Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Penyebab Italia Mencatatkan Performa Buruk di Perang Dunia II

Benito Mussolini (kanan) yang sedang melihat parade militer pasukan Jerman Nazi bersama Adolf Hitler (kiri) pada tahun 1937. (commons.wikimedia.org/Arquivo Nacional)

Dahulu, wilayah yang sekarang menjadi Italia, yaitu Kekaisaran Romawi, merupakan salah satu kekaisaran terbesar dan paling disegani di dunia. Mereka benar-benar dapat menaklukkan Eropa sampai menguasai seluruh Mediterania selama berabad-abad. Berkat reputasi dan sejarah tradisional tersebut, maka sudah sepatutnya kehadiran Italia dalam Perang Dunia II jadi salah satu momok yang menakutkan bagi sekutu.

Setelah Benito Mussolini berhasil berkuasa dan mengubah ideologi Italia menjadi fasisme, ikatan antara Italia dengan Jerman Nazi terjalin sangat kuat hingga akhirnya mereka bergabung dalam koalisi bersama dengan Kekaisaran Jepang yang diberi nama Tripartite Pact yang kemudian lebih umum disebut Kubu Poros.

Tepat sebelum kejatuhan Prancis atas Jerman Nazi, Italia di bawah pimpinan Mussolini resmi mendeklarasikan perang kepada Britania Raya dan Prancis sehingga ia bergabung dalam Perang Dunia II. Misi utama Italia kala itu adalah merebut kembali kawasan Mediterania dan Afrika bagian utara ke tangan Kubu Poros. 

Awalnya, Italia memang bisa mengamankan wilayah Mediterania dan sebagian Afrika bagian utara. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, pasukan Italia justru berhasil dipukul mundur relatif mudah oleh gabungan serangan dari Sekutu. Bahkan, Italia adalah negara pertama dalam Tripartite Pact yang menyatakan gencatan atas sekutu pada 8 September 1943.

Kekalahan Italia itulah yang kemudian menjadi salah satu faktor hancurnya Kubu Poros di Eropa yang kemudian mengakhiri mimpi ideologi fasisme untuk menyebar ke seluruh dunia. Melihat performa Italia yang sangat buruk tersebut, sebenarnya ada beberapa faktor penentu yang membuat Italia sedari awal memang "tidak siap" untuk menghadapi perang besar seperti Perang Dunia II.

Dalam artikel berikut ini, kita akan menyimak bersama-sama soal faktor apa saja yang menyebabkan penampilan Italia begitu buruk dalam Perang Dunia II. Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!

1. Pasokan logistik yang paling buruk dari seluruh kekuatan besar dalam Perang Dunia II

Pasukan Italia yang sedang mengangkut logistik berupa buku untuk pasukan di medan tempur. (commons.wikimedia.org/Monteforti Family.)

Dalam hal status, Italia memang masih diperhitungkan sebagai kekuatan besar dunia dalam Perang Dunia II. Artinya, mereka bisa dibilang sejajar dengan Jerman Nazi, Britania Raya, Prancis, dan Uni Soviet di Eropa. Akan tetapi, sayangnya status tersebut tidak diiringi oleh kemampuan logistik perang yang mumpuni ketimbang kekuatan besar Eropa yang lainnya.

Dilansir We Are The Mighty, kemampuan produksi dalam negeri Italia termasuk sangat buruk karena pada saat masa Perang Dunia II, mereka masih mengandalkan sektor agrikultur ketimbang industrialisasi. Tak hanya urusan suplai logistik yang sangat minim, jalur logistik dan cara pengiriman suplai dari pasukan Italia juga sama buruknya.

Oleh karena medan tempur utama Italia dalam Perang Dunia II ada di Afrika Utara, maka sudah sepatutnya jalur logistik mereka harus melewati perairan Mediterania. Sayangnya, kapal-kapal logistik dari Italia jumlahnya sangat sedikit sehingga proses ini akan sangat memakan waktu. Belum lagi masalah eksternal, di mana musuh utama Kubu Poros di Mediterania, yaitu Britania Raya, sering kali membombardir jalur suplai dari Italia.

2. Pimpinan militer dan pasukan yang kurang berkompeten

Rodolfo Graziani, jenderal Italia pengganti Italo Balbo, yang penuh kontroversi. (commons.wikimedia.org/Sciking)

Pada fase awal perang di Afrika Utara, Italia sudah harus kehilangan salah satu jenderal angkatan udara terbaiknya, Italo Balbo, karena tertembak oleh pasukannya sendiri. Sayangnya, pengganti dari Balbo tidak dapat menggantikan perannya dan justru menunjukkan kebobrokan pimpinan-pimpinan militer Italia pada Perang Dunia II.

Menurut laporan dari History is Now Magazine, pimpinan militer Italia tak cukup kompeten untuk menyusun strategi efektif untuk melawan Sekutu di Mediterania dan Afrika Utara. Padahal secara jumlah, pasukan Italia sudah ada dalam jumlah yang besar di kedua tempat tersebut.

