Barat.

Nah, untuk mengendalikan hujan asam, AS mengeluarkan undang-undang polusi udara. Undang-Undang Udara Bersih atau Clean Air Act 1970 adalah undang-undang pertama yang mengatur emisi asam. Clean Air Act 1990 kembali diperbaharui untuk mengontrol, memangkas emisi sulfur dioksida hingga 88 persen dari 1990 sampai 2017, seperti yang dilaporkan National Geographic. Emisi nitrogen dioksida juga turun hingga 50 persen selama periode waktu tersebut karena standar kualitas udaranya.

Keberhasilan ini menandakan bahwa hujan asam bukan lagi menjadi masalah serius di AS saat ini. Selain itu, beberapa hutan dan populasi ikan di New England juga mulai pulih. Di Eropa Barat, undang-undang lingkungan yang lebih ketat juga mengurangi masalah tersebut.

4. Hujan asam yang terjadi saat ini

bangunan Taj Mahal yang rusak akibat hujan asam (commons.wikimedia.org/Ankitha Praveen)

Sebenarnya, masalah hujan asam masih menjadi masalah global. Masalah tersebut akan tetap ada selama bahan bakar fosil masih digunakan. Di China barat daya, misalnya, batu bara tetap menjadi sumber energi utama. Nah, karena itu, hujan asam pun sering turun.

Seperti penelitian yang diterbitkan dalam Earth and Planetary Science Letters, para ilmuwan mengira kalau hujan asam itu memicu tanah longsor yang mematikan di Gunung Jiweishan, China, pada 2009, karena melemahkan serpih (batuan sedimen) di sana. Emisi dari China juga menyebabkan hujan asam di Korea Selatan dan Jepang. Kendati demikian, China mulai mengendalikan masalah tersebut sedikit demi sedikit. Kemajuan yang dibuatnya pun hampir sama dengan yang telah dicapai AS dan Eropa pada 1980-an. 

Tak hanya menimpa China, hujan asam juga menjadi masalah utama di India. Pasalnya, emisi sulfur dioksida di India meningkat sebesar 50 persen sejak 2007, tulis penjelasan National Geographic. Hal ini mengancam bangunan Taj Mahal di negara itu. 

Nah, seperti yang sudah kita bahas, hujan asam ini melarutkan marmer menjadi zat bubuk yang kemudian akan membuatnya luruh. Pihak berwenang di India bahkan telah melindungi Taj Mahal seluas 10.000 kilometer persegi di sekitar lokasi. Namun, kondisi bangunan Taj Mahal terus memburuk meskipun sudah dilakukan upaya pencegahan.

5. Hujan asam ada hubungannya dengan perubahan iklim

patung yang rusak akibat hujan asam (pixabay.com/Thomas G.)

Meskipun sulfur dioksida dan nitrogen oksida adalah bahan bakar fosil, keduanya bukanlah penyumbang utama pemanasan global, lho. Sebaliknya, sulfur dioksida justru mendinginkan atmosfer. National Science Foundation melansir kabar bahwa para ilmuwan pernah mengamati Hubbard Brook di New Hampshire, tempat hujan asam pertama kali didokumentasikan di Amerika Utara pada pertengahan 1960-an.

Di Hubbard Brook, para ilmuwan memantau dampak hujan asam pada hutan, tanah, dan sungai. Mereka menemukan bahwa peningkatan karbon dioksida pada atmosfer memiliki dampak yang sama pada area tersebut seperti hujan asam konvensional. Perubahan iklim kemungkinan menjadi salah satu penyebab terjadinya hujan asam.

Bumi sudah menanggung konsekuensi yang besar dari aktivitas manusia. Namun, Bumi masih berbaik hati memberikan sumber kehidupan bagi umat manusia. Meskipun begitu, ancaman krisis pangan semakin terasa, di samping terjadinya hujan asam yang menyertainya. Nah, untuk itu, manusia diminta untuk menekan gaya hidupnya dan menjaga Bumi ini agar tetap lestari. Yuk, bisa, yuk!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us