Fakta Sejarah Bangsa Vandal, Pernah Jadi Penguasa Afrika Utara

Mendengar kata vandalisme, sebagian besar dari kita akan mengkaitkan dengan serangkaian aksi perusakan fasilitas publik. Mencoret-coret tembok sekolah, merusak rambu-rambu jalan ataupun instalasi karya seni adalah beberapa contoh dari perilaku vandalisme. Akan tetapi, tahukah kamu dari mana kata vandalisme berasal?
Kata vandalisme sebenarnya diambil dari nama bangsa Vandal yang merupakan salah satu kelompok dari kumpulan bangsa Jerman. Dikutip dari Livescience, penggunaan kata vandalisme pertama kali diperkenalkan oleh Henri Grégoire de Blois untuk menyebut fenomena perusakan karya-karya seni selama Revolusi Prancis berlangsung.
Henri Grégoire de Blois merujuk pada kehancuran Kota Roma akibat penyerangan oleh kaum barbar, salah satunya yaitu bangsa Vandal. Sejak saat itu, kata vandal terasosiasi dengan aksi perusakan.
Pertanyaannya, apakah benar bangsa Vandal adalah bangsa perusak? Apakah label vandalisme yang dikaitkan dengan perbuatan merusak sangat tepat untuk menggambarkan sikap bangsa Vandal? Artikel ini akan membahas beberapa fakta sejarah penting tentang bangsa Vandal yang masih belum banyak diungkap.
Fakta Sejarah Bangsa Vandal
1. Berasal dari Skandinavia lalu pindah ke suatu daerah di Polandia

Kata vandal pertama kali muncul dalam tulisan karya Pliny the Elder yaitu Natural History pada tahun 77 M. Saat itu, Pliny the Elder menggunakan kata "vandilii" untuk menyebut salah satu kelompok besar bangsa Jerman. Sejarawan Romawi, Tacitus, juga memberi sebutan "vandilii" yang bermakna pengelana.
Dikutip dari World History Encyclopedia, bangsa Vandal diduga berasal dari wilayah Skandinavia. Kemudian pada tahun 130 SM, mereka berpindah tempat menuju Silesia yang ada di Polandia bagian tenggara.
Kala itu, bangsa Vandal terbagi menjadi dua kelompok yaitu Silingi dan Hasdingi. Silingi tidak melakukan perpindahan dan tetap berada di Silesia, sedangkan Hasdingi berpindah ke wilayah pegunungan Sudeten yang berbatasan dengan Ceko. Dari kelompok Hasdingi lah pertautan sejarah antara bangsa Vandal dan Romawi dimulai.
2. Memiliki banyak keahlian dan sempat menjadi sekutu Romawi

Melansir dari World History Encyclopedia, dalam buku History of the Goths karya Jordanes, disebutkan bahwa bangsa Vandal bermula dari kaum petani dan peternak. Mereka juga dikenal sebagai pandai besi yang bisa membuat senjata. Tidak hanya itu, kerajinan tangan lain seperti seni membuat keramik, perhiasan dan menenun juga dikuasai oleh bangsa Vandal.
Karena kemampuannya yang serba bisa, Kekaisaran Romawi mengajak bangsa Vandal menjadi sekutunya untuk berperang melawan bangsa Jerman Marcommani dan bangsa Sarmatia. Bangsa Vandal pun mulai menghuni wilayah kekuasaan Romawi yang berada di Dacia (sekarang Rumania). Perang yang terjadi antara tahun 166 M dan 180 M ini dimenangkan oleh bangsa Romawi.
3. Meskipun jadi sekutu, perilaku bangsa Vandal cukup menyulitkan bangsa Romawi

Walaupun diperbantukan sebagai tenaga militer, bangsa Vandal justru menunjukkan sikap-sikap yang mengganggu saat menjadi sekutu Romawi. Meskipun diizinkan untuk menempati wilayah Dacia, mereka justru menginginkan tanah Romawi tersebut menjadi miliknya. Di bawah kepemimpinan Raüs dan Raptur, bangsa Vandal mulai melakukan pemberontakan ke beberapa daerah kekuasaan Romawi.
Pemberontakan yang dilakukan bangsa Vandal selama rentang tahun 270–278 M masih terlalu lemah untuk mengalahkan kekuatan militer Romawi. Kaisar Marcus Aurelius dan diikuti dengan Kaisar Probus, telah berkali-kali memukul mundur bangsa Vandal dari wilayah Romawi. Dikutip dari World History Encyclopedia, sebagian bangsa Vandal kembali dipekerjakan oleh militer Romawi dan sisanya dibawa ke Romawi Britania.
4. Menganut aliran kristen yang berbeda dengan mayoritas bangsa Romawi

