Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Panda Merah, Spesies Menggemaskan yang Terancam Punah   

potret panda merah (commons.wikimedia.org/Anil Öztas)
potret panda merah (commons.wikimedia.org/Anil Öztas)
Intinya sih...
  • Panda merah merupakan spesies terancam punah akibat deforestasi, perburuan liar, dan fragmentasi habitat.
  • Panda merah bukan saudara dekat panda raksasa, meskipun mirip dan suka makanan yang sama.
  • Panda merah omnivora dengan sistem pencernaan tidak efisien untuk mencerna bambu, sehingga harus makan dalam jumlah besar.

Panda merah (Ailurus fulgens) mungkin bukan nama yang sering terdengar sehari-hari, tapi hewan satu ini punya pesona luar biasa. Dengan tubuh mungil, wajah mirip rubah, dan bulu kemerahan yang lembut, panda merah gampang bikin jatuh hati siapa pun yang melihatnya. Meski sering dikira kerabat dekat panda raksasa, kenyataannya mereka masuk keluarga yang berbeda. Habitat asli mereka berada di hutan pegunungan Himalaya dan bagian utara Myanmar, serta provinsi-provinsi di Tiongkok bagian barat daya.

Sayangnya, di balik keimutannya, panda merah termasuk salah satu spesies yang statusnya terancam punah. Populasinya terus menurun karena deforestasi, perburuan liar, dan fragmentasi habitat. Bahkan, perubahan iklim juga memperparah kondisi hidup mereka di alam liar. Berikut ini lima fakta menarik tentang panda merah yang bikin makin kagum sekaligus prihatin sama kondisi mereka saat ini.

1.Bukan kerabat panda raksasa, tapi punya nama yang sama

potret panda merah (commons.wikimedia.org/Jon Kang)
potret panda merah (commons.wikimedia.org/Jon Kang)

Panda merah sering disangka saudara dekat panda raksasa karena punya nama yang sama, padahal keduanya berasal dari keluarga yang berbeda. Panda merah merupakan satu-satunya spesies yang masih bertahan dalam keluarga Ailuridae, sementara panda raksasa masuk keluarga Ursidae alias beruang. Kemiripan nama ini ternyata berasal dari kesamaan diet mereka yang sama-sama mengandalkan bambu sebagai makanan utama.

Dilansir dari Roundglass, panda merah sebenarnya ditemukan lebih dulu dibanding panda raksasa, bahkan sempat jadi hewan yang pertama disebut “Panda” pada abad ke-19. Istilah “Panda” sendiri dipercaya berasal dari kata Nepal “Ponya”, yang berarti pemakan bambu. Jadi, meskipun sekilas mirip dan suka makanan yang sama, mereka sebenarnya jauh banget secara genetis.

2.Bambu jadi menu favorit, tapi tetap omnivora

potret panda merah (commons.wikimedia.org/Anil Öztas)
potret panda merah (commons.wikimedia.org/Anil Öztas)

Panda merah memang kelihatan seperti pemakan sayur sejati karena selalu terlihat mengunyah bambu. Tapi faktanya, mereka termasuk omnivora yang kadang juga makan telur burung, serangga kecil, dan bahkan hewan pengerat. Walaupun 85–90% diet mereka terdiri dari daun bambu, sisanya diisi oleh makanan berprotein yang mereka temukan saat menjelajah hutan.

Menurut One Earth, sistem pencernaan panda merah sebenarnya gak efisien untuk mencerna selulosa dari bambu. Karena itu, mereka harus makan dalam jumlah besar, bisa sampai 4 kg bambu per hari buat mencukupi kebutuhan nutrisinya. Efeknya, panda merah bisa menghabiskan lebih dari separuh waktu aktifnya hanya buat makan!

3.Aktif di malam hari dan suka hidup sendiri

potret panda merah (commons.wikimedia.org/Lisa Cyr)
potret panda merah (commons.wikimedia.org/Lisa Cyr)

Panda merah termasuk hewan nokturnal yang lebih aktif saat malam dan menjelang fajar. Di siang hari, mereka lebih banyak beristirahat di atas pohon, menggulung tubuhnya layaknya bola berbulu untuk menghemat energi. Gaya hidup ini juga bikin mereka gak terlalu sering terlihat manusia, sehingga sulit dipantau secara langsung di alam liar.

Seperti dijelaskan Smithsonian’s National Zoo, panda merah adalah makhluk soliter alias penyendiri. Mereka hanya bertemu saat musim kawin atau saat induk betina sedang membesarkan anaknya. Kebiasaan hidup menyendiri ini bikin panda merah makin rentan terhadap gangguan habitat, karena setiap individu butuh wilayah jelajah yang luas untuk bertahan hidup.

4.Punya ekor panjang dan bulu tebal sebagai pelindung dingin

potret panda merah (commons.wikimedia.org/Dave Pape)
potret panda merah (commons.wikimedia.org/Dave Pape)

Salah satu ciri paling mencolok dari panda merah adalah ekor panjangnya yang bergaris-garis seperti cincin. Ekor ini bukan cuma pemanis penampilan, tapi juga berfungsi sebagai alat bantu menjaga keseimbangan saat mereka berjalan di dahan-dahan pohon. Selain itu, ekornya berfungsi seperti selimut yang bisa melindungi tubuhnya dari suhu dingin ekstrem di hutan pegunungan.

Seperti dilansir dari IFAW, bulu panda merah sangat tebal dan tahan air. Warna bulunya yang kemerahan juga membantu mereka menyamar di antara lumut dan pepohonan cemara yang sering tertutup kabut. Adaptasi ini penting banget buat bertahan hidup di habitat asli yang sering berkabut, lembap, dan bersuhu rendah.

5.Populasinya kurang dari 10 ribu, dan terus menurun

potret panda merah (commons.wikimedia.org/Anil Öztas)
potret panda merah (commons.wikimedia.org/Anil Öztas)

Dilansir dari Bali Safari and Marine Park, populasi panda merah di alam liar diperkirakan hanya tersisa sekitar 2.500 hingga 10.000 ekor. Angka ini bahkan terus menurun setiap tahun. Penyebab utamanya adalah kehilangan habitat akibat deforestasi dan perluasan area pertanian di kawasan Himalaya. Perburuan ilegal juga masih menjadi ancaman nyata, terutama untuk perdagangan bulu dan hewan peliharaan eksotis.

Habitat panda merah terus terfragmentasi, bikin mereka kesulitan mencari pasangan dan memperluas wilayah jelajah. Selain itu, perubahan iklim bikin musim berbunga tanaman bambu jadi gak stabil, mempengaruhi ketersediaan makanan. Upaya konservasi sedang dilakukan, tapi dibutuhkan kerja sama global buat memastikan keberlangsungan hidup spesies ini.

Panda merah bukan cuma hewan yang imut dan menarik untuk dipelajari, tapi juga simbol dari pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dunia. Ancaman terhadap mereka mencerminkan kondisi banyak spesies lain yang menghadapi tekanan serupa. Semoga dengan lebih banyak orang tahu fakta-fakta unik ini, makin banyak pula yang tergerak untuk peduli dan ikut menjaga satwa liar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us