Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Hewan yang Sering Dianggap "Bodoh", Punya Otak Kecil hingga Hobi Tidur

koala, hewan yang hobi tidur
koala (unsplash.com/DavidClode)
Intinya sih...
  • Panda memiliki pola hidup yang membingungkan secara evolusi, dengan sistem pencernaan karnivora tapi memilih diet bambu rendah nutrisi. Reproduksi yang rendah membuat mereka sulit berkembang biak.
  • Hiu goblin hidup menyendiri di kegelapan, bergerak pelan tanpa agresivitas. Mekanisme makan mereka aneh dan pasif, serta induk hiu tidak merawat anaknya sama sekali.
  • Burung unta memiliki ukuran mata lebih besar dari otaknya, perilaku impulsif dan kurang perhitungan. Strategi bertahan hidup terkesan ceroboh dengan sarang telur di tanah terbuka.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saat membicarakan kecerdasan hewan, kamu pasti langsung teringat pada lumba-lumba atau simpanse yang pintar memecahkan masalah. Namun, alam ternyata tidak membagikan kecerdasan secara merata kepada semua makhluknya. Ada sisi lain dari dunia fauna yang diisi oleh spesies dengan perilaku membingungkan, ukuran otak yang sangat kecil, atau strategi bertahan hidup yang terlihat konyol dan tidak masuk akal bagi manusia.

Istilah bodoh di sini sebenarnya lebih merujuk pada adaptasi evolusi yang unik dan sering kali terlihat tidak efisien. Kamu akan menemukan hewan yang memiliki rasio otak terhadap tubuh sangat kecil hingga mereka yang punya kebiasaan membahayakan diri sendiri. Mulai dari burung yang justru diam mematung saat ada predator hingga mamalia yang menghabiskan hidupnya hanya untuk tidur, berikut adalah deretan hewan yang sering dianggap dianggap bodoh karena perilakunya membingungkan, unik, atau terlihat konyol.

1. Panda

Panda sedang makan bambu
panda (unsplash.com/SidBalachandran)

Meskipun sangat populer dan dicintai banyak orang, panda memiliki pola hidup yang membingungkan secara evolusi. Kamu perlu tahu bahwa sistem pencernaan mereka sebenarnya adalah karnivora, tetapi mereka memilih diet bambu yang sangat rendah nutrisi dan sulit dicerna. Akibatnya, mereka harus menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk makan dalam jumlah besar dan tidur demi menghemat energi. Selain itu, panda memiliki dorongan reproduksi yang sangat rendah, membuat mereka sangat sulit berkembang biak secara alami untuk melestarikan spesiesnya sendiri.

2. Hiu goblin

Goblin shark yang hidup di dasar lautan
goblin shark (youtube.com/NationalGeographic)

Penghuni laut dalam ini sering dianggap sebagai hiu yang lamban dan kurang inisiatif dibandingkan kerabatnya yang lain. Hiu goblin hidup menyendiri di kegelapan dan bergerak sangat pelan tanpa agresivitas yang berarti. Mekanisme makan mereka juga terbilang aneh dan pasif, di mana rahang mereka bisa menjulur keluar dari mulut untuk menangkap mangsa yang lewat. Induk hiu goblin juga tidak merawat anaknya sama sekali, membiarkan mereka langsung berjuang sendiri begitu lahir di lingkungan yang keras.

3. Burung unta

burung unta di Kenya
burung unta (unsplash.com/DominicYegon)

Burung raksasa ini memiliki fakta anatomis yang cukup menggelitik, yaitu ukuran matanya yang lebih besar daripada ukuran otaknya. Rasio ini sering dikaitkan dengan perilaku mereka yang impulsif dan kurang perhitungan. Strategi bertahan hidup mereka juga terkesan ceroboh karena mereka membuat sarang telur di tanah terbuka yang sangat mudah diakses oleh predator seperti singa atau hyena. Saat terancam, reaksi utama mereka hanyalah berlari kencang tanpa arah atau menendang secara acak.

4. Koala

koala, hewan yang hobi tidur
koala (unsplash.com/DavidClode)

Marsupial ikonik Australia ini memiliki rasio otak berbanding tubuh yang paling kecil di antara mamalia. Permukaan otak mereka sangat halus yang menandakan rendahnya kompleksitas kognitif. Hal ini diperparah dengan diet daun eukaliptus yang sebenarnya beracun dan sangat miskin gizi. Karena asupan energi yang sangat minim ini, koala tidak mampu melakukan aktivitas kompleks dan harus tidur hingga 20 jam sehari di atas pohon, dan sering kali terlihat bingung atau lambat merespons lingkungan sekitar.

5. Kalkun

ayam kalkun jantan
ayam kalkun (unsplash.com/RandyFath)

Kalkun sering menjadi bahan lelucon karena tingkah lakunya yang terlihat linglung. Mereka memiliki penglihatan monokular karena posisi mata yang berjauhan, sehingga mereka harus memiringkan kepala dengan cara yang jenaka untuk bisa fokus melihat sesuatu. Ada mitos yang cukup populer bahwa kalkun bisa mati tenggelam karena bengong menatap langit saat hujan turun. Meskipun mitos itu berlebihan, fakta bahwa mereka sering kesulitan mengenali ancaman nyata, membuat reputasi kurang cerdas ini melekat pada mereka.

6. Kakapo

kakapo, hewan endemik di Selandia Baru
kakapo (commons.wikimedia.org/DepartmenofConservation)

Kakapo adalah burung beo terberat di dunia yang berasal dari Selandia Baru dan tidak bisa terbang. Masalah utamanya adalah mereka berevolusi di lingkungan yang dulunya tanpa predator, sehingga mereka kehilangan insting rasa takut. Saat menghadapi ancaman, alih-alih lari atau melawan, kakapo sering kali hanya diam mematung di tempat. Reaksi ini membuat mereka menjadi sasaran yang sangat empuk bagi predator pendatang seperti kucing atau tikus, yang menyebabkan populasi mereka kini sangat kritis.

7. Kodok tebu

kodok tebu
kodok tebu (commons.wikimedia.org/CharlesJ.Sharp)

Amfibi ini masuk dalam daftar karena perilaku reproduksinya yang sangat tidak selektif dan terkesan putus asa. Kodok tebu jantan dikenal memiliki dorongan kawin yang membabi buta, sering kali mencoba menaiki benda mati, hewan spesies lain, atau bahkan hewan yang sudah menjadi bangkai. Strategi hidup mereka sangat sederhana, yaitu makan apa saja yang muat di mulut dan mengandalkan racun di kulit untuk pertahanan diri tanpa taktik menghindar yang cerdas.

Label kurang cerdas yang melekat pada hewan ini sebenarnya hanyalah sudut pandang manusia terhadap cara bertahan hidup yang unik. Meskipun strategi hidup mereka terlihat tidak efisien atau bahkan konyol di matamu, faktanya spesies tersebut masih mampu bertahan di Bumi hingga saat ini. Hal ini membuktikan bahwa dalam seleksi alam yang keras, kecerdasan tinggi bukanlah satu-satunya kunci kelangsungan hidup, melainkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan spesifik, tidak peduli seberapa aneh cara yang mereka tempuh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Menarik Toledo, Kota Tiga Budaya yang Penuh Sejarah

17 Des 2025, 13:29 WIBScience