Setelah lebih dari satu dekade hidup berpindah-pindah, pada tahun 330 M bangsa Vandal akhirnya diterima oleh Kaisar Konstantin Agung di Pannonia (sekarang Hungaria). Saat itu, masyarakat Romawi dan juga bangsa Vandal telah sama-sama memeluk agama Kristen.
Akan tetapi, bangsa Vandal menganut aliran Kristen Arianisme yang sangat berbeda dengan mayoritas bangsa Romawi. Dikutip dari Britannica, Arianisme percaya bahwa Yesus bukanlah Tuhan melainkan makhluk ciptaan. Sedangkan bangsa Romawi menganut paham trinitas. Perbedaan aliran kepercayaan ini kembali membuat masalah diantara komunitas Vandal dan Gereja Romawi.
5. Berhasil merebut beberapa wilayah Romawi dengan memanfaatkan kondisi kerajaan yang sedang diterpa konflik

Meskipun dinilai menyimpang dari ajaran Kristen, konflik agama antara bangsa Vandal dan komunitas Kristen Romawi sempat terlupakan. Dikutip dari Livescience, memasuki abad ke-4 M, Kerajaan Romawi telah terpisah antara Romawi Barat dan Romawi Timur. Situasi Romawi Barat pun semakin terjepit ketika harus menghadapi invasi besar-besaran dari bangsa Hun, Visigoth dan Ostrogoth.
Melihat situasi Romawi yang sedang dilanda konflik, bangsa Vandal memanfaatkan peluang untuk berpindah-pindah tempat dan mengambil alih beberapa wilayah kekuasaan Romawi. Di bawah kepemimpinan Gunderic, Vandal berhasil menguasai Gaul (sekarang Prancis) pada tahun 406 M. Empat tahun setelahnya, Vandal sempat mendominasi Iberia (sekarang Spanyol dan Portugal) sebelum direbut kembali oleh bangsa Visigoth.
6. Gaiseric menjadi pemimpin bangsa Vandal terbesar dalam sejarah

Gaiseric menjadi pemimpin Vandal pasca kematian Gunderic pada 428 M. Terdorong untuk memiliki tanah air bagi bangsanya, Gaiseric membawa 80ribu pasukannya menuju Afrika Utara. Pada tahun 439 M, Gaiseric mengambil alih Carthage dan mendirikan Kerajaan Vandal.
Dikutip dari Livescience, kawasan Afrika Utara adalah kawasan strategis karena berperan penting sebagai cadangan gandum Romawi. Kerajaan Vandal yang kini telah menjadi penguasa Afrika Utara, turut mengendalikan rute perdagangan di Laut Mediterania termasuk beberapa pulau di sekitarnya seperti Pulau Sisilia, Pulau Sardinia dan Pulau Mallorca.
7. Vandal memasuki Kota Roma tanpa diwarnai aksi kekerasan

Kerajaan Vandal yang semakin mendominasi Afrika Utara, membuat Kerajaan Romawi sudah tidak mampu untuk memeranginya. Atas nama Romawi, Valentinian III mengakui keberadaan Kerajaan Vandal dan membuat perjanjian bersama Gaiseric.
Perubahan situasi politik di Kerajaan Romawi dan berujung terbunuhnya Valentinian III, membuat Gaiseric membawa pasukannya untuk menyerang Roma. Karena kekuatan militer Romawi dalam kondisi lemah, diutuslah Paus Leo I untuk bernegosiasi dengan Gaiseric.
Dikutip dari Livescience, Paus Leo I mempersilakan bangsa Vandal untuk memasuki Kota Roma tetapi mereka tidak boleh membakar bangunan ataupun membunuh penduduk Roma. Pasukan Vandal pun setuju dan hanya mengambil harta benda berharga dari beberapa bangunan penting lalu kembali ke Afrika Utara. Ini membuktikan bahwa Gaiseric menepati janjinya kepada Paus Leo I.
Gaiseric memimpin Kerajaan Vandal hingga 478 M. Sepeninggal Gaiseric, kerajaan Vandal tetap berjaya menguasai Afrika Utara selama lebih dari 50 tahun.
Dikutip dari History Channel, fakta sejarah mengenai kehancuran Vandal terjadi ketika pasukan Romawi Timur mulai melancarkan serangannya. Tahun 534 M menandai kehancuran Kerajaan Vandal bersamaan dengan ditangkapnya raja terakhir-nya yaitu Gelimer di Konstanstinopel. Sejak saat itu, bangsa Vandal kembali hidup sporadis di wilayah Afrika Utara dan Eropa.