Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Hyrax Awawa, Kerabat Mungil Gajah yang Viral

Hyrax (Pixabay.com/Nicolas-Debray)

Dunia media sosial sering menghadirkan fenomena viral yang tidak terduga, dan salah satu yang paling menarik belakangan ini adalah kemunculan hewan kecil bernama Hyrax dengan suara khasnya "Awawa" yang menggemaskan. Berbeda dengan mudeng yang viral karena perilakunya yang menggemaskan, hyrax menarik perhatian dunia maya berkat teriakannya yang unik dan mengesankan.

Namun, di balik kepopulerannya sebagai bintang media sosial, hewan ini menyimpan banyak fakta ilmiah yang menakjubkan dan tidak banyak diketahui publik. Dari kekerabatannya yang mengejutkan dengan gajah hingga kemampuan komunikasinya yang kompleks, hyrax membuktikan bahwa penampilan bisa sangat menipu. Mari kita eksplorasi lima fakta mengagumkan tentang makhluk kecil yang sedang naik daun ini.

1. Kerabat dekat gajah dalam tubuh mungil

Hyrax, kerabat gajah (glencanning.com)

Hyrax atau yang viral dengan sebutan "Awawa" memiliki penampilan fisik yang sering disalahartikan sebagai pengerat, padahal secara taksonomi mereka lebih dekat kekerabatannya dengan gajah dan sirenia seperti dugong dan manatee. Meskipun berukuran kecil dengan panjang tubuh antara 30 hingga 70 cm dan berat 2 hingga 5 kg, hyrax memiliki banyak kemiripan anatomi dengan gajah seperti kuku pipih di ujung jari, gigi seri atas yang tumbuh seperti gading, dan puting susu yang terletak di area ketiak. Bukti fosil menunjukkan bahwa di masa lalu kelompok hyrax jauh lebih beragam dan memiliki anggota berukuran besar seperti Titanohyrax ultimus yang beratnya mencapai 600-1300 kg, setara dengan badak.

Hyrax modern yang kita kenal sekarang adalah hasil evolusi yang bertahan hidup dengan menjadi lebih kecil dan beradaptasi dengan lingkungan berbatu, sementara kerabat mereka yang lain berevolusi ke arah kehidupan akuatik dan menjadi nenek moyang gajah serta sirenia. 

2. Hyrax memiliki Kemampuan komunikasi yang unik

Hyrax terkenal dengan panggilannya yang khas "awawa" yang menarik perhatian di media sosial karena terdiri dari tiga silabel atau suku kata, tidak seperti kebanyakan hewan yang biasanya hanya memiliki satu atau dua suku kata dalam panggilannya. Panggilan ini terdiri dari bagian-bagian yang berlangsung sekitar 10-20 detik dengan masing-masing bagian berisi sejumlah nada atau suku kata yang berbeda.

Tim peneliti menemukan fenomena menarik bahwa kelompok hyrax yang hidup dalam jangkauan kurang dari 5 km memiliki struktur nyanyian yang sangat mirip, sementara kelompok yang hidup berjauhan memiliki komposisi nyanyian yang berbeda, menunjukkan keberadaan dialek regional. Pejantan muda cenderung meniru pejantan dominan dalam kelompoknya, menciptakan kesamaan nyanyian dalam satu kelompok tetapi berbeda dengan kelompok lain. Meskipun kompleks, nyanyian ini berfungsi terutama sebagai bentuk periklanan diri pejantan untuk menunjukkan kebugaran dan kemampuan vokalisasi mereka kepada betina, mirip dengan fungsi nyanyian pada burung

3. Adaptasi fisik yang menakjubkan untuk lingkungan berbatu

Mata Hyrax (pixabayJohan Jansen)

Hyrax memiliki serangkaian adaptasi fisik yang memungkinkan mereka bertahan hidup dengan baik di lingkungan berbatu yang menjadi habitat utama mereka. Kaki mereka dilengkapi dengan bantalan empuk yang memiliki banyak kelenjar keringat, memberikan cengkeraman yang kuat saat bergerak cepat di permukaan bebatuan curam. Jari-jari mereka yang pendek dengan kuku keras—empat pada kaki depan dan tiga pada kaki belakang—juga mendukung kemampuan mereka beradaptasi dengan lingkungan yang menantang tersebut.

