Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Menarik Cendrawasih Kuning Kecil, Warna Jantan Lebih Menarik

Cendrawasih kuning kecil (commons.wikimedia.org/gailhampshire)

Burung cendrawasih kuning kecil atau Paradisaea minor merupakan salah satu burung endemik Papua yang terkenal akan keindahan bulunya. Sebagai bagian dari keluarga cendrawasih, burung ini sering disebut sebagai burung surga karena keanggunannya yang memikat. Tidak hanya memukau dengan tampilan fisiknya, burung ini juga menjadi simbol keanekaragaman hayati Indonesia.

Namun, di balik keelokannya, cendrawasih kuning kecil menyimpan berbagai fakta menarik yang jarang diketahui. Artikel ini akan membahas lima fakta tentang burung yang menjadi kebanggaan Papua ini, dari ciri fisiknya hingga perannya dalam budaya setempat.

1. Ciri fisik yang mencolok

Cendrawasih kuning kecil (commons.wikimedia.org/Arthur Chapman)

Cendrawasih kuning kecil memiliki bulu-bulu yang sangat khas, terutama pada pejantan. Warna kuning cerah di bagian tubuhnya berpadu dengan cokelat tua dan putih, menciptakan kombinasi yang memikat. Ekornya yang panjang dihiasi dengan bulu-bulu lembut menyerupai pita, menambah keanggunannya.

Selain warna, ukuran tubuhnya juga tergolong kecil dibandingkan jenis cendrawasih lainnya, dengan panjang sekitar 32 cm. Betina cenderung memiliki warna yang lebih kusam dibandingkan jantan, karena fungsi warna cerah pada jantan adalah untuk menarik perhatian betina selama musim kawin, dikutip dari BirdLife Data Zone.

Uniknya, burung ini juga memiliki paruh kuning pucat dan mata berwarna hijau cerah. Perpaduan warna ini menjadi daya tarik utama yang membuatnya begitu istimewa di mata para peneliti dan penggemar burung.

2. Habitat alami yang spesifik

Cendrawasih kuning kecil (commons.wikimedia.org/JJ Harrison)

Cendrawasih kuning kecil hanya ditemukan di hutan hujan dataran rendah di Papua dan Papua Nugini. Habitat alaminya yang lebat dengan pepohonan tinggi menyediakan tempat berlindung sekaligus lokasi untuk mencari makan, dilansir dari Australian Museum.

Burung ini biasanya menghuni kanopi hutan, jarang turun ke tanah. Hal ini membuat mereka sulit ditemukan tanpa bantuan pengamatan khusus. Sebagai spesies endemik, keberadaan burung ini sangat bergantung pada kelestarian hutan Papua.

Namun, ancaman deforestasi menjadi tantangan besar bagi kelangsungan hidup mereka. Oleh karena itu, konservasi habitat menjadi kunci utama untuk menjaga populasi cendrawasih kuning kecil tetap stabil.

3. Kebiasaan unik saat musim kawin

Cendrawasih kuning kecil (commons.wikimedia.org/gailhampshire)

Musim kawin menjadi momen paling menarik untuk mengamati cendrawasih kuning kecil. Para pejantan akan memamerkan bulu-bulu indah mereka dalam tarian yang memukau. Mereka biasanya memilih dahan yang tinggi untuk menampilkan gerakan khas, seperti menggoyangkan ekor atau memutar tubuh.

Betina akan mengamati tarian ini dengan cermat sebelum memilih pasangan. Proses seleksi ini sangat kompetitif, sehingga hanya pejantan dengan penampilan dan tarian terbaik yang berhasil mendapatkan perhatian betina.

Selain itu, burung ini memiliki sistem poligami, di mana satu pejantan bisa kawin dengan beberapa betina. Setelah kawin, betina akan mengurus telur dan anak-anaknya sendiri tanpa bantuan pejantan.

4. Pola makan yang beragam

Cendrawasih kuning kecil (commons.wikimedia.org/markaharper1)

Cendrawasih kuning kecil adalah burung omnivora yang mengonsumsi berbagai jenis makanan, mulai dari buah-buahan hingga serangga kecil. Buah-buahan hutan seperti ara menjadi sumber makanan utama mereka.

Selain itu, mereka juga memakan nektar dari bunga-bunga hutan, yang membantu proses penyerbukan tanaman. Serangga kecil seperti jangkrik atau ulat menjadi pelengkap pola makan mereka, terutama saat musim kawin, ketika kebutuhan energi meningkat, dikutip dari Avibase.

Kebiasaan makan ini membuat cendrawasih kuning kecil memiliki peran penting dalam ekosistem hutan, baik sebagai penyebar biji-bijian maupun penyerbuk alami.

5. Makna budaya dan ancaman kelestarian

Cendrawasih kuning kecil (commons.wikimedia.org/Or Hiltch)

Bagi masyarakat adat Papua, cendrawasih kuning kecil memiliki nilai budaya yang tinggi. Bulunya yang indah sering digunakan dalam tarian tradisional atau sebagai hiasan kepala dalam upacara adat.

Namun, penggunaan ini harus diimbangi dengan kesadaran konservasi. Ancaman perburuan liar dan perdagangan ilegal menjadi salah satu faktor yang menurunkan populasi burung ini di alam liar.

Saat ini, berbagai upaya telah dilakukan untuk melindungi cendrawasih kuning kecil, termasuk menetapkan statusnya sebagai spesies yang dilindungi. Edukasi kepada masyarakat juga menjadi langkah penting untuk menjaga keberadaan burung surga ini.

Cendrawasih kuning kecil adalah simbol keindahan dan keanekaragaman hayati Indonesia yang harus dijaga. Dari ciri fisiknya yang memukau hingga perannya dalam ekosistem dan budaya, burung ini memberikan banyak pelajaran tentang pentingnya menjaga alam. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us