5 Jenis Kucing yang Punya Mutasi Genetik Langka

- Kucing Scottish Fold memiliki mutasi genetik pada tulang dan telinga
- Kucing Munchkin mengalami mutasi genetik yang mempengaruhi panjang kaki
- Kucing Lykoi memiliki mutasi genetik pada bulu yang belum terpetakan jelas
Dunia hewan selalu menyimpan kejutan, terutama jika berbicara soal kucing. Di balik tingkah lakunya yang menggemaskan, ada sejumlah fakta ilmiah yang jarang diketahui banyak orang. Beberapa jenis kucing ternyata memiliki mutasi genetik langka yang memengaruhi bentuk tubuh, warna bulu, hingga sistem metabolisme.
Fenomena ini menjadi bagian dari trivia kucing yang menarik untuk ditelusuri lewat pendekatan sains, bukan sekadar mitos atau opini. Mutasi tersebut tidak selalu berdampak negatif, justru sering menjadi bahan studi ilmiah dalam bidang genetika dan evolusi hewan. Berikut lima jenis kucing yang dikenal karena mutasi genetik langka.
1. Kucing Scottish Fold dikenal punya kelainan tulang akibat mutasi genetik

Scottish Fold dikenal dengan telinganya yang melipat ke depan, tetapi bentuk tersebut bukan hasil seleksi alam, melainkan mutasi genetik pada gen FD. Mutasi ini menyebabkan kartilago tidak berkembang sempurna, sehingga telinga tidak berdiri seperti kucing pada umumnya. Penelitian menemukan bahwa gen ini bersifat dominan, artinya keturunannya hampir pasti memiliki ciri serupa jika mewarisi satu salinan gen mutan dari induknya. Namun, mutasi ini juga memengaruhi tulang lainnya, termasuk sendi dan ekor, yang membuat sebagian Scottish Fold mengalami masalah gerak.
Dari sudut pandang biologi evolusi, mutasi semacam ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan hasil dari akumulasi perubahan selama generasi. Sayangnya, seleksi buatan oleh manusia untuk mempertahankan bentuk telinga yang unik justru memperbesar risiko penyakit. Hal ini menjadi dilema etis dalam dunia peternakan hewan domestik. Meski tampak menggemaskan, para ilmuwan dan dokter hewan menyarankan pengawasan medis jangka panjang untuk memastikan kualitas hidup kucing ini tetap baik.
2. Kucing Munchkin mengalami mutasi genetik yang berpengaruh pada panjang kaki

Munchkin menjadi sorotan dunia genetika karena mutasi genetik yang mengakibatkan kakinya jauh lebih pendek dari kucing pada umumnya. Gen penyebab kondisi ini dikenal sebagai gen autosomal dominan yang menghambat pertumbuhan tulang panjang selama masa perkembangan embrio. Meski tubuh bagian atas tetap proporsional, mutasi ini berdampak pada mobilitas dan postur tubuh Munchkin secara keseluruhan. Para ahli menyebut kondisi ini sebagai achondroplasia-like, meskipun secara teknis berbeda dari kelainan yang terjadi pada manusia.
Dalam sains, mutasi ini termasuk langka dan cukup kontroversial. Banyak komunitas medis hewan menolak pembiakan Munchkin karena dikhawatirkan menciptakan masalah muskuloskeletal jangka panjang. Meski begitu, sebagian kucing Munchkin tetap bisa hidup sehat jika dirawat dengan benar dan tidak dikawinkan sesama Munchkin, untuk mencegah risiko kelainan parah. Fenomena ini menunjukkan bahwa tidak semua bentuk mutasi membawa manfaat estetika tanpa konsekuensi biologis.
3. Kucing Lykoi mengalami mutasi pada gen bulu yang belum terpetakan jelas