Hal ini ada kaitannya dengan pemilihan pimpinan militer Italia dalam Perang Dunia II yang selalu berdasarkan faktor politik dan kedekatan calon pimpinan dengan fasisme, ketimbang menunjuk seseorang dengan kapabilitas mumpuni dalam hal militer. Alhasil, kita bisa melihat ada begitu banyak pimpinan Italia yang masih kurang pengalaman hingga membuat kebijakan yang nyeleneh hingga berkontribusi dalam kemunduran Italia di Perang Dunia II.

Ditambah lagi, kemampuan pasukan Italia sebenarnya juga tidak bisa dibilang mumpuni. Meski ada dalam jumlah jutaan di Afrika Utara, mereka nyatanya tak bisa menembus Mesir yang dijaga oleh sekitar 36.000 pasukan dari Britania Raya saja.

Masalah ini terkait dengan rekrutmen pasukan yang tidak memenuhi standar. Dalam konstitusi Italia, seorang rekrutmen militer harus dilatih selama 18 bulan sebelum layak diterjunkan ke medan perang. Sedangkan dalam fakta di lapangan, kebanyakan rekrutmen militer Italia dilatih dalam kurun waktu yang jauh lebih singkat daripada peraturan tersebut.

3. Peralatan perang yang sudah usang

kapal tempur Italia di Mediterania yang sudah ketinggalan zaman (commons.wikimedia.org/Phyrexian)

Tak hanya soal kemampuan sumber daya manusia yang kurang mumpuni, sayangnya kesediaan peralatan perang Italia juga semakin menambah nestapa mereka dalam Perang Dunia II. Di saat negara besar lain seperti Amerika, Britania Raya, Uni Soviet, maupun sekutu mereka sendiri, Jerman Nazi, sudah melakukan modernisasi peralatan militer, Italia justru masih bertahan dengan peralatan era Perang Dunia I atau bahkan lebih tua lagi.

Dalam data yang ada di History is Now Magazine, urusan seragam dan perlengkapan sekalipun, Italia masih tak bisa memenuhinya untuk kondisi perang. Ditambah lagi, kapal-kapal perang mereka kebanyakan adalah kapal bekas Perang Dunia I yang masih belum dilengkapi dengan radar. Padahal teknologi tersebut sudah umum dan punya peran vital dalam pertempuran laut modern.

Angkatan darat Italia juga sama buruknya. Mereka tak memiliki 1 pun tank berat, sekitar 70 tank medium, dan 1.500 tank ringan yang pelindungnya sangat tipis. Italia di era Perang Dunia II juga masih bergantung pada kuda untuk mengangkut artileri hingga tak memiliki senjata anti-tank untuk melawan pasukan musuh.

Kemudian, angkatan udara Italia pun hanya dilengkapi sekitar 3.296 pesawat tempur dan pesawat pengebom secara total. Kualitas mereka secara kecepatan dan peralatan pun sangat jauh di bawah Sekutu ataupun Jerman Nazi sekalipun.

4. Gejolak politik dalam negeri mematahkan semangat juang masyarakat Italia

Ruang sidang Dewan Agung Italia hasil bentukan Mussolini. (commons.wikimedia.org/Hulton Archive)

Sejak tahun 1943, kondisi di Italia bisa dibilang sangat memprihatinkan. Seluruh pasukan mereka di Afrika Utara dan Uni Soviet perlahan selalu terpukul mundur dari medan tempur. Bahkan, Sisilia juga sudah berhasil diinvasi oleh Sekutu. Produksi kebutuhan perang juga sudah tidak memungkinkan terjadi, ditambah lagi semangat juang masyarakat semakin merosot dari waktu ke waktu.

Mengutip dari Britannica, nestapa tersebut disebut-sebut disebabkan karena gejolak politik di Italia. Ketika Benito Mussolini memimpin, ia memaksakan paham fasisme di negara tersebut, yang mana sebenarnya paham tersebut tak terlalu didukung banyak pihak. Alhasil, ketika perang tak berjalan sesuai harapan, banyak pihak justru balik menodongkan senjatanya ke arah Mussolini.

Pada Juni 1943, Dewan Agung Italia yang didirikan Mussolini justru memilih untuk menendang Mussolini dari kursi kepemimpinan dengan persetujuan Raja Victor Emmanuel III. Ia kemudian digantikan oleh jenderal veteran Italia, Pietro Badoglio, dan membuat perpecahan di internal negara.

Pasukan Italia terbagi atas kelompok nasionalis yang ingin menyingkirkan Mussolini dan simpatisan Mussolini itu sendiri yang masih setia pada fasisme hingga punya hubungan erat dengan Jerman Nazi. Setelah pemerintahan baru dari Italia memutuskan untuk melakukan gencatan senjata pada sekutu dan mengakhiri aliansinya dengan Jerman Nazi.

Mulai dari saat itulah Italia menjadi medan tempur antara pasukan Sekutu yang ingin menerobos hingga jantung Eropa dengan Jerman Nazi dan simpatisan fasisme yang membuat kondisi dalam negeri tidak stabil. Kondisi ini akan tetap bertahan sampai terbunuhnya Benito Mussolini dan berakhir Perang Dunia II. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us