Mata hyrax memiliki keistimewaan berupa iris yang sedikit memanjang di atas pupil yang berfungsi sebagai pelindung dari kebutaan akibat paparan sinar matahari langsung. Struktur iris ini secara efektif mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata, memungkinkan mereka menatap matahari dalam waktu yang lama tanpa mengalami kerusakan mata. Bush hyrax atau hyrax semak bahkan memiliki umbrakulum di pupil mereka yang memanjang dari iris, adaptasi yang memungkinkan mereka mendeteksi predator dari udara saat berjemur. Sistem ginjal yang efisien dalam menahan dan mengolah air juga merupakan adaptasi krusial yang memungkinkan mereka bertahan hidup di lingkungan tebing yang gersang dengan akses air terbatas.

4. Hyrax memiliki sistem pencernaan yang kompleks

Hyrax yang sedang makan (flickr.com)

Hyrax memiliki sistem pencernaan yang kompleks meskipun mereka bukan hewan ruminansia. Lambung mereka terdiri dari banyak bilik yang memungkinkan pertumbuhan bakteri simbiotik yang membantu memecah material tumbuhan keras yang menjadi makanan utama mereka. Meskipun demikian, kemampuan mereka untuk mencerna serat tetap lebih rendah dibandingkan ungulata atau hewan berkuku.

Berbeda dengan kebanyakan mamalia herbivora yang menggunakan gigi seri di bagian depan rahang untuk memotong daun dan rumput, hyrax justru menggunakan gigi geraham di sisi rahangnya untuk proses ini. Dua gigi seri atas mereka berukuran cukup besar dan tumbuh terus-menerus sepanjang hidup, mirip dengan gading gajah atau gigi seri mamalia pengerat. Sementara itu, empat gigi seri bawah berfungsi sebagai pembersih tubuh dan disebut sebagai gigi sisir.

5. Kotoran hyrax dapat menjadi bahan parfum dan obat

Kotoran Hyrax yang bermanfaat

Salah satu fakta paling unik tentang hyrax adalah bagaimana kotoran dan urin mereka yang mengering dapat menjadi bahan berharga. Urin mereka yang kental akan mengering dengan cepat ketika menyentuh bebatuan yang hangat, dan karena menggunakan area yang sama dari generasi ke generasi, tumpukan urin dan kotoran kering ini dapat membentuk struktur yang besar dan sudah ada sejak ribuan tahun lalu.

Tumpukan kotoran dan urin yang mengeras ini dikenal sebagai hyraceum, dan menariknya sering digunakan sebagai bahan parfum atau pengobatan tradisional. Proses pembentukan hyraceum memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun, menghasilkan material yang menyerupai batu dan kemudian disebut sebagai "Stone of Africa" atau "Stone of God". Para pembuat parfum menggunakan hyraceum untuk menciptakan aroma hangat yang kompleks, sementara di beberapa daerah seperti Afrika Selatan, hyraceum juga telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi epilepsi.

Sebagai hewan liar yang belum didomestikasi dan cenderung agresif, hyrax lebih baik diapresiasi dari kejauhan, dalam habitat alaminya. Mari kita manfaatkan momentum popularitas hyrax ini untuk memperdalam pemahaman kita tentang keajaiban evolusi dan adaptasi makhluk hidup, sambil tetap menghormati batas-batas alami mereka. Dengan begitu, kita dapat menikmati keunikan hewan-hewan viral sambil berkontribusi pada upaya pelestarian keanekaragaman hayati yang semakin terancam di era modern ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us