Kucing Lykoi sering dijuluki “kucing serigala” karena bulunya yang jarang dan tampak tidak merata, menciptakan kesan menyeramkan sekaligus memikat layaknya serigala. Mutasi pada Lykoi memengaruhi folikel rambut, menyebabkan bulu rontok sebagian dan tidak tumbuh kembali di area tertentu. Menariknya, mutasi ini tidak melibatkan gen yang sudah dikenal luas seperti FGF5 atau KRT71, membuat para ahli masih meneliti lebih lanjut gen penyebab pastinya. Uji genetik menunjukkan bahwa kondisi ini muncul secara alami dan tidak dikaitkan dengan kelainan sistemik lain.
Dalam perspektif zoologi, keberadaan Lykoi memperkaya pemahaman soal regulasi pertumbuhan rambut pada mamalia. Kucing ini tetap memiliki kulit sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan internal, sehingga banyak peneliti tertarik menjadikannya subjek studi dermatologi hewan. Meskipun penampilannya tidak biasa, Lykoi memberikan kontribusi penting terhadap penelitian tentang regenerasi rambut dan ekspresi genetik non-letal pada kucing.
4. Kucing Sphynx kehilangan bulu karena mutasi genetik alami

Sphynx menjadi simbol eksentrik dunia kucing karena penampilannya yang nyaris tanpa bulu. Mutasi genetik pada gen KRT71 menyebabkan produksi keratin terganggu, sehingga rambut gagal tumbuh sempurna. Walaupun tampak seperti hasil rekayasa laboratorium, mutasi ini pertama kali ditemukan secara alami pada akhir tahun 1960-an di Kanada. Sejak itu, Sphynx menjadi subjek penelitian penting untuk memahami peran protein keratin dalam pembentukan bulu dan kulit.
Secara biologis, Sphynx masih memiliki rambut tipis di beberapa bagian tubuh, tetapi terlalu halus untuk dilihat mata. Kondisi ini menuntut perhatian ekstra karena kucing sphynx lebih rentan terhadap suhu ekstrem dan gangguan kulit. Di sisi lain, Sphynx menjadi spesimen unik dalam riset dermatologi dan genetika, karena mampu menunjukkan bagaimana satu gen bisa berpengaruh besar terhadap fenotipe. Ini juga membantu ilmuwan memahami mutasi serupa pada spesies mamalia lainnya.
5. Kucing American Curl punya mutasi genetik struktural pada tulang rawan telinga

Kucing jenis American Curl menarik perhatian karena bentuk telinganya yang melengkung ke belakang, berbeda dari struktur telinga kucing normal pada umumnya. Mutasi ini melibatkan perubahan struktur tulang rawan, tetapi tidak seberat yang terjadi pada Scottish Fold. Genetikawan menyebut mutasi ini bersifat autosom dominan tidak letal, sehingga tidak berdampak negatif terhadap kesehatan kucing secara umum. Mutasi ini ditemukan pada 1981 dan telah diteliti lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme pembentukan struktur telinga yang unik.
Meskipun terlihat hanya sebagai variasi estetika, bentuk telinga American Curl menjadi bukti bahwa ekspresi genetik bisa muncul dalam bentuk yang sangat spesifik tanpa merusak sistem tubuh lainnya. Mutasi ini juga menunjukkan bahwa interaksi gen dan lingkungan bisa membentuk karakter fisik hewan secara berbeda-beda. Dalam konteks penelitian genetika, American Curl menawarkan data menarik tentang bentuk tulang rawan dan hubungannya dengan ekspresi gen non-patologis.
Studi mengenai mutasi genetik pada kucing tidak hanya mengungkap keunikan biologis dari masing-masing jenis, tetapi juga membuka pintu bagi riset lanjutan di bidang genetika, evolusi, hingga etika pembiakan hewan. Lewat berbagai trivia kucing yang memiliki dasar ilmiah kuat, kita bisa melihat bahwa variasi dalam satu spesies menyimpan potensi luar biasa bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Memahami sains di balik penampilan kucing yang tak biasa ini membuat kita semakin menghargai keanekaragaman makhluk hidup secara lebih kritis dan objektif.