Tak Mau Kawin, Ini Alasan Ilmiah Katak Betina Berpura-pura Mati

Tak hanya manusia, hewan juga punya cara unik untuk menolak pasangan yang tak diinginkan. Salah satu yang paling ekstrem adalah katak betina yang pura-pura mati saat didekati pejantan. Fenomena ini bukan kebetulan, tetapi strategi bertahan hidup yang telah dipelajari secara ilmiah.
Penelitian mengungkap bahwa beberapa spesies katak betina lebih memilih "mati" daripada harus kawin dengan pejantan yang tidak mereka sukai. Mereka menggunakan taktik ini untuk menghindari kontak fisik yang terlalu agresif atau saat tidak berada dalam kondisi ideal untuk berkembang biak. Lantas, bagaimana proses ini terjadi dan apa alasan ilmiahnya? Simak ulasannya berikut ini!
1. Strategi bertahan hidup di alam liar

Para ilmuwan menyebut bahwa perilaku berpura-pura mati pada hewan disebut sebagai tonic immobility. Dilansir laman NPR, strategi ini digunakan katak betina untuk menghindari kawin, selain memutar tubuh mereka atau mengeluarkan suara untuk memberi sinyal ketidaktertarikan kepada katak jantan.
Pasalnya, proses kawin dalam spesies katak disebut sangat brutal. Hewan ini dikenal sebagai spesies yang berkembang biak secara eksplosif, dengan musim kawin yang sangat singkat. Katak jantan dalam spesies ini begitu agresif hingga katak betina bisa merasa terancam nyawanya.
Dalam spesies katak dengan musim kawin yang singkat dan populasi jantan lebih banyak, persaingan sangat tinggi hingga bisa membahayakan nyawa betina. Fenomena berpura-pura mati ini bukanlah keputusan sadar, melainkan refleks alami yang terkadang berhasil membuat katak jantan melepaskannya. Studi ini juga membuka kemungkinan bahwa perilaku serupa bisa berkembang pada spesies lain dengan tekanan seleksi yang mirip.
2. Alasan ilmiah di balik perilaku pura-pura mati

Pada saat musim semi, waktu yang berbahaya bagi katak betina dari spesies European common frog atau katak biasa Eropa. Pasalnya, amfibi ini berkumpul di kolam dangkal untuk kawin dan bertelur. Namun, pertemuan ini bisa dengan cepat berubah menjadi suatu kekacauan.
Dilansir laman American Association for the Advancement of Science, katak jantan jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan betina, sering melecehkan, mengintimidasi, dan memaksa betina untuk kawin. Para ilmuwan juga berasumsi bahwa katak betina tidak memiliki banyak cara untuk membela diri.
Menurut penelitian yang diterbitkan Royal Society Open Science, peneliti melaporkan bahwa katak betina memiliki beberapa trik untuk menghindari kawin yang tidak diinginkan. Mereka dapat menipu katak jantan dengan pura-pura menjadi sesama jantan, melepaskan diri dari cengkeraman pejantan, bahkan berpura-pura mati. Hal ini menunjukkan bahwa dalam situasi reproduksi yang ekstrem, spesies ini telah mengembangkan mekanisme bertahan hidup untuk meningkatkan peluang keselamatan dan keberlangsungan hidup betina.
3. Evolusi membentuk strategi kawin yang unik bagi setiap spesies

Beberapa penelitian menyebutkan jika perilaku berpura-pura mati pada hewan, salah satu hal yang paling mengejutkan. Pada katak betina, peneliti mengamati tubuh betina yang kaku meregangkan lengan dan kaki mereka, dan tetap diam hingga pejantan melepaskannya selama beberapa jam.
Hal ini juga dikaitkan dengan berpura-pura mati, seperti yang ditemukan pada laba-laba dan capung. Perilaku ini biasanya sebagai upaya terakhir untuk menghindari predator. Para peneliti menduga bahwa perilaku ini telah berevolusi untuk melindungi betina dari terbentuknya mating ball. Istilah mating ball merupakan suatu keadaan pejantan menumpuk di atas satu betina. Kondisi ini juga sangat membahayakan bagi keselamatan hidup betina.
Hingga kini, penelitian tentang strategi reproduksi katak dan hewan lainnya masih terus berkembang. Para ilmuwan berusaha mengungkap berbagai mekanisme unik yang digunakan oleh hewan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan meneruskan keturunan. Dari perilaku kawin yang agresif hingga teknik bertahan seperti berpura-pura mati, setiap spesies memiliki cara tersendiri dalam menghadapi seleksi alam.