Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi asteroid yang akan menabrak Bumi (freepik.com/kjpargeter)
ilustrasi asteroid yang akan menabrak Bumi (freepik.com/kjpargeter)

Intinya sih...

  • Peneliti menemukan kawah meteorit tertua di Pilbara, Australia Barat, yang berusia 3,5 miliar tahun.
  • Kawah ini dapat membantu merevisi pemahaman tentang era awal planet dan sejarah kehidupan di Bumi.
  • Penemuan ini juga dapat memberikan wawasan baru tentang evolusi benua dan pembentukan kerak bumi purba.

Para peneliti di Curtin University dan Geological Survey of Western Australia (GSWA) menemukan bahwa pemegang rekor baru untuk situs meteorit tertua terletak sekitar 660 mil di utara di wilayah Pilbara, bukan lagi kawah Yarrabubba yang berusia 2,2 miliar tahun dan selebar 43 mil di Australia barat.

Berdasarkan bukti yang disajikan dalam studi mereka pada 6 Maret, yang diterbitkan di Nature Communications, kawah berusia 3,5 miliar tahun itu dapat membantu merevisi pemahaman kita tentang beberapa era paling awal planet ini, serta sejarah kehidupan di Bumi. 

Catatan geologi

Mengutip situs Popular Science, Zaman Arkean (4–2,5 juta tahun lalu) adalah zaman kedua dari empat zaman geologi utama Bumi, masa ketika planet ini sebagian besar ditutupi oleh lautan yang membentang jauh lebih dalam daripada yang ditemukan saat ini. 

Meski begitu, catatan geologinya dapat diakses di situs penggalian di benua modern seperti Australia. Namun, para peneliti telah lama bingung dengan apa yang mereka temukan—atau, lebih tepatnya, apa yang belum mereka temukan.

"Kami mengetahui bahwa dampak besar biasa terjadi di tata surya awal dari pengamatan terhadap bulan," kata Tim Johnson, salah satu pemimpin studi dan profesor di Curtin University School of Earth and Planetary Sciences.

Maka, masuk akal jika kurangnya "kawah purba" yang terdokumentasi di Bumi bukanlah hasil dari keberuntungan semata, melainkan hanya menunggu waktu. Catatan dampak awal sangat sedikit karena erosi selama miliaran tahun, serta subduksi kerak permukaan ke mantel konveksi planet.

Bukti jatuhnya asteroid

ilustrasi asteroid (unsplash.com/Viktor Talashuk)

Namun, periode Eon Arkean tidak sepenuhnya terhapus, sebagaimana dibuktikan oleh situs-situs seperti Terrane Pilbara Timur di Australia barat laut. Pada tahun 2021, Johnson dan rekan-rekannya melakukan perjalanan ke EPT untuk melihat apa yang mereka temukan.

Apa yang mereka temukan tampaknya merupakan kawah Eon Arkean pertama yang diketahui, dan dibuktikan oleh formasi yang dikenal sebagai kerucut pecah. Area geologis yang menandakan ini hanya terbentuk dari tekanan kuat setelah meteorit menghantam Bumi—dan dalam kasus ini, shatter cones (kerucut pecah) menunjukkan peristiwa tumbukan besar. 

Para peneliti percaya bahwa batu angkasa itu menghantam planet ini sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu saat melaju lebih dari 22.000 mph. Kekuatan itu kemudian menghasilkan kawah selebar 62 mil yang melontarkan puing-puing ke atmosfer dan ke seluruh dunia.

Wawasan evolusi benua

Bukan hanya dampaknya saja yang penting. Menurut salah satu penulis utama studi, Chris Kirkland, menganalisis sifat peristiwa meteorit Arkean pertama yang diketahui dapat membantu peneliti memperoleh wawasan yang lebih baik tentang evolusi benua dan sejarah perkembangan kehidupan di Bumi.

Temuan ini menyempurnakan pemahaman kita tentang pembentukan kerak bumi. Jumlah energi yang sangat besar dari tumbukan ini dapat berperan dalam pembentukan kerak Bumi purba dengan mendorong satu bagian kerak Bumi ke bawah bagian lain atau dengan memaksa magma naik dari dalam mantel Bumi ke permukaan.

Bahkan ada kemungkinan peristiwa tumbukan itu akhirnya berkontribusi pada pembentukan prekursor raksasa benua.

Penulis studi meyakini meteorit ini sendiri mungkin telah memainkan peran penting dalam sejarah geologi Bumi, tetapi hampir pasti bukan satu-satunya.

“Mengungkap dampak ini dan menemukan lebih banyak hal dari periode waktu yang sama dapat menjelaskan banyak hal tentang bagaimana kehidupan mungkin bermula, karena kawah tumbukan menciptakan lingkungan yang ramah bagi kehidupan mikroba seperti kolam air panas,” kata Kirkland.

Editorial Team